Entah mengapa perkataan Azka kemarin terus terngiang-ngiang di telinga Marissa, ia sudah mencoba untuk menepis perkataan lelaki itu. Namun semakin ia menepisnya, semakin terus terngiang.
“hah~”
Helaan nafas itu membuat Reeva—teman sebangkunya menatap Marissa, ia mengernyitkan dahinya tatkala melihat raut wajah Marissa yang sepertinya sedang memiliki suatu masalah (?)
“what’s wrong, Rissa?” tanya Reeva, ia ingin memastikan apakah teman sebangkunya itu sedang baik-baik saja ataukah sebaliknya.
“no, Reeva. Eum...gak ada yang salah kok,” jawab Marissa, tentunya diiringi dengan senyum tipis.
“serius? Kelihatannya lo ada masalah deh.” Marissa menggelengkan kepalanya, lantas ia tersenyum manis.
“gue gapapa, Reeva.”
Tak lama dari itu, guru fisika pun memasuki kelas XII MIPA-3. Para siswa dan siswi pun kembali pada tempat duduk mereka, setelahnya guru pun memulai Kegiatan Belajar Mengajar.
Ketika yang lain fokus terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, lain halnya dengan Marissa yang masih fokus pada pikirannya. Hal itu membuat guru fisika menyadari bahwa Marissa tak memperhatikannya.
“Marissa, kamu mengerti apa yang Ibu jelaskan?” sontak Marissa melihat ke arah guru itu, ia tersenyum kikuk.
“maafkan saya, Ibu.” Guru fisika itu menggelengkan kepalanya.
“apa yang sedang kamu pikirkan? Pacar? Ibu minta kamu fokus terlebih dahulu ke sini, Marissa.” Marissa pun mengangguk.
“baik Ibu, sekali lagi maafkan saya.” Guru fisika itu mengangguk, setelahnya ia pun melanjutkan untuk menjelaskan materi fisika itu. Reeva melirik sebentar ke arah Marissa setelahnya ia kembali fokus pada guru yang sedang menjelaskan materi fisika itu.
。゚•┈୨♡୧┈• 。゚
“seharusnya sih benar.” Marissa melirik ke arah handphonenya lalu kembali melihat rumah seseorang. Ia menghampiri satpam yang menjaga rumah itu, ia tersenyum manis.
“selamat sore, Pak.” Satpam itu mengangguk sembari tersenyum.
“selamat sore, ada yang bisa saya bantu?” tanya satpam itu.
“apakah benar ini rumah eum...Azka?” tanya Marissa ragu.
“oh, iya benar. Ini rumah Den Azka, maaf tapi Non siapa dan ada keperluan apa?” tanya satpam itu, Marissa tersenyum manis.
“saya Marissa eum...temannya Azka. Saya ingin ketemu dengan Azka, apakah boleh?” tanya Marissa.
“ohh boleh Non, ayo saya antar ke dalam.”
Marissa mulai memasuki rumah milik Azka tentunya di pandu oleh satpam rumah Azka, tak lama kemudian seorang wanita paruh baya menghampirinya.
“loh? Ada siapa nih?” tanya wanita itu.
“Mbok Yem, panggilin Den Azka. Ini ada temannya mau ketemu katanya” jawab satpam itu, sedangkan Marissa hanya tersenyum manis pada wanita itu.
“ohh, boleh boleh. Mari Non masuk dulu, Mbok Yem panggilin Den Azka.” Marissa hanya mengikuti wanita paruh baya yang ia tebak adalah seorang ART di rumah Azka.
Marissa di suruh untuk menunggu di ruang tamu, sedangkan wanita paruh baya itu pergi untuk menghampiri anak dari majikannya.
Marissa yang ditinggalkan pun hanya menatap sekeliling ruang tamu milik rumah Azka, kini tatapannya tertuju pada bingkai foto yang didalamnya ada sepasang suami istri dan tentunya Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...