Atsumu menatap lama layar ponselnya tanpa melakukan tindakan apapun. Ia menatap kontak nomor bertuliskan nama Shoyo pada layar HP tersebut. Seperti orang bodoh. Lalu Atsumu meletakkan ponselnya di meja. Sambil bertopang dagu dia melirik saudaranya, Osamu tampak sibuk melayani pelanggan karena kondisi kedai siang itu lumayan ramai. Atsumu mengambil tempat duduk paling pojok dekat jendela, sengaja ia lakukan agar bisa melihat jalanan kota.
Atsumu menghela nafas berat. Kemudian ia kembali menggoreskan ujung pensilnya ke atas kertas putih polos berukuran A4. Jemarinya dengan lihai bergerak kesana-kemari sampai membentuk sketsa seseorang. Memang ia tidak pandai menggambar karena itu bukan hobinya.
Atsumu tersenyum samar dalam diam. Ia melakukannya secara tidak sengaja setelah melihat ada kertas dan pensil menganggur di dalam tas kerjanya. Lama ia berkutat sampai kertas polos tersebut telah penuh oleh sketsa dari seseorang yang Atsumu gambar sendiri.
Lagi, Atsumu menghela nafas berat. Onigiri buatan saudaranya masih tertata rapi dalam piring. Padahal Atsumu sangat menyukai onigiri buatan Osamu dan akan langsung melahapnya sampai habis. Tapi tidak untuk kali ini. Atsumu merasa tidak berselera makan.
Pria itu sudah berkali-kali di kecewakan. Bahkan keberadaanya tidak pernah dianggap.
Namun dalam hatinya, Atsumu tetap saja merindukan Shoyo.
***
Pemotretan baru saja selesai satu jam lalu. Tobio mengasingkan diri dari perkumpulan dan memilih untuk menyendiri di balkon studio. Nixel baru saja kedatangan model baru, seorang wanita usia sekitar 27 tahunan. Tiga tahun lebih tua darinya. Dan Tobio tidak suka bagaimana cara wanita itu menatapnya. Tobio tidak mau berada lama-lama di dalam. Selain karena si anak baru, mendengar ocehan managernya, Shirabu Kenjiro, yang manut-manut saja apa yang dikatakan bos. Tidak memperdulikan perasaan orang lain, termasuk memberinya pekerjaan ekstra.
Tobio mengeluarkan satu batang rokok. Menyulutnya, menghisapnya, lalu menghembuskan kepulan asap menyebalkan itu ke udara.
Bagian bawah mata Tobio semakin menghitam. Kapan terakhir kali dia tidur nyenyak? Tobio tidak tahu. Terlalu banyak beban pikiran yang ia pikul saat ini.
Satu batang rokok sudah habis, Tobio ambil lagi batang kedua. Sepertinya nikotin ini mulai membuatnya candu. Andai Shoyo melihatnya apa dia bakalan merebut rokok dari bibir Tobio sambil ngomel-ngomel seperti hari itu?
Rokok tidak baik untuk kesehatan, tau! Nanti paru-parumu gosong
Oh iya, si cebol. Dia sedang apa sekarang? Sudah makan? Sudah tidur?
Wajah Tobio sangat lesu dan tidak bersemangat. Akhir-akhir ini hubungannya dengan Shoyo terasa semakin merenggang. Dia jarang membalas pesannya.
"Menikmati udara malam sambil merokok, Tobio-chan?"
Tobio tidak menoleh. Ia tahu siapa pemilik suara ini. Pria yang baru saja berbicara itu mendekat lalu berdiri di sebelahnya.
Tobio menyodorkan tangan kirinya ke depan wajah orang tersebut.
"Thanks."
Orang itu mengambil satu batang rokok dari tangan Tobio yang ia tawarkan. Tanpa perlu diminta pun Tobio dengan senang hati membantu pria itu menyulut rokoknya dengan korek.
"Ada apa ini hmm? Kenapa Tobio-chan yang garang tiba-tiba perhatian begini."
Tobio mengabaikan. Orang itu, Oikawa Tooru, sepertinya paham. Mereka berdua adalah manusia yang sama-sama menyedihkan. Tooru menyedihkan karena belum bisa move on dari Hajime meski pria itu akan menikah di waktu dekat, sedangkan Tobio.. Adalah manusia paling menyedihkan karena dipenuhi rasa penyesalan. Akibat kedenialan dia sendiri Tobio kehilangan mataharinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐍 𝐘𝐎𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄? • Kagehinaatsu
أدب الهواة༺✮•°◤ 𝙃𝙞𝙣𝙖𝙩𝙖 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 terjebak dalam kisah cinta segitiga. Dia menyukai 𝙆𝙖𝙜𝙚𝙮𝙖𝙢𝙖 𝙏𝙤𝙗𝙞𝙤, tapi si pirang 𝙈𝙞𝙮𝙖 𝘼𝙩𝙨𝙪𝙢𝙪 terus-terusan ngejar dia. 𝙎𝙝𝙤𝙮𝙤 capek, dia harus milih yang mana? Hng, 𝐁𝐱𝐁 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭.