𐒨hᥲ⍴𝗍ᥱr 23 "Μᥲᥲ𝖿 Gᥙᥱ Gᥲk Iᥒցᥲ𝗍 L᥆"

6 2 0
                                    

"Rissa, minum dulu tehnya." Reeva yang baru datang ke UKS pun terkejut akan kehadiran Azka, namun ia mencoba untuk menghiraukannya dan memberikan segelas teh hangat manis kepada Marissa.

Marissa dengan senang hati menerima gelas berisikan teh tersebut, ia pun menegukkan teh itu. Reeva melirik ke arah Azka yang menatapnya dengan pertanyaan "apa yang terjadi?".

"masih pusing gak, Riss?" tanya Reeva.

"udah mendingan, Reeva."

"kenapa lo bisa pusing, Riss?" Marissa melirik ke arah Azka yang juga seperti menunggunya untuk menjawab pertanyaaan Reeva.

"ng...nggak kok, kayaknya ini gara-gara gue kemarin tidur larut. Padahal kata dokter, gue gak boleh tidur terlalu larut." Azka dan Reeva menganggukkan kepalanya mengerti.

"ya udah, kalau gitu gue balik ke kelas ya. Lo istirahat dulu aja disini," ucap Reeva.

Marissa menganggukkan kepalanya, ia mulai menutupkan kembali kelopak matanya. Sedangkan Azka ditarik keluar oleh Reeva, saat di luar UKS Azka menatap tajam Reeva yang menariknya keluar.

"tega banget lo misahin gue dari pacar gue," ucap Azka.

"lebay lo! Udah biarin Rissa istirahat," balas Reeva.

Reeva pergi meninggalkan Azka yang masih terpatung diam di depan pintu UKS, ia melirik sekilas lalu memutuskan untuk pergi. Sedangkan disisi lain, Marissa membuka kelopak matanya. Ia menghela nafasnya kasar.

Azka menemui seseorang yang meminta bertemu dengannya di taman sekolah, dilihatnya sosok itu telah menunggunya. Azka pun menghampiri sosok itu.

"kenapa?"

"siapa orang di Vandalas yang dekat sama lo?" tanya sosok itu.

"gue dekat sama semua anggota Vandalas," jawab Azka.

"please, salah satu dari mereka pasti nusuk lo dari belakang dengan ngasih tau rencana Vandalas ke Putra!"

"jujur gue sendiri gak mau libatin hal ini ke temen-temen lo, karena gue pun takut orang itu adalah salah satu temen lo," lanjutnya.

"gak, gak mungkin temen-temen gue. Lo tau sendiri kan, yang ngebentuk Vandalas itu kita berempat." Sosok itu berdecak pelan.

"iya, gue tau! Tapi gak menutup kemungkinan, Azka!" kesal sosok itu.

"Marissa dijebak! Lo tau kan?!" Azka diam tak membalas ucapan sosok yang berada dihadapannya ini.

"astaga! Jangan bilang lo masih curiga kalau Marissa yang bocorin rencana Vandalas!"

"come on, Azka! Bukan Marissa pelakunya! She was farmed!"

"gue juga lagi berusaha untuk percaya kalau bukan Marissa yang bocorin rencana Vandalas, tapi di satu sisi beberapa bukti emang ngarahnya ke Marissa."

"percaya sama gue, bukan Marissa orangnya." Azka menatap sosok itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

                               。゚•┈୨♡୧┈• 。

"Na," lirih Marissa.

"itu bukan panggilan yang dibuat sama Putra," gumam Marissa.

"gak baik nyumpahin pacar sendiri mati, Na."

"Na?! Lo gapapa?"

"tunggu!" Marissa meraih bingkai foto yang berada di meja belajarnya, lalu ia membuka handphonenya dan membuka aplikasi galery.

Isi galerynya pun bukan foto-foto dirinya bersama Putra, melainkan dirinya bersama Azka. Ia keluar dari kamarnya dan berlari menuju Mamanya yang sedang menyiapkan makan malam.

𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang