𐒨hᥲ⍴𝗍ᥱr 7 "Nᥲᥒᥲ"

13 2 1
                                    

Marissa yang baru saja tiba di kelas langsung di kerumuni oleh ketiga temannya, ia tersenyum tipis.

“Azka kena patah tulang,” ucap Marissa.

“kok bisa? Kemarin gue nanya ke Syahreza tapi belum dijawab sampai sekarang,” ucap Alissya.

“jadi kemarin waktu gue pulang dari cafe, gue lewat jalan kecil juga terbilang sempit lah. Nah gue lihat ada cowok yang di keroyok banyak orang. Gue lihat cowok itu udah lemas banget, gue buka video sirene polisi buat orang-orang itu pergi. Syukurnya mereka langsung pergi waktu denger sirene itu, terus gue samperin cowok itu. Dan ya...cowok itu adalah Azka.” Marissa menceritakan kronologinya, ketiga temannya hanya menghela nafas ringan.

“semoga, Azka baik-baik aja.” Marissa mengangguk.

“ya...semoga.”

“pulang sekolah, kita jenguk yaa. Lo tau kan ruangannya?” Marissa mengangguk.

Sesuai dengan perkataan mereka tadi, kini mereka telah berada di ruang inap Azka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan perkataan mereka tadi, kini mereka telah berada di ruang inap Azka. Tentunya bukan hanya mereka berempat saja, ada ketiga teman Azka. Azka yang melihat teman-temannya tersenyum tipis, namun matanya tertuju pada sosok yang membantunya kemarin.

“lo kapan operasi, Ka?” tanya Pasha.

“kata dokter sih besok pagi,” jawab Azka, semuanya mengangguk mengerti.

“uhm, Ka...sorry gue gak bisa lama-lama, nyokap nitip sesuatu.” Azka mengangguk.

“gapapa, thanks yaa udah nyempetin kesini.” Alissya mengangguk, Syahreza pamit sebentar untuk mengantar Alissya pulang.

“Sylvi! Gue baru inget! Kita ada tugas tambahan dari Bu Kinar!” Sylvi yang mendengar itu menepuk pelan dahinya.

“Ka, sorry yaa gue sama Sylvi harus ngerjain tugas tambahan dari Ibu Kinar.” Azka mengangguk.

“gapapa, thanks yaa kalian udah dateng kesini” baik Reeva maupun Sylvi menganggukkan kepalanya.

“eh, kalian kesini sama siapa?” tanya Azka.

“kita tadi bareng sama Marissa.” Azka melirik ke arah Marissa.

“Pash, Ka...anterin mereka yaa,” ucap Azka.

Pasha dan Rafka mengangguk, setelahnya mereka berempat pergi dari ruang inap Azka. Tinggallah Azka dan Marissa yang Azka perhatikan ia belum berucap sama sekali.

“Ca,” panggil Azka, Marissa yang mendengar itu langsung menatap lelaki yang terbaring di brankar Rumah Sakit.

“makasih, udah nolongin gue. Kayaknya kalau lo gak ada disana, gue udah ketemu Tuhan.” Azka terkekeh pelan, sedangkan Marissa tak membalas sama sekali. Ia masih terkejut dengan panggilan dari Azka.

“Ca?”

“lo...kenapa lo...panggil gue dengan panggilan itu?” tanya Marissa lirih.

“uhm, nama lo Marissa kan? And kata terakhir nama lo itu Sa, so I called Ca,” jawab Azka.

𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang