Bagian 13 : Perjanjian

968 158 56
                                    

"Sakit!"

"Anjing! Sakit Jeongwoo!"

Raungan kesakitan terus terdengar sepanjang jalan memasuki rumah. Jeongwoo terlihat tak peduli, sedangkan Doyoung mencoba melepaskan cengkraman Jeongwoo yang tak main-main kasar nya. Benar-benar sakit dan nyaris tak bisa dilepaskan kecuali saat pria itu telah sampai di kamar Doyoung.

Jeongwoo menghempaskan Doyoung begitu keduanya berada di ruangan ini, hanya berdua. Jeongwoo menutup pintu lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

Pandangannya masih setajam tadi, dan Doyoung tak tahu mengapa Jeongwoo semarah ini hanya karena Doyoung tak izin untuk pergi makan bersama Haruto.

"Kenapa nggak bilang sama saya?"

"Kenapa Gue harus izin sama Lo? Lo nggak sadar posisi Lo siapa?" Doyoung pun tersulut emosi. Ia merasa seakan-akan Jeongwoo lebih tinggi darinya. Bukankah seharusnya Doyoung yang memegang kendali? Ia majikan. Sedangkan Jeongwoo hanya seorang bodyguard.

"Udah saya bilang berkali-kali, kemanapun kamu pergi, bilang sama saya."

Doyoung berdecih.

"KENAPA GUE HARUS NGELAKUIN ITU?" Tanya Doyoung dengan nada agak tinggi.

"Karena keselamatan kamu itu tanggung jawab saya——"

"Gue cuma makan sama Haruto? Lo liat dia nyakitin Gue nggak? Lo berani-beraninya hampir mukul dia tadi."

"Saya cuma mau lindungin Kamu——"

"GUE NGGAK BUTUH, BANGSAT!"

"Dari awal Gue nggak pernah sukarela nerima keberadaan Lo. Lo sadar nggak sih seberapa banyak Gue Lo bikin sengsara selama ini? Keuangan, jadwal main, semua dibatasi. Kayak tahanan tau nggak? Kalau Ayah emang nggak mau ngerawat Gue lagi bilang, sialan!"

Jeongwoo terdiam untuk beberapa saat, bukan karena tak lagi mampu menjawab Doyoung. Hanya saja ia mencoba meredakan sesuatu yang hampir meledak dalam dirinya. Jeongwoo memejamkan mata sejenak.

"Saya mau kamu renungkan kesalahan kamu. Sebelum kamu sadar, kamu nggak boleh keluar——"

Jeongwoo menepi dengan cepat ketika Doyoung melayangkan pukulan tiba-tiba. Wajahnya memerah dengan tangan yang masih mengepal. Doyoung lagi-lagi mencoba menyerang Jeongwoo namun kali ini kedua tangannya dipegangi oleh Jeongwoo.

"LEPAS SIALAN."

Jeongwoo tak bersuara, namun cengkeramannya semakin terasa erat hingga Doyoung meringis kesakitan.

"LEPAS BANGSAT."

"JEONGWOO, SAKIT!" Demi apapun lengan Doyoung serasa mau patah saat Jeongwoo begitu kuat memeganginya. Lelaki itu belum menjawab.

"JEONG——AKHH."

Keadaan berubah begitu Jeongwoo mengubah posisi Doyoung. Membenturkannya agak keras ke arah tembok membuat Doyoung menjerit terkejut.

"LO APA-APAAN SIH?" Kilat marah terpancar dari wajah Doyoung. Namun pergerakannya begitu terbatas karena Jeongwoo mengukungnya.

"Dengerin saya. Semua demi kebaikan kamu. Bisa nurut nggak?"

"EMANG LO SIAPA?"

Doyoung dibuat bingung ketika Jeongwoo mendadak terkekeh meremehkan. Lalu beberapa saat kemudian pandangannya kembali tajam.

"Kamu penasaran siapa saya kan?" Tanya Jeongwoo retoris, senyuman menakutkan kembali terbit. "Biar saya kasih tau siapa saya, dan siapa kamu sekarang."

"Lo——hmph."

Doyoung membulatkan mata, semua seakan terjadi begitu cepat saat mulutnya dibungkam dengan benda yang kenyal. Jeongwoo menguasai semuanya, termasuk saat dirinya menggigit bibir bawah Doyoung cukup keras, membuat Jeongwoo semakin leluasa menjelajahi mulut Doyoung melalui kegiatan yang tak dapat dihindari Doyoung. Seakan tubuhnya melemah karena karena permainan yang Jeongwoo pimpin.

FEIGN || JEONGBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang