Episod 12.Bab 1

59 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rahasia hati.
.
.
.
.


Sinar mentari pagi tanpa pamrih muncul di sela ventilasi kamarku.

Aku terbangun dari tidurku. Mataku mencoba menelisik, Aku menggosok
mata yang gatal dan mengusak rambutku. Tanpaku sadari Aku tertidur di meja dengan banyaknya kertas berserakan di sebelahku.

Kamarku yang sempit dan gelap.
Rasanya ingin kubuang kepala ini, rasa
kepala yang penuh tanya tanpa ada jawab membunuhku setiap saat.

Aku ingin berlari lalu berteriak di keramaian, menguncapkan tiap sabda
yang ada dalam rangkaian kata yang tak bisa kujelaskan.

Hanya ada Aku disini.

Sepi yang menemani, rasanya ingin kupecahkan piring dan gelas tuk menemaniku, biarkan kegaduhan menghilangkan sepi di rumah ini.

Disetiap pagi biasa Aku membangunkan Dilla untuk sarapan namun segalanya sekarang berbeda.

Aku hanya mencari makanan sendiri dan terus membuang napasku menadakan begitu Aku kesal dengan kehidupan tanpa Dilla.

Selama seminggu kehidupan hampa ini berjalan.

Layaknya orang dewasa lainnya tubuh ini dipaksa bekerja dan belajar.

Aku seperti mayat hidup.

Kulihat dikaca kamar mandiku bagaimana tak sempurnanya diriku.

Mata yang sembab dan merah dengan kantung mata yang hitam bak panda, rambut urak-urakan tergerai begitu saja, muka pucat seperti punya penyakit Anemia.

Dan tak ada semangat hidup sama sekali.



........

"Bu, Saya jalan dulu ya."Aku pamit pada seorang purwakanti yang masih meluhatku dengan tatapan tak sukanya, Aku tak menyukainya ia terus bergosip tentang diriku.

Itu memuakkan, bagaimana setiap pagi Aku akan menyapanya dan bersikap baik padanya.

Aku bersumpah Aku takut ia memanggilku untuk menanyakan sesuatu, Aku sedikit berlari namun naasnya hal yang kupikirkan memang nyata .Dia memanggilku.

"Loh, Mbak mana si, Dilla ?."Dia memasang wajah bertanya tanya seperti ibu-ibu rempong biasa yang selalu mencari bahan gosip. Aku menghela napasku dan mentapnya kenapa semua orang sering sekali mengusik ku. Pikirku ketika melihanya.

"Pergi, Bu."Aku tersenyum dengan gelak sok polos lalu melanjutkan jalan ku, namun dia masih mengikutiku satu sampai tujuh langkah sampai ia searang memanggil lagi.

"Mbak, jangan lupa bayar kosnya ya ."
Aku mendengarnya dan melihat kebelakang. Sialan memang, dia mengusikku karna ingin minta uang kos.

Lagi lagi aku mengangguk-anggukkan kepalaku, Aku tahu betul Aku akan menjadi bahan gosip ibu-ibu lagi.

Maraknya gosip tentang diriku karna tentunya Aku yang selalu pulang malam dan mereka yang mempertanyakan keperjaann, pacar hingga masalah privasiku sendiri.

Aku menghembuskan nafasKu.

Megusap dada adalah hal terbaik agar hatiku membaik.

Di tempat kerjapun sama saja, Aku bekerja dan melayani pelanggan sama seperti biasa.

Kupikir Aku terlalu memforsir diriku dengan banyak hal sekarang.

Beberapa pelanggan susah diatur mereka selalu membuatku terlihat bahwa Aku adalah orang yang layak ditindas dan tak pantas.

Orang miskin memang harusnya mengalah, karna mereka tak punya hak mengemukakan pendapat. Orang-orang kaya akan bersenandung jika ia senang dengan melakukan penindasan pada pihak yang tak bisa berbuat apa-apa seperti kita.

Dan kita hanya bisa mengeluh nantinya.

Ditengah kemiskinan yang melanda, dan bagaimana para pejabat menjadi sebuah tikus-tikus berdasi akibat memakan uang rakyat hingga membuat mereka tambah kaya, Aku jadi yakin bahwa kehidupan orang dewasa makin hari semakin membuat stress.

Aku terlalu banyak berpikir tentang persoalanku mengenai Uang, dan keluarga ku hingga Aku lupa masalah belajar.

Aku ingin berkuliah, sedari dulu Aku ingin menjadi penulis maka itu aku selalu ingin berkuliah di jurusan
Sastra indonesia.

Namun melihat bagaimana keadaan sekarang itu tak mungkin, Aku lebih memetingkan Dilla berkuliah dan uang kebutuhan sehari-hari dari pada Aku harus egois memaksa berkuliah hingga membuat Aku dan Dilla harus menghutang sana sini.

Astaga.

Aku melihat Tubuhku yang mulai kehilangan berat badan cukup banyak dan betapa pendeknya aku dan kotornya aku memakai baju kumuh andalanku ini.

Pantas semua orang membenci dan tak menyukai ku.

Pantas semua orang menindas dan jijik padaku.

Aku juga memiliki kepribadian buruk dan membosankan.

Pantas saja.

Memang wajar, Aku memang tak pantas hidup.

Itu adalah pemikiranku dahulu namun semua berubah ketika Aku mulai bertemu seorang.

Bersambung.

The Secret Within the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang