Marissa menatap tajam lelaki itu, ia hendak pergi namun tangannya ditahan oleh lelaki itu. Hal itu membuat Marissa semakin kesal, ia pun menarik kuat tangannya.
“le.pa.sin.”
“lo suka banget yaa, pergi-pergi sendirian. Nanti nyasar lagi loh,” ucap lelaki itu.
“masa bodo! Gak peduli! Lepasin gue, Azka!”
“kenapa sih, Na? Kenapa, hm?” Marissa kembali berusaha menarik tangannya.
“sakit, Azka. Sakit, hiks.” Pertahanan Marissa untuk tak menangis pun runtuh, ia terjatuh ke bawah. Azka yang panik pun menjajarkan tubuhnya dengan Marissa.
“gue nariknya keras banget?” Azka menatap panik pergelangan Marissa, namun Marissa menggelengkan kepalanya.
“hiks hati gue sakit, Aka!”
“kenapa, hm?”
“karena lo yang nyesel pdkt sama gue, lo yang mainin gue, lo yang ingkar sama janji lo, lo yang manggil nama gue hiks!” Azka tersenyum manis.
“so? Sekarang udah gue tunjukkan bahwa perasaan lo ke mantan pacar lo itu udah hilang, dan sekarang perasaan lo udah diisi sama gue.” Marissa mendongakkan kepalanya. Ia mulai kesal lalu memukul lengan lelaki yang berada di hadapannya itu, namun air matanya terus menerus keluar. Azka terkekeh kecil, ia mengusap air mata yang membasahi pipi Marissa.
“maaf, gue cuman mau lo sadar sama perasaan lo sendiri.”
“gue benci hiks sama lo, benci banget hiks Azka!”
“iyaa, gue sayang sama lo. Sayang banget, Na.” Marissa semakin memukul lengan lelaki itu.
“pembohong hiks ulung!”
“mau dibuktiin lagi, hm?” Marissa menggelengkan kepalanya.
“ayo bangun, balik ke titik kumpul.” Azka mulai berdiri, sedangkan Marissa masih menatap Azka.
“ayo, Nana.” Marissa merentangkan tangannya ke atas, Azka yang peka pun menarik pelan tangan itu hingga Marissa berdiri.
Tangan Marissa digenggam lembut Azka, selama perjalanan Marissa hanya terfokus pada genggaman itu. Lalu ia menatap lelaki yang berjalan di depannya.
“apa ucapan Azka benar? Gue sebenarnya udah move on dari Putra, tapi selalu ngelak. Dan sekarang perasaan gue jadi buat Azka?” batin Marissa.
。゚•┈୨♡୧┈• 。
“Rissa, lo gapapa?” tanya Alissya panik, yang ditanya menggelengkan kepalanya.
“gue gapapa, Sya.”
“lo kemana dulu sama Azka?” tanya Alissya.
“ng...nggak kok, gue jalan kesini. Gue juga gak bareng Azka,” bohong Marissa.
“belajar bohong dari mana lo, Sa?” kekeh Alissya.
“emang tadi lo liat gue kesini bareng Azka?” tanya Marissa.
“ya nggak, tapi tadi setelah lo pergi... Azka langsung ngejar lo,” jawab Alissya.
“coba lo tanya langsung aja ke dia.”
“kenapa?” Sosok yang dibicarakan oleh Marissa dan Alissya pun muncul, Alissya berdehem kecil saat sosok itu menghampiri ia dan Marissa.
“gak tau tuh, Alissya.” Yang dituduh mendelikkan matanya.
“apaan?! Rissa kangen tuh, Ka.” Marissa menatap tajam temannya itu, Azka melirik ke arah Marissa.
“kalau kangen, ngomong aja. Gak perlu lewat Alissya kayak gitu,” balas Azka, Marissa merotasikan matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...