chapter 27

35 1 0
                                    

Naura terbangun dari tidurnya karna merasa geyan tak berada di sampingnya. Ia pun mencari keberadaan geyan di segala penjuru ruangan. Sampai di suatu ruang kerja, ia menemukan geyan namun anehnya geyan seperti orang yang sedang ketakutan . Naura pun menghampiri pria itu. "Iyan, kamu_."

" Pergi! Jangan deket-deket!_ aku bukan pembunuh. Pergi__!!! Aku bukan pembunuh." Ucap geyan yang histeris.

Naura mengerenyit bingung, apa jangan benar dengan ucapan mamah Rika kalo geyan punya penyakit gangguan mental.

" Iyan, ini aku Nara. Istri kamu sayang, kamu tenang ya. Aku selalu ada di samping kamu . Kamu bukan pembunuh, kamu orang baik jadi stop bilang kalo kamu pembunuh. Aku sayang kamu." Ucap Naura dengan penuh ketenangan.

Namun aneh nya Naura sama sekali tidak emosi dengan keadaan geyan seperti ini. Justru yang saat ini Naura pikirkan adalah bagaimana cara membuat geyan tenang. Tetapi tetap saja Naura tak mengerti mengapa geyan selalu berteriak jika dia bukan seorang pembunuh. Apa mungkin geyan mempunyai rasa trauma yang berat.
Sudalah jangan pikirkan dulu yang itu.

Naura kembali ke kamarnya untuk mencari sesuatu. Yup, ia mencari obat penenang. Pasti geyan memiliki obat penenang di Sanah.

Wanita itu mengobrak Abrik isi kamar nya hanya untuk mencari obat penenang untuk geyan. Setelah lamanya ia mencari obat penenang akhirnya obat itu ia temukan di bawah selipan baju baju geyan di lemari.

Ia kembali ke ruang kerja geyan dengan membawa segelas air putih. Naura menghampiri geyan yang masih bergeridik ketakutan. Naura membuka bungkus obat itu lalu ia membantu geyan untuk meminum obat itu.

" Sayang, ayo minum dulu obatnya."

Naura memasukan obat ke dalam mulut geyan lalu ia membantunya  untuk meminum air putih.

Sedikit lebih tenang dari pada yang tadi. Untung saja Naura tidak telat, jika Naura telat sedikit saja pasti geyan akan mengobrak Abrik isi ruangan kerjanya.

" Iyan, kita ke kamar yuk. Kamu harus istirahat." Tidak ada jawaban sama sekali dari geyan. Pria hanya terdiam tunduk dan enggan menatap wajah Naura. Naura pun merangkul geyan untuk ia bawa ke kamarnya. Naura membaringkan tubuh geyan di atas ranjang. Naura mengusap rambut geyan lalu mengecup keningnya.

" Kamu istirahat ya, jangan pikirin yang aneh aneh. Aku selalu ada di samping kamu kok." Naura mengusap punggung tangan geyan .

' geyan , aku nggak tegak banget ngeliat kamu kayak gini. Rasanya aku pengen nangis sejadi jadinya. Aku nggak tau harus bagaimana dan di lain sisi ada apa sebenarnya dengan kamu, yan . Dari tadi kamu teriak kalo kamu bukan pembunuh. Apa maksud dari semua itu.'
Gumam Naura dalam hati.

Ketika Naura hendak beranjak mengambil segelas air putih di pantry dapur. Tiba tiba saja geyan menahan lengannya." Jangan kemana mana, tolong temani saya , saya takut Naura. Saya bukan pembunuh." Naura bertambah terkejut ketika geyan berucap seperti itu. Bukan karena masalah karena ia tidak ingin di tinggal dan bukan seorang pembunuh tetapi cara bicara geyan berubah menjadi formal. Selama ini geyan belum pernah memanggil dirinya dengan sebutan saya kepada Naura terkecuali ketika ia sedang berurusan dengan orang kantor. Nggak , ini pasti geyan sedang tidak ketakutan saja. Pasti ada seseorang yang membuat trauma nya kembali lagi.

" Iyan , aku selalu ada di samping kamu . Aku nggak kemana mana,sayang. Lebih baik kamu tidur ya. Aku nggak mau ngeliat kamu kayak gini terus." Geyan hanya mengangguk. Ia mulai memejamkan matanya lalu mulai tertidur.

Naura menarik nafas lega. Syukur lah keadaan geyan sudah tidak seperti tadi lagi dan jauh lebih membaik.

                                *****

GeynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang