Part 30

167 31 2
                                    

Shokie dan Jimminie membatu Jungkookie untuk berkemas sedangkan Namjoon hanya diam duduk dikursi.

Setelah 4 hari dirawat, Jungkookie sudah diperbolehkan untuk pulang karena Dokter sudah memperbolehkannya. Selama itu juga, laki-laki yang menolongnya tidak pernah menjenguknya.

"Kookie". Panggil Namjoon.

"Iya kak". Jawab Jungkookie.

"Dimana kalung mutiara mu"? Tanya Namjoon ketika menyadari jika leher Jungkookie tidak ada kalung mutiara.

Jungkookie langsung mengecek lehernya dan benar saja tidak ada kalung mutiara, seketika kedua matanya membesar dengan keterkejutannya.

"Aku lupa kak, waktu itu kalung ku tiba-tiba tidak ada, terus aku merasa mereka kembali mendatangiku, aku keluar rumah untuk mencari kalungnya, tapi malah ada 3 orang yang ingin melecehkan ku, tapi beruntungnya aku karena ada yang menolong". Jelas Jungkookie.

"Siapa yang menolongmu"? Tanya Namjoon penasaran.

"Dia laki-laki,  wajahnya mirip sekali dengan kak Seokjin, tapi pas kookie memanggilnya 'kak Seokjin', dia bilang 'namaku bukan Seokjin '. Kata Jungkookie.

Namjoon berfikir sejenak, dia jadi teringat ketika dia dan teman-temannya berpapasan dengan laki-laki yang mirip dengan Seokjin.

"Apa kau masih merasa mereka mengganggumu lagi saat ini"? Tanya Shokie.

"Tidak kak, aku merasa hanya ketika malam itu saja". Kata Jungkookie.

"Lalu, kenapa kau bisa ada dirumah sakit"? Tanya Shokie lagi membuat Jungkookie heran.

"Kalian belum tau"? Tanya Jungkookie dengan heran.

"Tidak, kami tidak ada yang tau, bahkan eomma dan appa Jeon saja tidak tau, tidak ada yang memberi tahu kami". Kata Namjoon.

"Apa dia tidak memberi tahu kalian? Kookie kira kalian berpapasan dengannya, lalu dia memberi tahu kalian". Kata Jungkookie.

"Tapi kami tidak berpapasan dengan siapapun ketika akan kesini". Kata Jiminniie.

"Aneh, seharusnya kalian papasan karena dia keluar kalian datang". Kata Jungkookie.

"Sudahlah, sekarang cepat bereskan lalu pulang kerumah, aku membawa 3 wanita dan harus selamat, jika tidak, bisa mati aku karena kekasih kalian itu". Gerutu Namjoon.

"Kau tidak lihat!? Kami sudah siap dari tadi, kau saja yang terlalu fokus dengan ponselmu itu dan pertanyaan mu itu ". Sungut Jiminniie.

"Jinjja? Kajja kita pulang". Ajak Namjoon yang langsung berdiri dan pergi dari ruangan tersebut.

"Yakk! Kak Namjoon, apa harus kami yang membawa tasnya? Hah"? Teriak Jiminniie membuat Namjoon kembali masuk lagi.

"Bawa ini". Kata Jiminniie sembari menyodorkan tas milik Jungkookie.

Namjoon mengambilnya lalu pergi meninggalkan gadis cantik itu.

"Dasar laki-laki, memang tidak peka". Gerutu Jiminniie sembari berjalan keluar bersama Shokie dan Jungkookie yang menahan tawanya.

*

"Kenapa mereka lama sekali sih "? Gerutu Yoongi yang berdiri didepan rumah keluarga Jeon.

"Duduklah Yoon, kau tidak lelah mondar-mandir seperti setrikaan"? Kata Taehyung dengan sinis karena dia lelah melihat tingkah Yoongi.

"Bagaimana aku bisa tenang, mereka kerumah sakit dari pagi dan sekarang sudah hampir sore, ponsel mereka tidak aktif semua, apa kau tidak khawatir "? Cerocos Yoongi.

"Apa,,,, jangan-jangan kau,,,,"? Tanya Yoongi dengan penuh selidik terhadap Taehyung.

"Apa? Jangan berfikir macam-macam, Yoon". Kata Taehyung ketika dia tau arti dari tatapan Yoongi padanya.

"Tapi sikap mu itu seperti....".

Tin tin tin

Klakson mobil dapat memotong perkataan Yoongi. Keduanya bersamaan menengok kearah mobil yang sudah masuk kehalaman rumah tuan Jeon.

Taehyung dan yoongi menghampiri mereka ketika mereka keluar dari dalam mobil.

"Kenapa kau lama sekali? Ponselmu kenapa tidak aktif Namjoon? Dari mana saja kalian? Apa yang kalian lakukan sampai jam segini? Jangan macam-macam Namjoon".

Semua orang melongo mendengar berbagai pertanyaan dari Yoongi. Melihat itu, membuat Yoongi kesal.

"Kenapa melihatku seperti itu? Jawab". Kata Yoongi sinis.

"Aku sudah memberi tahu Taehyung ". Kata Namjoon.

Yoongi menatap Taehyung yang hanya diam saja.

"Apa"? Tanya Yoongi.

"Ban mobil mereka bocor, ponsel Namjoon loubet, Shokie dan Jimminie tidak membawa ponsel karena buru-buru". Kata Taehyung dengan santainya.

"Kenapa tidak bilang dari tadi, Taehyung". Geram Yoongi.

"Aku mau memberi tahumu, tapi kau terus mondar-mandir gak jelas dan selalu menyela ketika aku akan bicara, jadi siapa yang salah"? Tanya Taehyung menantang.

"Kau". Kata Yoongi lalu pergi.

"Dasar, kakek tua". Gerutu Taehyung dengan kesal.

"Aku mendengarmu"! Teriak yoongi dari dalam.

"Sudahlah, jangan kau hiraukan, dia memang begitu, kajja masuk kookie". Kata Shokie yang berjalan sembari menuntun Jungkookie.

"Apa dia tidak marah? Aku memgumpati kekasihnya"? Tanya Taehyung heran.

"Sudah biasa Shokie menghadapi Yoongi". Kata Namjoon kemudian berlalu.

*

Ji-Yun berjalan dengan menundukkan kepalanya, tanpa dia sadari jika dia berada didepan sebuah bangunan.

"Kak Seokjin ". Sapa seorang pemuda yang beru keluar dari gedung sekolah.

"Maaf, kau salah orang". Kata Ji-Yun lalu berlalu, namun pemuda itu mengejarnya.

"Tidak mungkin, kau pasti kak Seokjin, semua orang mengenalmu kak, kakak adalah ketua OSIS disekolah ini". Cerocosnya sembari berusaha menyeimbangi langkah Seokjin.

Mendengar itu, Ji-Yun menghentikan langkahnya dan menatap pemuda dihadapannya dengan tatapan dingin.

"Apa yang kau tau tentang Seokjin"? Tanya Ji-Yun membuat pemuda dihadapannya bingung.

"Maksud kak Seokjin apa? Aku tidak mengerti". Kata pemuda itu.

"Jawab saja apa yang aku tanyakan, jangan banyak bertanya"? Kata Ji-Yun dengan wajah datarnya.

"Ba-baiklah kak, kak Seokjin adalah ketua OSIS disekolah ini, dia sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya, kak Seokjin juga dikenal dengan orang yang baik, cerdas, suka menolong jika ada yang membutuhkan bantuannya. Kak Seokjin menjadi murid tauladan di sekolah ini, aku mengenalnya ketika kelas 1 SMA. Dan dia juga dikabarkan memiliki kekasih dari teman sekelas ku, namanya.....".

"Ricaaannn"!

Pemuda yang bernama Rican itu menghentikan ketika seseorang meneriaki namanya.

"Appa". Gumam Rican ketika mengetahui siapa yang meneriaki namanya.

Ji-Yun juga menatap seorang paru baya berjas yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua berdiri.

"Maaf ya, appa ku sudah menjemput, aku harus pulang, jika tidak, bisa mati aku". Kata Rican kemudian pergi begitu saja.

Ji-Yun melihat kepergian pemuda yang baru dia ketahui namanya Rican itu hanya diam saja tanpa mau menghentikannya untuk melanjutkan ceritanya.

Setelah mobil yang dikendarai Rican dan papanya pergi, Ji-Yun menatap gedung sekolah yang sepi.

"Kekasih?,,,,,,siapa"? Gumamnya.

Terima kasih.....
Papaiiiiii......

YOU ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang