“jadi kapan lo mau nyerang gue?” Azka mengalihkan atensinya pada Putra yang baru saja duduk di bangku yang berada di basecamp Graventas.
“minggu depan mungkin,” jawab Azka.
“lama banget gila, lusa aja gimana?” tanya Putra.
“gila lo, gue belum depan persiapan.” Putra terkekeh kecil mendengar jawaban dari Azka.
“katanya Vandalas lebih baik dari Graventas, masa diajak tawuran lebih cepat aja ngelak.”
“heh! Gue sama lo tuh sekarang lagi kerja sama ya! Kenapa lo malah mojokin gue?!” kesal Azka.
“ya, gak salah juga kan gue?” bela Putra.
“eh by the way, lo udah ada kecurigaan sama salah satu anggota lo?” tanya Putra.
“belum, belum terlihat. Kenapa sih lo gak ngasih tau langsung?!” kesal Azka.
“gak asik lah, minimal lo usaha dulu lah.” Azka berdecak kesal sedangkan Putra terkekeh kecil.
“gue rasa dia itu mau adu domba Vandalas sama Graventas,” gumam Azka. Mendengar itu Putra mengalihkan atensinya, ia menatap bingung Azka.
“bentar, jadi maksud lo...”
“iya, salah satu anggota gue udah tau kalau gue mau nyerang Graventas. Ada kemungkinan dia akan denger rencana lo dan ngasih tau gue atau bisa jadi seperti kemarin.”
“terus kalau dia denger rencana gue gimana? Kita harus buat rencana lainnya,” ucap Putra.
Azka menganggukkan kepalanya, ia menghela nafasnya kasar. Lalu ia mulai berpikir tentang rencana lain, tentunya Putra pun berpikir tentang rencana mereka yang lain.
。゚•┈୨♡୧┈• 。
“kenapa? Kok murung gitu?” tanya Marissa, ia baru menghampiri kekasihnya yang berada di teras rumahnya. Marissa menyadari raut wajah kekasihnya sedikit berbeda dari biasanya.
“gapapa, gue cuman bingung aja soal rencana gue sama Putra.” Marissa mengernyitkan dahinya bingung.
“bukannya kalian udah buat rencana itu?” Azka menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Marissa.
“udah, tapi gue rasa dia itu pengen adu domba Vandalas dan Graventas. Dan gue juga rasa kalau dia tau hubungan antara gue sama Putra, makanya dia mau gue semakin benci sama Putra dan sebaliknya.”
“dia udah tau rencana Vandalas yang pengen nyerang Graventas, dan ada kemungkinan dia denger rencana Graventas buat tawuran ini atau bisa jadi dia akan melakukan hal yang sama kayak kemarin,” lanjut Azka.
“gitu ya,” guman Marissa.
“uhm, gue rasa kalian tetap aja seperti biasa. Lakuin aja tawurannya, dan baik Graventas maupun Vandalas harus mau terima risikonya. Karena yang tau tentang rencana ini kan cuman lo, Putra, William, sama Syahreza.” Azka menatap lembut Marissa, ia menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...