.
.
.Aku terbangun diantara sepi dan heningnya rumah ini. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dimana matahari bersinar terik, seperti biasanya Aku ditinggal sendirian oleh Anak-anak itu lagi.
Aku Mengambil telepon genggamku guna melihat jam sembari menggosok mataku yang dari tadi sangat gatal, Ketika Aku mulai menggengam ponsel sebuah ingatan melesat cepat kearahku.
Ada rasa malu yang mengrayangi di pipi dan rasa berbunga-bunga, Aku melupakan sesuatu. Perlahan Aku melihat sekeliling dan melempar ponselku seenaknya, berlari seperti orang keserupan kearah kaca lemari pakaian besar disebelah pintu kamar.
Aku menatap diriku sendiri dikaca itu. Mata sembab, masih pakai stelan keluar kemarin malam, roti dan kaus kaki tergeletak begitu saja dilantai.
Aku menampar diriku setelah mengingat-ingat betapa bodohnya Aku.
Aku berbicara dengan orang yang kubenci dan justru menyemangatinya."Anjir, Gue kemarin malem ngapain."
Aku lagi-lagi menampar pipiku sekali lagi. Bukannya apa namun Aku tak ingat apa yang terjadi di perjalanan pulang kemarin malam.Kini Aku membenturkan kepalaku ke tembok kamar sebelah kaca besar lemari. "Sialan."Aku terus mendesis dan mencoba mengingat-ingat. Mungkin jika Aku membenturkan kepala sebuah sabda muncul.
Terhitung empat puluh lima detik Aku terus membenturkan kepala ke tembok,
hal itu membuatku kewalahan. Kini Aku mengusap kecil kapala kecilku dan lama kelamaan mundur kebelakang dan mulai manjatuhkan diri kearah ranjang kamar.Kini diriku terkapar lemas di ranjang tak tau harus apa selain menyesali dan masih mengingat-ingat kejadian tadi malam.
Mungkin saja Aku terlalu menceritakan beberapa hal padanya atau saja Aku memukulnya dan membuatnya marah saat pulang kerumah, astaga Aku begitu panik.
Sejenak Aku tak bisa menahan isi kepalaku yang ramai.
Kuputuskan membuka ponsel yang tadi kulempar. Aku mulai mengambil benda disebelahku dan membuka layar ponselku.
Namun mataku perlahan menemukan isi chat Mahira yang tadi malam mengabari, yang tentunya belum sempat kubaca. "Mir, Aku lagi sibuk gaada waktu pulang."Dia memang sedang bekerja dan berkuliah tak mungkin meluangkan waktu tuk orang lain seperti diriku.
Mana mungkin manusia sesibuk dia mampu berjalan jalan keluar.
Aku menghembuskan napas dengan senang, ini membuatku tahu bahwa kemarin adalah sekedar angan-angan dan imajinasiku.
Ini hanya bohongan dia itu tak pernah menemuiku. Aku bergumam agar hati kecilku merasa lega.
"Siapa juga yang ingin bertemu orang sepertiku."Aku menghela napas.
Tak mungkin bahwa ia mau menyempatkan diri dengan orang sepertiku.
Toh., Aku yakin Aku pulang sendiri dan tertidur pulas kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Within the Heart
RandomSemua orang pasti memiliki sebuah rahasia nya sendiri,manusia tersendiri sering sekali menyembunyikan sesuatu seorang diri,inilah yang terjadi pada 5 saudara. Bagaimana cerita seorang seorang hamira memiliki 3 orang adik dan satu kakak yang tidak se...