Episod 42, Bab 4

35 7 0
                                    

Rahasia hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rahasia hati.
.
.
.
.
.

Didalam pesawat suasana begitu tenang suasana tenang berpedar diantara para penumpang yang duduk dalam keheningan, suara halus mesin terdengar samar, mengiringi sebuah getaran kecil disepanjang kabin pesawat. Dibalik jendela , antariksha terbentang seolah mereka sedang mendekap alam semesta, awan-awan yang kutatap seperti lautan kapas, Aku tak berpaling melihat keindahan sebuah lukisan dan ciptaan tuhan.

Aku terbenam dengan keindahan diluar jendela pesawat hingga seorang pramugari memanggilku.

"Pesan apa?"Ia bertanya dengan nada lembut selaras senyuman yang ia beri. Aku memperhatikan Kedua adikku dibelakang, mereka ternyata sudah pulas tertidur, seluruh penumpang telah terlelap. Aku menggeleng, tanda bahwa tak ada yang kuinginkan saat ini. Ia mengangguk, lalu kembali melakukan pekerjaannya, yaitu mengatur kenyamanan penumpang. Semua orang terlelap, ada juga yang terbenam pada kenyamanan masing-masing, ada yang hanya menatap keindahan langit malam,  lalu ada juga yang tak henti henti menatap layar ponsel mereka. Semua orang gang berbeda-beda ada disini, mereka terhubung oleh satu tujuan yang sama yaitu turun dan melanjutkan aktivitas mereka di bawah sana. Aku sedari tadi bosan, menunggu, menunggu, ingin terlelap namun tak bisa, lihainya mata tak bisa menutup. Sedemi kian rupa Aku berusaha terlelap namun kenyataan adalah tetap seperti ini.

Aku terdiam sejenak ketika sudah malas tuk kembali membuka suara. Aku jadi terbenam dengan pemikiran-pemikiran tak jelas.

Waktu yang menjelma menjadi bayangan menerkam.

Apa aku salah?

Kataku, suara pikiranku bergaung.

Apa Aku egois?

Aku meninggalkan seseorang, yang mungkin bisa kusebut satu satunya manusia yang kupikir sama denganku. Manusia, dengan wujud perempuan dengan kecantikan yang tak bisa dijelaskan oleh kata, lukisan, dan tulisan. Ragu sekali Aku.

Namun Aku dan pemikiranku berbeda. Hati ini nampak ragu, namun keputusan yang kupilih tidak ragu; meninggalkan wanita itu. Itu bukan jahat, itu bukan menyakiti, itu hanya mengembalikan rasa benci. Bisik pikiran seperti itu.

Namun tetap saja, Aku tak bisa bohong bahwa Aku ragu. Aku tahu persis ia jahat namun Aku lebih yakin bahwa dia mirip denganku, ia menjelma dengan darah yang mengalir pada dirinya. Dirinya seolah menolak kehadiran.

Aku terpejam. Pikiranku terkecoh, wanita itu, Mahira, Aku terlalu ragu meninggalkannya. Namun perih dihati dan rasa yang bergantung tetap tak bisa lepas dalam bayangku.

Apa aku melewatkan sesuatu?

Apa Aku melupakan ingatan yang paling penting. Namun kenapa Aku merasa bersalah?

Bukankah kami sama-sama menaruh luka?

Aku manusia biasa, dengan berjalan ditengah riuh dengan jiwa sunyi tak terkendali. Setiap langkah begitu berat, setiap hal terasa berat. Tujuan belum jelas, masa depanpun demikian. Aku seperti lenyap oleh waktu, Aku begitu hilang akal.

The Secret Within the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang