𐒨hᥲ⍴𝗍ᥱr 14 "Bіr𝗍hძᥲ𝘺 Ρᥲr𝗍𝘺"

6 2 0
                                    

“kok tumben kamu pulang jam se...”

“tangan kamu kenapa, Rissa?” tanya Mama Marissa panik saat melihat Marissa yang baru melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Marissa mulai mengeluarkan air matanya yang sedari tadi ia tahan, hal itu membuat Mama Marissa khawatir dengan keadaan putri tunggalnya itu. Marissa memeluk erat Mamanya, dan menumpahkan air matanya di bahu Mamanya itu.

“kenapa, sayang? Ada masalah?” Marissa tak menjawab, ia semakin menangis. Mama Marissa mengelus lembut punggung putrinya itu. Di rasa Marissa mulai tenang, Mama Marissa menjauhkan tubuhnya. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi Marissa, Mama Marissa meminta Marissa untuk membersihkan dirinya.

Marissa mengangguk, ia pun berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia segera membersihkan dirinya sesuai perkataan Mamanya itu. Saat ia selesai membersihkan dirinya, ia duduk di pinggiran kasur. Hingga tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar di telinga Marissa.

“masuk aja.” Mama Marissa memasuki kamar putri tunggalnya, ia tersenyum tipis. Mama Marissa menghampiri Marissa yang sedang duduk di pinggiran kasur, ia pun duduk tepat di samping Marissa.

“ada apa, hm?”

“Mah, Rissa berhasil lupain Putra. Dan perasaan Rissa ke Putra udah gak ada,” ucap Marissa. Mama Marissa mengelus lembut rambut Marissa, ia tersenyum manis.

“bagus dong, akhirnya kamu bisa keluar dari zona gagal move on. Tapi kenapa tadi kamu nangis? Jangan bilang kamu nangis karena gak rela lupain Putra.” Marissa menggelengkan kepalanya, ia menatap Mamanya yang berada disampingnya.

“Azka...”

“ini tentang Azka,” jawab Marissa.

“Azka? Kenapa dengan Azka?” Mama Marissa mengernyitkan dahinya, setahunya Marissa dan Azka baik-baik saja.

“Rissa kemarin malam sadar kalau perasaan Rissa ke Putra udah gak ada dan Rissa mau coba buat buka hati Rissa ke Azka, tapi...tadi waktu di sekolah, Rissa samperin Azka buat nanya perasaan Azka ke Rissa. Azka jawab perasaan dia ke Rissa udah di tahap sayang tapi dia mau relain Rissa sama temannya yang udah dari lama suka ke Rissa.”

“itu berarti Azka sayang banget sama kamu, dan dia juga sayang sama temannya. Dan Azka pun ngerti, kalau disaat dia mencintai seseorang...dia gak harus selalu memiliki seseorang itu. Tahap tinggi ketika kita mencintai seseorang adalah mengikhlaskan orang yang kita cintai,” ucap Mama Marissa.

“tapi Mah, Rissa sukanya sama Azka bukan ke teman Azka.”

“ya...sebenarnya ini keputusan yang berat menurut Mama. Karena di satu sisi dia sayang sama kamu tetapi di satu sisi lagi dia gak mau pertemanan dia hancur. Mungkin ini pilihan yang tepat bagi Azka,” balas Mama Marissa.

bahkan gue harus move on sebelum hubungan dimulai,” batin Marissa.

“yaudah, ayo kita makan malam. Galau juga butuh tenaga,” ucap Mama Marissa.

Marissa mengulumkan bibirnya, ia menganggukkan kepalanya pelan. Mama Marissa pun pergi dari kamar Marissa, sedangkan Marissa masih duduk termenung dan mencerna ucapan Mamanya beberapa saat lalu.

“Mungkin ini pilihan yang tepat bagi Azka.”

“pilihan yang tepat bagi Azka,” lirih Marissa.

hah~”

                              。゚•┈୨♡୧┈• 。

“pagi Rissa!” sapa Reeva.

𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang