"ngomongin apa sama Putra?" tanya Marissa.
Yang ditanya menoleh ke arah kekasihnya, ia tersenyum miring dengan mata yang ia sipitkan itu lalu ia mendekat pada kekasihnya. Marissa mengernyitkan dahinya bingung melihat kelakuan kekasihnya itu, namun ia memundurkan tubuhnya saat dirasa kekasihnya itu semakin mendekat ke arahnya.
"l...lo ke...kenapa?"
Sialnya, tubuh Marissa terhentak ke dinding. Namun Azka masih saja mendekat ke arahnya, Marissa menutup matanya erat. Azka tertawa, ia mencubit gemas hidung kekasihnya itu lalu ia menjauh dari Marissa.
"gila lo!" Marissa memukul lengan lelaki yang berstatus kekasihnya itu.
"kepo banget sih lo," ucap Azka.
"ya...gue kan cuman aneh aja. Kan lo sama Putra tuh gak akur, eh tadi malah ngomongin sesuatu. Berduaan lagi!" kesal Marissa.
"rahasia, anak kecil gak boleh tau." Marissa merengut kesal.
"beli es krim yuk," ajak Azka. Marissa menggelengkan kepalanya, ia menatap kekasihnya itu.
"gue bukan anak kecil ya!"
"tapi badan lo lebih pendek ketimbang gue, Na." Azka memegang kepala Marissa, ia terkekeh kecil saat melihat kekasihnya memiliki tubuh yang kecil daripada dia.
"gak usah tinggi shaming ya lo!" kesal Marissa.
"bukan tinggi shaming, sayang. Emang faktanya gitu," elak Azka.
"bodo! Gue laporin ke nyokap gue!" Azka terkekeh geli.
"ya udah, laporin aja. Mama mertua juga bakal memihak ke gue," ucap Azka.
"main mertua mertua aja lo!"
"udah ah, gue gak mau debat. Lo mau langsung pulang atau lo mau mampir ke mana?" tanya Azka.
"dih? Gue bawa mobil sendiri, Azka. Terserah gue dong mau langsung pulang kek mampir dulu kek," ucap Marissa.
"bentar." Azka mengeluarkan handphonenya, lalu ia mengetikkan sesuatu. Tak lama, ia menaruh handphonenya tepat di samping telinga kanannya, hingga tak lama kemudian teleponnya tersambung.
"lo nanti ke markas Graventas."
"bawa mobilnya Marissa, nanti gue titipin kuncinya di Putra."
Azka mematikan teleponnya itu, ia tersenyum kecil. Sedangkan Marissa membelalakkan matanya, sungguh tak tertebak kekasihnya itu.
"apa-apaan sih?! Udah gue mau pulang sendiri aja," ucap Marissa.
"gue udah nyuruh Pasha, ya kali gue batalin. Gak enak sama dia," ucap Azka.
"apa?! Lo bilang gak enak kalau ngebatalin perintah lo?! Astaga! Harusnya lo lebih gak enak lagi karena lo merintahin dia, Azka!" Marissa menepuk dahinya.
"nggak kok, gue cuman minta tolong doang."
"terserah ah! Pusing deh kalau ikut jalan pikiran lo!" Marissa memberikan kunci mobilnya pada kekasihnya itu, sedangkan sang empunya tertawa kecil. Ia pun menerima kunci itu, lalu tak lama kemudian ia pergi untuk menitipkan kunci mobil itu pada Putra.
"let's go!"
。゚•┈୨♡୧┈• 。
Marissa melepaskan seat beltnya, ia menolehkan kepalanya ke samping.
"habis dari sini, kamu mau kemana?" Azka mengalihkan atensinya pada gadis yang disampingnya.
"uhm, markas mungkin (?)" Marissa menganggukkan kepalanya mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...