𐒨hᥲ⍴𝗍ᥱr 20 "Gᥙᥱ Bᥱrᥙᥒ𝗍ᥙᥒց Dᥲ⍴ᥱ𝗍іᥒ Нᥲ𝗍і L᥆"

6 2 0
                                    

"Rissa kenapa, Ka?" Azka menolehkan kepalanya ke belakang, dilihatnya wakil ketua Vandalas-Rafka sedang berjalan ke arahnya.

"gue juga gak tau, tapi tadi dia bilang kalau baru aja ketemu sama Putra. Jadi ini pasti karena kelakuan Putra," jawab Azka.

"lo mau diam aja?" tanya Rafka.

"gila aja! Cewek gue dibuat nangis sama dia ya kali gue diam aja."

"terus? Rencana lo apa?" Azka tak menjawab wakilnya itu, ia menatap kerikil yang berada di dekat kakinya. Ia menendang kerikil itu hingga kerikil itu terjauh darinya, Rafka yang melihat itu pun terdiam.

Keesokan harinya Marissa sedang menunggu seseorang di depan rumahnya, hingga sosok yang ia tunggu tiba. Marissa tersenyum lebar, ia menghampiri sosok yang baru saja tiba.

"udah nunggu lama?" Marissa menggelengkan kepalanya.

"baru aja kok gue keluarnya," jawab Marissa.

Sosok itu memakaikan helm pada kepala Marissa, lalu Marissa menaiki motor itu lalu ia melingkarkan tangannya tepat di perut sosok yang kini berada di depannya. Saat dirasa Marissa telah memeluknya, sosok itu pun menjalankan motornya menjauhi area perumahan Marissa.

Kini mereka telah sampai di Valhalla High School, sosok itu memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Marissa melepaskan pelukan itu dan segera turun dari motor itu, ia melepaskan helm dan memberikan helm itu pada sosok yang kini sedang menyisir rambutnya.

"gak usah tebar pesona, Azka!"

"gak ada yang tebar pesona, Na." Marissa berdecak kesal, ia segera pergi menuju koridor sekolah. Azka terkekeh kecil lalu ia mengikuti Marissa saat kini ia telah sejajar dengan Marissa, dengan kejahilannya ia mencubit hidung Marissa hingga gadis itu tak bisa bernapas.

"Mahardika Azka Ardiaz! Lepasin!" kesal Marissa sembari berusaha melepaskan tangan Azka yang menutupi organ pernafasannya itu.

"lucu banget sih kalau lagi cemburu," ucap Azka.

"gak ada yang cemburu! Lepasin tangan lo, Azka!" Azka melepaskan cubitannya itu, Marissa dengan rakusnya menghirup oksigen. Marissa menatap tajam lelaki yang kini menatapnya dengan wajah tanpa dosa.

"gila lo! Mau bunuh gue ya lo?!"

"mana mau gue bunuh cewek yang gue sayang, mau dibayar dua ratus tujuh puluh satu triliun pun gak mau gue."

"lebay lo!" Marissa kembali melangkahkan kakinya dengan Azka yang terus mengikutinya hingga ia telah berada di depan kelasnya, namun Azka sama sekali tak ada tanda untuk pergi ke kelasnya membuat Marissa kesal.

"kelas lo disana, Azka!" tunjuk Marissa pada kelas yang berada tak jauh dari kelasnya, sedangkan sang empunya masih diam menatapnya dengan tatapan memuja.

"Mahardika Azka Ardiaz!"

"kenapa, sayang?" tanya Azka lembut.

"pergi ke kelas lo, Azka."

"siap, Ibu ketua Vandalas." Azka memberikan pose hormat lalu pergi begitu saja meninggalkan Marissa yang tersipu malu akibat panggilan yang dilontarkan oleh kekasihnya itu.

                                。゚•┈୨♡୧┈• 。

"Azka, ayo pulang." Yang dipanggil menghampiri gadis yang kini berada di depan kelasnya.

"Na, gue ada rapat sama anggota Vandalas. Pulangnya agak telat gapapa?" Marissa menganggukkan kepalanya.

"di markas Vandalas?" kali ini gantian, Azka mengangguk lalu ia menggandeng tangan kekasihnya itu hingga ke parkiran sekolah. Mereka bergegas pergi ke markas Vandalas.

𝐌𝐲 𝐕𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐋𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang