"Nduk, ngapain sih? Dari tadi nggak bisa diem?. "
"Anak kamu belum pulang mas, gimana aku bisa tenang?. "
"Oh, Hangyul? Ya, udah sih biarin aja. Toh udah gede juga kan dia? Nggak mungkin juga dia nyasar. Kalau Hangyul nggak pulang juga nggak apa-apa, kesempatan juga buat kita iya nggak nduk?. "
Mingyu menjelaskan, tanpa merasa khawatir sedikitpun dengan putra semata wayangnya itu. Menurutnya nggak masalah, lagipula anaknya itu sudah hampir dewasa.
"Mas kok gitu? Mas nggak sayang sama Hangyul, kalau ada kejadian apa-apa sama dia gimana? Mas, Hangyul anak kita satu-satunya aku nggak mau ya dia kenapa-kenapa. "
"Iya terus aku kudu pie nduk? Kamu mau aku ngelilingin kota Jombang gitu buat nyari itu anak, nggak ada waktu. "
Lagi dan lagi, Mingyu menjawab santai tanpa menatap Wonwoo. Mingyu memilih sibuk dengan korannya, Wonwoo terlihat menekuk kedua tangannya di pinggang bibirnya cemberut.
"Mas kamu beneran nggak mau nyariin anak ganteng kita? Oke, aku nggak mau tidur sama mas! Oh, satu lagi kalau mas nggak temuin anak ganteng kesayangan aku mas nggak dapet jatah dua bulan!. "
Mingyu menaikkan sebelah alisnya, mana bisa begitu? Dua bulan bukan waktu yang singkat, tidak ada jatah ranjang? Mana tahan, apa lagi Mingyu sering di suguhi pemandangan Wonwoo pagi-pagi memakai daster.
"Nduk, endan awakmu?. "
"Mboh! Wes pokok iku jareku, gak enek jatah rong ulan sebelum mas nemokne anak bagusku. "
Jelas Wonwoo lalu pergi meninggalkan Mingyu, Mingyu jelas cemberut.
"Oh, ancen gara-gara bocah edan tok iki! Awas ae koen nek moleh. "
"Pak! Buk! Aku balik. "
Hangyul terlihat masuk ke dalam sambil melepas sepatunya, dia baru saja pulang jalan-jalan mengelilingi kota bersama teman baiknya. Sementara Wonwoo, yang tadinya terlihat mengambil air minum langsung berjalan mendekati sang anak kesayangan.
"Ini, anak gantengku. Dari mana aja? Ibu khawatir loh, kamu kok nggak pulang-pulang? Wis madang dorong nak?. "
"Gyul, Hangyul koen yo wis peng piro bapak ngadani awakmu? Kalau main jangan pulang malem-malem, awakmu i jane kenek ta gak di kandani? Kupingmu ngerungokno ora nek bapak ngomong?. "
"Apa sih pak? Sensi banget. "
"Oh, wis wani koen ngelawehi wong tuwo? Ngerasa keren?. "
"Nyenyenye. "
Cetass...
Satu pukulan menggunakan sarung, tepat mengenai kaki Hangyul membuat remaja itu menatap mela ke arah Wonwoo. Meminta pertolongan.
"Buuuu. "
"Mas! Apa sih mukul-mukul. "
"Kamu nggak usah lagi belain dia, jadi kebiasaan kalau terus kamu belain. "
"Kan bisa di bilangin baik-baik, nggak harus di pukul! Dia anak aku, anak satu-satunya nggak ada yang boleh nyakitin dia termasuk kamu mas! Ngerti?. "
Hangyul sangat bangga saat mendapatkan full pembelaan dari sang ibu, hal itu membuat Mingyu semakin menahan amarahnya. Mingyu kesal, karena gara-gara anak itu dia hampir tidak mendapatkan jatah mingguannya.
"Hangyul, udah yo nggak usah dengerin bapak kamu. Sekarang gek ndang adus, terus turu istirahat sesuk kuliah toh?. "
"Siapp, buk! Sayang banget sama buk'e. "
Muaahh...
Wonwoo mencium pipi putranya membuat Mingyu melotot, apa ini? Mingyu saja sejak kelahiran Hangyul dia jarang mendapatkan perhatian seperti itu, tapi anaknya itu dengan gampangnya merampas hak milik Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINWON GS STORY [ON GOING]
RandomWARNING❗ AREA 21+ 🔞 One shoot gs area Khusus dewasa Harap bijak memilih bacaan!