Part 36

144 25 3
                                    

"Ricaaannn"! Teriak Jungkookie sembari berlari kearah Rican.

Merasa namanya dipanggil, Rican berhenti dan melihat sekitarnya.

"Jungkookie". Gumamnya.

"Kamu ngapain disini? Kamu gak sekolah"? Tanya Jungkookie.

"Tidak, kenapa"?. Tanya Rican.

"Tidak papa, aku menyapamu karena melihatmu saja". Kata Jungkookie.

Rican hanya ber 'oh' saja mendengar perkataan Jungkookie.

"Ya sudah, aku pulang duluan". Kata Jungkookie lalu pergi.

Rican hanya mengedikkan bahunya acuh, Rican melangkahkan kakinya hingga tiba-tiba dia terhenti dengan kedua mata yang membesar.

"Astaga! Aku lupa menanyakan tentang kak Seokjin ". Gumamnya.

Rican membalikkan tubuhnya menghadap belakang guna melihat Jungkookie, namun nihil.

"Aishhh, kenapa lupa sih, sudahlah besok saja aku tanyakan pada kak Shokie dan kak Jiminniie ". Gumamnya lagi lalu melanjutkan jalannya.

Dijalan, lagi-lagi Jungkookie berjalan dengan tidak semangatnya. Kepala yang tertunduk dan tidak melihat sekitarnya.

Bugggg

Kepalanya menabrak sesuatu, namun itu bukan pohon. Jungkookie mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang dia tabrak.

Kedua mata bulat itu menjadi semakin bulat melihat siapa yang dia tabrak.

"Kak Seokjin ". Lirihnya.

Jungkookie ingin memeluknya, namun pria dihadapannya menahannya.

Jungkookie terkejut mendapat perlakuan seperti itu, air matanya menggenang di pelupuk matanya.

"Saya bukan Seokjin, saya Ji-Yun". Kata pemuda itu.

Jungkookie menatap pria dihadapannya dengan wajah herannya.

"Apa yang kakak katakan? Kau kak Seokjin, apa kakak amnesia? 2 hari lalu, kakak menemui kookie, kakak tersenyum pada kookie". Kata Jungkookie dengan menahan tangisnya.

Ji-Yun tidak berekspresi apapun, dia menatap wajah Jungkookie yang sudah basah.

"Tapi aku bukan Seokjin, aku Ji-Yun, wajah kita memang sama, tapi kita berbeda". Kata Ji-Yun.

"Tidak! Itu tidak mungkin, mana ada orang dengan wajah yang sama persis, sedangkan anak kembar saja masih ada perbedaannya walaupun hanya sedikit". Jelas Jungkookie.

"Aku tau, seseorang telah memberi tahu ku, aku tau, Seokjin adalah kekasihmu". Kata Ji-Yun.

Jungkookie masih tidak percaya, lalu siapa yang dia lihat 2 hari yang lalu. Dia tidak mungkin salah lihat.

"Bagaimana kakak lupa? Kak Seokjin melupakan kookie hiks". Lirih Jungkookie.

"Sudah aku katakan, aku bukan Seokjin". Kata Ji-Yun.

Jungkookie meluruh keatas aspal, lututnya tergores karena dia mengunakan handrok pendek. Air matanya terus berlomba berjatuhan, Ji-Yun yang melihat itu menjadi tidak tega.

Ji-Yun membungkuk sedikit lalu memegang kedua bahu Jungkookie.

"Berdirilah". Pinta Ji-Yun dengan lembut.

Jungkookie tidak merespon perkataan pria dihadapannya.

"Berdirilah". Pinta Ji-Yun sekali lagi.

"Pergilah, kau bukan kak Seokjin ku, pergilah". Pinta Jungkookie dengan suara lemahnya.

"Bagaimana bisa, sebentar lagi akan hujan, kau akan basah, aku tidak mungkin meninggalkan seorang gadis kehujanan". Kata Ji-Yun sedikit meninggikan suaranya.

Jungkookie menatap wajah Ji-Yun yang berada tepat didepannya.

"Bahkan, hujan saja tidak mampu untuk menghilangkan rasa rinduku padanya, biarkan saja hujan menguyur tubuhku, karena hanya bukanlah yang menemaniku selama ini, pergilah, kau bukan orang yang ku rindukan". Kata Jungkookie dengan suara isaknya.

Entah mengapa, perasaan Ji-Yun menjadi tidak karuan mendengar perkataan dari seorang gadis dihadapannya. Rasa bersalah seperti apa yang dirasakannya saat ini.

"Mari, aku antar pulang". Ajak Ji-Yun.

"Pergilah". Kata Jungkookie.

Namun, bukannya pergi, Ji-Yun malah mengendong Jungkookie dengan paksa. Ji-Yun mengendong Jungkookie dibelakangnya.

"Turunkan aku! Aku tidak mau! Kau bukan kak Seokjin! Aku sudah berjanji untuk tidak satupun menyentuhku, turunkan aku"! Rancau Jungkookie didalam gendongan Ji-Yun.

Jungkookie terus merancau minta diturunkan, Ji-Yun yang sudah merasa kesal, dia menurunkan Jungkookie dengan sedikit kasar.

"Aku sudah menurunkan mu! Pergilah! Pergi"!! Teriak Ji-Yun dibarengi dengan turunnya hujan yang deras.

Tubuh keduanya menjadi basah, tidak ada yang mau berlindung dari hujan lebat itu. Jungkookie menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis.

"Tuhaann! Kenapa semuanya harus aku yang merasakan ini? Aku lelah, mengapa kau mengambil orang yang aku cintai setelah kedua orang tua ku, kenapa? Dosa apa yang telah aku lakukan? Tuhaann"! Teriak Jungkookie ditengah derasnya hujan.

Grebbb

Ji-Yun langsung memeluk Jungkookie dengan erat. Dipeluknya dengan erat tubuh gadis mungil didepannya.

Jungkookie tidak bisa melawan lagi, dia sudah kehabisan tenaganya. Dia membiarkan pria itu memeluknya, ingatannya kembali ketika Seokjin memeluknya dengan erat.

"Pelukan ini? Sama dengan pelukannya". Batin Jungkookie sebelum kesadarannya hilang.

Merasa tubuh Jungkookie semakin berat, Ji-Yun langsung menatapnya. Ditatapnya wajah cantik Jungkookie dengan lekat.

"Aku tidak tau, ini rasa apa? Namun yang pasti, aku akan mencari kebenarannya dan jika benar, aku amnesia, aku akan berusaha untuk mengingatnya kembali". Kata Ji-Yun.

Ji-Yun mengangkat tubuh Jungkookie untuk dibawa pulang. Sesampainya didepan rumah, Ji-Yun meletakkan Jungkookie didepan pintu. Dan mengetuk pintu, setelahnya dia bersembunyi dibalik pohon.

Pintu terbuka, tampak eomma Jeon terkejut melihat putrinya tergeletak di depan pintu.

"Yeobooo! Yeobooo"! Panggil eomma Jeon.

Eomma Jeon langsung memeluk dan menghangatkan tubuh putrinya.

"Ada ap.....astaga! Kenapa dengan kookie? Kenapa dia pingsan"? Panik appa Jeon.

Appa Jeon langsung mengangkat tubuh putrinya untuk dibawanya ke kamarnya.

Melihat itu, Ji-Yun merasa sedih.

"Ada apa dengan hatiku ini? Kenapa aku merasa sedih? Apa benar aku ini Seokjin"? Gumamnya lirih.

Ji-Yun menatap pintu rumah keluarga Jeon yang sudah tertutup rapat. Badanya basah, namun tidak dia hiraukan.

"Aku harus segera pergi ke London". Gumamnya lagi sebelum pergi dari halaman rumah keluarga Jeon.

"Yeobo, siapa pemuda itu"? Tanya nyonya Jeon pada suaminya.

"Mana"? Tanya appa Jeon sembari mendekati istrinya yang berdiri disamping jendela.

"Sudah pergi, tapi sepertinya aku tidak asing dengan tubuhnya". Kata eomma Jeon.

"Maksudmu"? Tanya appa Jeon tak mengerti.

"Entahlah, tapi aku merasa seperti itu". Kata eomma Jeon lalu pergi guna menghampiri putrinya yang belum sadarkan diri.

"Siapa dia? Apa dia yang membawa kookie kerumah"? Gumam appa Jeon.



Terima kasih.....
Papaiiiiii......

YOU ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang