Episod 35, Bab 3

59 8 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rahasia hati.
.
.
.
.
.


Keheningan yang menyelimuti membuat seluruh suara menjadi sebagian hal yang hilang, nanarku masih menatap mata lelaki didepanku.

Iringan musik yang diputar Bima sebagai pelengkap, seluruh orang kini silih berganti masuk dan pergi dari kafe, namun dari kami berdua tak ada yang bersedia membuka suara sama sekali.

"Kamu, minta penjelasan?"Lelaki didepanku membuka percakapan dengan pertanyaan yang tak bisa kupahami.

Masih bertanya, dan bertanya padahal sedari tadi Aku memang ingin meminta penjelasan dari mulutnya.

Aku mengumpat dan mencibirnya di dalam lubuk hati.

"Nak, Papa minta maaf."

"Kenapa minta maaf?"Aku berusaha menggali informasi darinya lewat tanya sebagai sebuah pancingan, tentunya dengan nada yang cukup ketus.

"Karna, Papa bohong sama kalian, karna Papa udah bohongin semua anak Papa soal penyakit, Papa."

Aku masih membisu mendengarkan lelaki didepanku menjelaskan segala hal.

"Jangan salahin Mahira atas semua ini, Papa hanya ingin kalian baikan, Nak. Makanya Papa bohongin kalian semua, Nak."Ia menyelasaikan kalimatnya.

"Pa, Aku ga percaya sama Papa lagi."

"Nak, tolong sekali ini aja, Nak. Papa ingin kalian berbaikan dengan Mahira."Aku sedikit menepis tangannya yang berusaha menggenggam tanganku.

"Kenapa?"

"Kenapa Papa pengen kita baikan sama Mahira, Pa?"Aku kembali bertanya padanya.

Tak kunjung membalas membuatku akhirnya mulai bosan, lelaki didepan tampaknya begitu memikirkan banyak hal.

"Pa-"

"Mir, Papa tahu kalian membenci Mahira, Papa tahu, Mir. Makanya Papa ingin kalian baikan aja, Mir."Napasnya dan kata demi kata yang ia keluarkan
begitu bergetar.

Pria tua didepanku menatapku dengan
berkaca-kaca, ia seperti memohon padaku tuk tak menghancurkan cerita yang ia karang.

"Sekarang Kamu mau apa, Mir?"

Aku terdiam, tak menjawab pria didepanku.

"Papa ingin Kamu doang ya tahu, Mir. Papa terlalu takut adik adik kamu akan lebih marah, Mir."

"Papa ingin memperbaiki hubugan Mahira dan kalian tanpa campur tangan Papa lagi."Ia kembali dengan lanjutan kalimatnya.

"Maaf untuk kebohongannya."

Aku menelan saliva, rasanya puluhan orang yang dari tadi mondar mandir seakan tak terdengar lagi kicauannya.

"Ya."Enggan sekali menjawab hal itu, namun pernyataan ini lebih baik dari pada aku terus mendengar tuturan Papa tentang Mahira.

The Secret Within the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang