“kamu yakin kamu bakal bisa jaga diri kamu?” tanya Mama Marissa.
“Rissa usahain, please Mah...ini terakhir kali loh sebelum Rissa kuliah,” bujuk Marissa.
Sepulang sekolah tadi, Marissa bergegas menemui Mama dan Papanya untuk meminta izin ikut dalam kegiatan camping. Namun ia melihat dari raut wajah Mama nya yang sepertinya tak mengizinkan membuatnya terus-menerus membujuk Mama nya itu.
“kamu itu udah gak sama Putra lagi, gak ada yang bisa jagain kamu nanti disana. Bagaimana kalau kamu kenapa-napa disana? Mama khawatir, Rissa.” Marissa menghela nafasnya kasar.
“Mah, Putra juga gak sepenuhnya jagain Rissa. Buktinya dia nyakitin Rissa. Rissa juga udah gede, Rissa usahain buat jaga diri sendiri,” ucap Marissa.
“Mama belum sepenuhnya yakin, Rissa.”
“ada..."
"...ada yang bakal jagain Rissa.” Mama Marissa menoleh ke arah Marissa.
“bawa dia kesini.”
Marissa merutuk dirinya sendiri, ia melirik handphonenya yang tergeletak di tempat tidurnya. Ia menepuk pelan dahinya.
“bodoh Rissa, bodoh!”
“bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu!”
“aish!”
Marissa menggigit bibirnya, ia benar-benar bingung dengan keadaan saat ini. Ia mengusak kasar rambutnya, lalu menghela nafasnya kasar.
。゚•┈୨♡୧┈• 。゚
Waktu istirahat tiba, ketiga teman Marissa pergi ke kantin untuk mengisi perut namun lain halnya dengan Marissa. Ia kini berada di depan pintu rooftop sekolah, ia mengulurkan tangannya untuk membuka knop pintu itu.
Pintu rooftop pun terbuka, Marissa mengedarkan pandangannya. Sosok yang ia cari pun ada, Marissa menghela nafasnya pelan. Setelahnya ia berjalan menghampiri sosok yang sedang duduk di pembatas rooftop.
“Ka,” panggil Marissa.
Yang dipanggil pun menoleh, ia terkejut dengan kehadiran Marissa yang tiba-tiba berada di sampingnya. Lantas ia pun turun dari pembatas, dan mengajak Marissa sedikit menjauh dari pembatas itu.
“kenapa lo disini? Ini jam istirahat, harusnya lo makan di kantin.”
“gue boleh minta tolong?” bukannya menjawab pertanyaan sosok itu, Marissa malah memberikan pertanyaan untuk sosok itu.
“sure, kenapa?”
“pulang sekolah nanti mampir ke rumah gue, bisa?” tanya Marissa.
“uhm, okay. Nanti gue kesana,” balas sosok itu, Marissa pun mengangguk.
“makasih, Ka.”
Sesuai dengan yang mereka omongkan tadi, kini Marissa sedang menunggu sosok itu di depan rumahnya. Hingga deru motor terdengar di telinganya, Marissa mengatupkan bibirnya. Setelahnya sosok itu berhenti di depan rumah Marissa.
“masukkin aja.” Sosok itu mengangguk.
Sosok itu memasukkan motornya ke garasi rumah Marissa, setelahnya ia membuka helm full facenya. Marissa menutup gerbang rumahnya, dibantu oleh sosok itu.
“gue belum dikasih izin untuk ikut camping,” ucap Marissa tiba-tiba.
“nyokap masih khawatir gue gak bisa jaga diri disana.” Sosok itu pun mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Teen Fiction𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑑𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑖𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡...