Episod 40, Bab 4.

43 7 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rahasia hati.
.
.
.
.
.

Bangun dengan keadaan sunyi diruang opaname, perempuan cantik tidur dengan sebuah infus didekatnya, jika Aku berdoa pada tuhan Aku akan memeberikan hidupku padanya. Terlalu banyak dosa yang kulakukan pada perempuan jelita yang sedang tertidur ini, dosa yang dipendam mungkin membuatku sebagai hamba yang paling malang diantara semuanya. Pagi ini dirinya belum bangun, membuatku sedikit khawatir, berikutnya datang Dokter yang mengoceh lalu menyuruhku keluar. Dan terjadi lagi ketika melihat Adikku harus pergi keruang rawat lain karna keadaannya mulai serius, setelah itu kupastikan akan mengirim SMS kepada adikku lainnya yang dirumah agar tak kerumah sakit, tentu alasannya Aku takut kedua adikku akan menjadi cemas dan membuat kehidupan belajar mereka terganggu.

Aku menghembuskan napas, hiruk pikuk kehidupan duniawi seakan mengutukku.

Berulang-ulang hingga membuatku gusar, rasanya obrolanku dengan semua orang hanyalah lelah dan lelah. Lelaki bernama Bima Wijaya terus mengrimkan SMS kepadaku.

Lelaki perhatian sepertinya kenapa harus menyukai perempuan pendosa sepertiku?

Obrolanku dengannya berakhir dengan sedikit amarah, tentu karna Aku yang membuat pernyataan khusus agar tak mau diganggu olehnya. Padahal kenyataan Aku butuh seseorang didekatku saat ini, namun Aku membuat satu-satunya orang yang selalu khawatir didekatku berakhir menyakitkan seperti ini.

Berdiri dengan kaki kokoh namun tubuh rapuh, jiwa ini terguncang, jasmani tak sebaik diawal lagi.

Bodo amat kalau nanti ia sakit hati, adikku sedang tak baik-baik saja. Pikirku demikian.

.
.
.


Manusia pengacau sepertiku yang terus berendam diantara pahitnya masalah akhirnya memilih meminta maaf juga, Aku beranjak lalu membuat sedikit pesan. Pesan yang kukirim singkat tentang diriku dan perminta maaf tentangnya, ternyata dibalas cepat dan baik olehnya. Aku memencet telepon.

Saat menelponnya Aku sedikit kagum dengan dirinya yang tak marah padaku, namun mengkhawatirkanku,"Apa kamu belum makan?"Tanyanya, Aku jawab tidak. Alih-alih menyuruhku makan, dirinya mengajakku tuk makan siang bersama. Sunggingan senyum terjadi, nampaknya Aku sedikit girang karna dirinya akan kesini. Aku menutup telepon. Lalu kembali keawal dengan perasaan mengganjal dan duduk ditaman menunggunya datang.

Namun...

Jam, menit, detik, waktu demi waktu berganti sudah jam tiga sore namun ia belum sampai ke taman dekat rumah sakit ini. Dimana keberadaan lelaki itu?

Aku beranjak keluar, mencari jati diri yang kumaksud, balasan SMS belum dibalas sama sekali. Ini membuatku ingin menangis, padahal Aku ingin bertemu dengannya agar bercerita tentang lelahku selama ini, namun kenapa jadi Aku yang seperti tambah lelah dengannya?

The Secret Within the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang