Cuaca hari ini sangat bagus. Langit berwarna biru terang nan cerah serta angin sejuk sepoi--sepoi yang memanjakan.
Seorang pria tinggi dan bertubuh tegap memeriksa jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Pukul 10:15 pagi. Mengambil nafas pelan, ia tak menyangka jika perjalanannya dari Roma, Italia, menuju Jepang akan memakan waktu selama ini.
Pria tersebut baru saja turun dari mobil setelah dari Bandara, sedangkan pria lain yang ada dibelakangnya, yang tak lain adalah sopirnya, sedang sibuk mengeluarkan beberapa koper serta barang-barang lain.
"Huhh..."
Pria itu menghembuskan nafas. Rambut hitam miliknya bergerak pelan tertiup angin. Memiliki wajah yang sangat tampan dengan hidung mancung dan rahang yang tegas, yang mampu menarik perhatian wanita manapun ketika melihatnya. Tetapi aura yang di dapat dari pria itu terasa datar dan dingin. Jarang tersenyum, ketus. Ditambah, ada beberapa orang yang tidak suka dengan sifatnya. Yup, terkadang dia mengucapkan sesuatu secara blak-blakan, membuat lawan bicaranya sakit hati.
Tangannya tergerak untuk merapikan beberapa anak rambutnya yang sedikit berantakan akibat angin. Dihadapannya, sudah berdiri sebuah rumah besar dan megah--yang lebih terlihat seperti istana--yang menjadi tempat tujuannya sejak awal. Bersama sang supir dibelakang, pria itu berjalan menuju pintu. Namun seseorang sudah lebih dulu muncul dari dalam.
Seorang wanita dewasa berambut hitam sama dengannya, tersenyum lebar menyambut kedatangan pria tersebut. Tanpa aba-aba wanita itu langsung memeluk tubuh tingginya. Seraya berteriak menyerukan namanya.
"TOBIOOOOOO!!!!"
"Mi-Miwa!!"
Pria tinggi yang ternyata bernama Tobio itu mendorong tubuh wanita tersebut demi terlepas dari pelukan mautnya.
Sungguh ia tidak suka itu.
"Lepaskan!!! A-aku.. Tidak bisa bernafas!"
Sial, padahal dia wanita. Tapi tenaganya bisa sekuat ini.
"M-Miwa!!"
"Hahaha.. Maaf, maaf!" wanita bernama Miwa itu tertawa keras. Melepas pelukannya. "Habisnya aku terlalu senang melihat adik ganteng-ku ini pulang."
"Aku bisa mati gara-gara pelukanmu." balas Tobio kesal.
"Selamat datang kembali, Tobio." suara berat seseorang menginterupsi mereka. Sesosok pria bersama wanita di sampingnya muncul menghampiri Tobio.
"Ayah.. Ibu..." ucapnya.
Pria tua yang baru saja memanggilnya itu adalah kepala keluarga Kageyama, sekaligus Ayah Tobio dan Miwa. Dan wanita yang bersamanya adalah Ibu mereka.
"Akhirnya kau pulang.. Tobi."
Tobi, adalah nama kecil Tobio yang hanya disebut oleh Ibunya. Wanita yang dipanggil Ibu itu pun memeluk tubuh Tobio sambil menangis. Tak lupa juga dengan sang ayah, menepuk dan mengelus pundak lebar Tobio. Terharu melihat putranya pulang setelah beberapa tahun tinggal di negeri orang.
"Iya.. Aku pulang.." balas Tobio.
Padahal belum masuk rumah. Namun suasana sudah se melow ini. Tobio juga tak kuasa menahan rasa bahagianya bertemu keluarga tercinta. Apalagi Miwa, wanita itu terus-terusan mengusap pipinya karena basah oleh air mata.
Tak ada yang lebih membahagiakan dibanding berkumpul bersama keluarga.
"Masuklah dulu." kata sang Ayah. Ia juga memberi instruksi kepada si sopir agar membawa barang-barang Tobio kedalam.
Tobio masuk kedalam rumah. Ia tertegun karena tak ada yang berubah secara signifikan dari rumah ini. Pajangan mewahnya, barang-barang antiknya. Bahkan foto-foto Tobio dan Miwa dari zaman sekolah masih terpajang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐍 𝐘𝐎𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄? • Kagehinaatsu
Fanfiction༺✮•°◤ 𝙃𝙞𝙣𝙖𝙩𝙖 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 terjebak dalam kisah cinta segitiga. Dia menyukai 𝙆𝙖𝙜𝙚𝙮𝙖𝙢𝙖 𝙏𝙤𝙗𝙞𝙤, tapi si pirang 𝙈𝙞𝙮𝙖 𝘼𝙩𝙨𝙪𝙢𝙪 terus-terusan ngejar dia. 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 capek, dia harus milih yang mana? Hng, 𝐁𝐱𝐁 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭.