Azka kini telah pulih, ia baru saja sampai di markas Vandalas. Saat ia sampai semua anggota Vandalas menyambutnya hangat, Azka duduk di sofa yang berada di markas Vandalas.
“Azka, ada yang mau gue omongin.” Azka menoleh ke arah Syahreza, ia mengangguk kecil.
“jujur gue bingung tentang tawuran kemarin,” ucap Syahreza.
“sama, Za. Gue juga bingung, kenapa bisa Putra tau rencana kita.”
“makanya gue minta Pasha buat selidiki itu, dan dia dapat sesuatu. Sebenarnya gue juga gak percaya tapi bukti ini mengarah ke dia,” ucap Syahreza.
“maksudnya mengarah ke dia?” Syahreza memberikan sebuah foto yang memperlihatkan Marissa yang sedang bersama Putra di tepi danau.
“gak hanya itu, Ka.”
“ada bukti?”
“gue gak punya bukti fisik dan gue emang denger sendiri cerita itu dari pacar gue!”
“Dan lo juga benci banget sama Azka, so itu bisa menjadikan gue...”
voice note itu mati, Azka menatap Syahreza yang juga menatapnya. Kini air matanya mulai membendung, ia mengepalkan tangannya kuat.
“gue juga sebenarnya gak percaya kalau Marissa yang membocorkan rencana kita, tapi Marissa ketemuan sama Putra sehari sebelum kita tawuran.”
Azka tak membalas ucapan Syahreza, ia bangun dari duduknya dan meraih kunci motornya yang berada di meja. Ia pun bergegas pergi dari markas Vandalas.
“jaga diri lo, Azka.”
“rencana yang lo buat jauh-jauh hari untuk serang Graventas hancur, Ka.”
“Hancur karena orang terdekat lo,”
“gue gak punya bukti fisik dan gue emang denger sendiri cerita itu dari pacar gue!”
“Dan lo juga benci banget sama Azka,”
“kalau hal itu terjadi saat kita udah pacaran kayak gini...apa yang akan lo lakuin ke gue?”
“benarkah orang itu lo, Na?” batin Azka.
。゚•┈୨♡୧┈• 。
“Azka? Tumben gak ngabarin kalau lo mau ke sini, ada apa?” tanya Marissa.
Azka diam tak ada niat untuk menjawab pertanyaan gadis yang berstatus kekasihnya itu, melihat Azka yang hanya terdiam membuat Marissa kebingungan.
“Azka,” panggil Marissa.
Azka beranjak pergi dari rumah Marissa tanpa sepatah kata pun, Marissa menatap bingung akan sikap Azka yang aneh. Marissa hendak mengejar namun Azka telah pergi.
“Azka kenapa?”
Keesokan harinya di Valhalla High School, Marissa baru saja tiba di kelas MIPA-3. Namun lagi dan lagi ia merasakan keanehan tatkala melihat ketiga temannya yang seakan-akan menjauhinya.
“guys, ada apa?” tanya Marissa.
Alissya melangkah ke arah Marissa, sedangkan Marissa hanya terdiam saat melihat salah satu temannya menghampirinya.
PLAK!
Marissa memegang pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh temannya itu, ia melihat ke arah temannya yang sedang menatapnya tajam dengan raut wajah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Jugendliteratur𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...