"kok lo masih duduk disini?!"
"aelah kemarin juga lo nyaman tidur di pundak gue, Na," jawab Azka. Marissa menghela nafasnya kasar, ia pun memalingkan pandangannya ke luar jendela.
"Ka," panggil Marissa. Azka yang tadinya berbincang dengan Syahreza yang berada di seberang kursinya pun mengalihkan atensinya.
"makasih buat dua hari ini, gue minta maaf karena udah repotin lo dan uhm...gue yang marah-marah ke lo." Azka tersenyum manis, ia mengelus halus rambut Marissa.
"sama-sama, gue gak terlalu merasa direpotin sih. Yaa direpotin sama calon pacar sendiri gue mah rela lahir batin, Na," balas Azka.
Mendengar dua kata yang diucap oleh Azka membuat pipi Marissa sedikit memerah, ia pun kembali fokus pada jalanan. Azka yang melihat pipi Marissa merona pun terkekeh kecil, lantas ia mencubit pelan pipi Marissa lalu ia kembali melanjutkan perbincangannya dengan Syahreza yang sempat tertunda.
Beberapa para siswa/i menikmati perjalanan mereka kembali ke sekolah, banyak yang bernyanyi di sepanjang perjalanan hingga menikmati perjalanan lewat tidur. Marissa merasa bahwa bahunya terasa berat, ia pun melirik ke arah sebelahnya.
Dilihatnya Azka tertidur pulas di bahunya, Marissa mengatur posisi Azka agar nyaman. Ia mengangkat tangannya untuk mengelus rambut pemilik seseorang disebelahnya, namun ia urungkan. Tetapi kini ia merasa bahwa tangan kanannya sedang digenggam lembut.
"lagi tidur juga masih sempat-sempatnya modus lo!" Marissa mendengus kasar, namun bibirnya melengkung ke atas.
Tak terasa akhirnya bus telah terparkir rapih di parkiran sekolah, Marissa yang tertidur dengan menumpu kepalanya di kepala Azka yang tertidur di bahunya lantas membuka matanya perlahan membiasakan retra matanya. Setelahnya ia menoleh ke arah bahunya, ia mengulurkan tangannya untuk menepuk pelan pipi sosok itu.
"Aka, bangun." Sang empunya pun membuka matanya perlahan.
"so...sorry, Na. Pegal ya pundak lo?" tanya Azka khawatir, sedangkan Marissa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"gapapa, ayo turun."
Azka turun dari bus, setelahnya ia mengulurkan tangannya pada Marissa yang menatapnya di pintu bus. Azka mengode lewat matanya, Marissa yang mengerti pun membalas uluran tangan tersebut. Azka dan Marissa menghampiri teman-temannya yang berada di lapangan.
"ekhem! Nyenyak banget ya tidurnya, sampai dibangunin beberapa kali juga gak bangun-bangun," ucap Reeva.
"gue sama Marissa kemarin tidurnya telat," balas Azka.
"iya soalnya pacaran dulu," ucap Alissya. Marissa merotasikan matanya malas.
"nyaman banget yaa itu tangan," goda Sylvi.
Baik Azka maupun Marissa menoleh kompak ke arah genggaman tangan mereka, setelahnya Marissa menarik cepat tangannya. Ia pun sedikit menjauh dari Azka, sedangkan Azka sendiri terkekeh kecil.
"yuk pulang, gue capek." Semuanya mengangguk setuju.
Marissa yang hendak pergi ditahan oleh Azka, hal itu membuat Marissa menolehkan kepalanya. Ia menatap bingung lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Genç Kurgu𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...