Bagian 27 : Takluk

999 158 34
                                    

"Kamu suka mawar merah atau putih sayang?"

"Oh, bunga yang ini bagus juga."

Doyoung hanya tersenyum canggung saat dihadapkan dengan begitu banyak pilihan. Sedangkan ia bukan orang yang begitu memperhatikan detail sesuatu. Jadi Doyoung hanya mengangguk-angguk saja sejak tadi.

Sejak keinginan untuk menikah di bulan ini benar-benar diwujudkan oleh Jeongwoo, Jeongwoo harus melibatkan banyak orang untuk persiapan pernikahan agar lebih matang dan terkesan tidak mendadak. Entah berapa banyak yang dikeluarkan oleh lelaki itu hanya untuk pernikahan kali ini. Tugas Doyoung hanya ikut saja apapun yang Jeongwoo lakukan.

Tapi hari ini, saat persiapan sedang gencar-gencarnya dilakukan, Jeongwoo membawa Doyoung ke rumah utama keluarganya. Disana ternyata telah ada Asahi yang sedang berdiskusi dengan orang-orang asing yang Doyoung ketahui merupakan pihak dari wedding planner yang Jeongwoo sewa.

Semua tentang pernikahan yang selama ini Doyoung impikan akan diwujudkan hanya dalam waktu singkat. Semua sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Tapi masalahnya, Doyoung bahkan tak pernah memimpikan sebuah pernikahan.

"Papa dulu pakai bunga yang mana?" Tanya Doyoung. Semua detail pernikahan termasuk dekorasi ingin Asahi diskusikan. Biar bagaimanapun, acara pernikahan anak pertama nya itu tidak boleh biasa-biasa saja. Walaupun Doyoung tidak pernah menginginkan pernikahan semewah itu.

Tapi karena banyak alasan, Doyoung akhirnya hanya menyetujuinya tanpa berdebat lagi. Ia sudah bisa membayangkan betapa lelah nya dirinya ketika menjadi tokoh utama di acara tersebut.

"Banyak. Ayah nya Jeongwoo bilang semua bunga punya makna. Jadi semua bunga yang artinya kebahagiaan dijadiin dekorasi." Kata Asahi dengan senyuman manisnya. Sekarang Doyoung tau mengapa Haruto bisa setampan itu.

"Samain aja Pa, hehe." Doyoung terkekeh canggung.

Dan kemana si Jeongwoo itu, katanya pamit sebentar ke kamar nya tapi sampai sekarang belum juga kembali. Entah Melakukan apa, meninggalkan Doyoung dengan Asahi sungguh tindakan yang kurang ajar. Doyoung kan tidak pandai berbasa-basi.

"Untuk baju——" Asahi memperhatikan Doyoung sekilas.

"Ini cuma keinginan Papa sih, kamu keberatan nggak ya kalau pake baju nya Papa waktu nikah? Baru dipake sekali, Papa pengen aja ngasih barang turun-temurun. Tapi kalau nggak mau nggak masalah kok, nanti baju kamu di buat di designer langganan Papa." Kata Asahi panjang lebar, meskipun ia berkata bahwa Doyoung bebas memilih, ia jelas tau bahwa Asahi sangat ingin melihatnya memakai baju pernikahannya dulu.

"Aku nggak masalah kok Pa. Jeongwoo juga kayaknya engga masalah."

Senyuman Asahi kembali terbit. Ia suka sekali dengan Doyoung meskipun Doyoung sempat menjadi alasan kedua putra nya ingin saling membunuh.

Asahi kembali berdiskusi mengenai beberapa detail pernikahan agar tidak ada yang terlewat. Sedangkan Doyoung hanya menyimak kegiatan itu dalam diam. Sedikit jenuh seperti mendengar materi yang diajarkan dosen di hari Rabu.

Doyoung rasanya mengantuk, tapi ia juga tidak enak dengan Asahi.

Diam-diam sang Papa dari Jeongwoo itu menyadari bahwa Doyoung terlihat mengantuk.

"Nak, kamu bisa susulin Jeongwoo nggak ya ke atas? Dia kayaknya lagi tidur. Nanti se-jam lagi turun ya buat makan."

Mendengar itu wajah Doyoung langsung cerah. Ia mengangguk, mendengarkan instruksi Asahi tentang letak kamar dari Jeongwoo.

***

"AKHH——"

Jeongwoo membuka mata dengan cepat saat mendapati sesuatu menerjang tubuhnya dengan keras. Alisnya menukik tajam saat tidur nya terganggu oleh sesuatu yang saat ini masih menimpa tubuhnya. Jeongwoo menghela napas berat setelah melihat pelaku yang kini tengah menduduki perutnya tanpa rasa bersalah.

FEIGN || JEONGBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang