Hari Senin pun tiba, para seluruh warga Valhalla High School melakukan kegiatan upacara bendera. Rangkaian demi rangkaian kegiatan upacara bendera telah dilakukan, hingga kegiatan upacara bendera selesai.
Marissa melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah, namun sebuah rangkulan dibahunya membuat ia menoleh ke arah sang empunya.
“Ris, kemarin waktu gue sama yang lain jenguk Azka...Azka nanyain lo,” ucap Sylvi.
“oh ya? Uhm, lo kasih tau kan kalau gue gak bisa datang?” tanya Marissa.
“ya, gue bilang.”
“tapi setelah itu gue lihat raut wajah Azka kayak...sedih gitu,” bisik Sylvi.
“ngaco deh!” Marissa menggelengkan kepalanya.
“yaudah kalau gak percaya,” ucap Sylvi.
Marissa diam, ia tak membalas ucapan dari temannya itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas, tentunya bersama Sylvi.
Lonceng istirahat pun berbunyi, Marissa dan ketiga temannya bergegas ke kantin. Saat mereka sampai di kantin, mereka segera memesan makan. Hingga tak lama kemudian Rafka, Syahreza, dan Pasha menghampiri meja mereka.
“nanti kalian mau ikut jenguk Azka gak?” tanya Syahreza, semuanya mengangguk terkecuali...
“sorry, gue gak bisa ikut. Gue ada urusan mendadak.” Sontak semuanya melirik ke arah Marissa, setelahnya mereka mengangguk.
。゚•┈୨♡୧┈• 。゚
“gue titip salam yaa buat Azka, sorry gak bisa jenguk dia lagi,” ucap Marissa.
“okayy.”
Marissa tersenyum tipis, setelahnya ia pun pergi dari sana. Sedangkan ketiga temannya segera bergegas menuju rumah sakit tempat Azka dirawat.
Reeva, Sylvi, Alissya, Pasha, Rafka, dan Syahreza telah sampai di kamar inap Azka. Dan seperti kemarin saat mereka mulai masuk, Azka terus menerus melihat ke arah pintu.
“Marissa gak bisa datang lagi, ada urusan mendadak katanya. Dia titip salam buat lo,” ucap Sylvi yang menebak pikiran Azka.
“salam balik,” balas Azka.
“so gimana pemulihan pascaoperasi lo? Lancar?” tanya Syahreza.
“syukurnya, lancar.”
“syukurlah.”
“by the way lo betah banget disini, sekalian bolos ya,” tuduh Pasha.
“mau ditampol pakai apa lo?!”
Mendengar balasan dari Azka, membuat mereka berenam tertawa lalu mulai berbincang. Namun Azka hanya menyimak perbincangan mereka tanpa ada niat untuk membalas, paling ia akan bereaksi dengan mimik wajahnya. Hari mulai malam, mereka memutuskan untuk pulang. Tetapi saat mereka semua keluar, Azka memanggil seseorang.
“Sylvi.” Sang empunya berbalik.
“may I have Marissa’s phone number?”
“hm, sure.”
“thank you.”
Sedangkan disisi lain, Marissa menghela nafasnya. Dagunya ia tumpukan pada tangannya di meja belajar, ia menoleh ke arah handphone nya yang menyala karena notifikasi chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...