Episod 29 Bab 2

52 7 0
                                    

Rahasia hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahasia hati.
.
.
.
.

"SIALAN BISA GAK SIH KERJA."Matanya menatap tajam, tumpahan kopi dibaju putihnya membuatnya mengamuk, suara bising orang-orang memperhati
kan membuatku semakin terpojok.

"EH., LO DENGER GAK."Pria itu mendorongku dan mengeraskan rahangnya. Ia bak sebagai seorang pemain utama disini.

"LO, TAU GAK HARGA BAJU INI BERAPA."Ia menarikku kehadapan semua orang, memberikan semua orang melihat wajahku. Lensa kamera mengarah padaku, sebuah cahaya kamera membuat mataku sakit. Detik dan menit rasa cemasku akhirnya mulai naik, rasa ingin muntah.

Bukankah sudah kulakukan beribu ribu maaf yang tlah kusampaikan pada pria kekar ini. Apa ia tak mendengar, atau mungkin dia ingin menginjak harga diriku.

Gemetarnya tubuh menjadi saksi bagaimana rasa cemas membelenggu
ku.

"DENGER GA."Ia lagi-lagi mengusikku. Tak ada yang membantu, bahkan dari kerumunan orang lain tak ada yang membantu sedikitpun.

Setiusi menyakitkan tlah menghampiri diriku. Harga diriku diinjak-injak. Berdiri di tengah-tengah kerumunan banyak orang yang tampaknya hanya bisa melihat saja tanpa membantu.

Bahkan tanpa malu mereka menjadikan ajang menginjak rakyat bawah sebagai ajang komedi yang pantas ditonton dan disebar luaskan.

"Lepasin."Namun dari banyaknya kerumunan suara lelaki yang sepertinya suara lembut yang tentu pernah kudengar datang entah dari mana, wangi harum yang khas membuatku segera tahu ia Taren. Cengkraman pria besar yang sedari tadi kasar padaku itu terbuka, "Gausah main fisik mas."Lelaki itu membelaku.

"Siapa lagi ini."Intonasi pria kasar tadi terdengar.

Namun karna rasa sesak yang membelunggu membuatku kini mulai perlahan mundur, saking gemetarnya tubuh dan tak kuasa diriku akhirnua membalikkan badan tuk meninggalkan tempat itu.

Lalu dengan lelaki yang kusebut Taren itu.

Sepertinya ia seolah tahu apa yang terjadi padaku, ia mempersilahkanku pergi.

Aku berlari melewati kerumunan orang yang melihatku dengan tatapan mematikan mereka, suara suara bisikan dan bahkan sebuah cahaya kamera mereka yang terus menerus mencoba memotretku. Getaran dan tawa mereka membuatku muak dan tak bisa bernapas. Selaras dengan kencangnya tawa mereka aku pun ikut berlari.

Kudobrak dan kubuka paksa toilet.
Rongga yang tertahan kini bisa kulepas, denyut nadi yang cepat kini mulai normal kembali, detak jantung hingga cemasnya diriku mulai mengepul di kamar mandi kafe ini. Kukeluarkan rasa yang tadi tak bisa kulepas sekeras Aku mencoba.

The Secret Within the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang