Chapter 14 - Expectation

2.1K 264 41
                                    

Weekend adalah hari dimana hampir semua orang menghabiskan waktunya untuk quality time bersama keluarga, entah itu jalan-jalan atau hanya sekedar berbincang, karena bagi orang yang kesehariannya bekerja di kantor atau di luar, waktu berkumpul bersama di rumah menjadi moment yang sangat langka.

Termasuk keluarga hans, sebagai kepala keluarga dia salah satu orang yang paling sibuk setiap harinya, karena harus memegang banyak perusahaan besar sehingga tak jarang ia kerap melakukan perjalanan bisnis hingga ke luar negeri.

Begitu pun dengan rony dan paul sebagai musisi mereka berdua sering mendapatkan job sampai ke luar kota, karena sama-sama sibuk waktu bisa berkumpul bersama kedua orang tuanya menjadi sedikit.

Dewi, sang ibunda pun sebagai ketua geng sosialita kerap kali sibuk menghabiskan waktunya dengan para istri-istri pemilik perusahaan dan pejabat, untuk sekedar menyelenggarakan arisan atau acara-acara kaum sosialita lainnya.

Pagi ini kelurga hans sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Sungguh pemandangan yang sangat langka bagi paul dan rony, karena dari kecil orang tuanya selalu sibuk bahkan jika di bandingkan keduanya paling banyak di asuh oleh pengasuh daripada hans dan dewi selalu orang tua kandung.

"Ini pa bu sarapannya." Bi arti salah satu asisten rumah tangga keluarga hans membantu menyiapkan sarapan.

"Makasih bi." ucap dewi

"Abang, pauli sarapan dulu."

"Iya ma." Jawab keduanya

Kemudian semuanya fokus pada piring masing-masing.

"Udah dua hari mama liat kalian berdua diem-dieman, pada kenapa sih?" tanya dewi

Paul dan rony tidak ada yang mau menjawab.

"Kalau orang tua nanya itu jawab, kalian ini kaya anak kecil." Hans membuka suara

"Gapapa kok ma." Jawab rony

"Biar bagaimana pun kalian itu adik kakak, suatu saat kalau mama papa udah gak ada orang pertama yang di cari kalau ada apa-apa itu pasti keluarga duluan."

"Kalau memang ada masalah selesaikan baik-baik, jangan sampai merusak hubungan keluarga." Ujar dewi menasehati anak-anak bujangnya.

"Dan pauli kamu kapan mau selesaikan study kamu?"

"Iya pa nanti." Jawap paul dengan singkat

"Coba waktu kuliah kamu rajin kaya rony jadi lulusnya bareng kan."

"Bisa gak sih pa sekali aja gak bandingin aku sama dia, hidup aku ya aku yang atur." Lagi-lagi paul merasa tak suka menjadi bahan perbandingan, karena bukan satu kali ini saja sang papa berbicara seperti itu di hadapannya.

"Aku udah kenyang." Merasa moodnya sudah tak enak, paul kemudian beranjak paling awal dari meja makan.

"Rony mulu anak kesayangannya." Gumamnya dalam hati lalu, lalu ia kembali melangkahkan kaki menuju balkon kamarnya.

Sementara di sisi lain nabila sedang merasakan homesick, sudah berbulan-bulan pasca keberangkatannya ke ibu kota ia belum pulang lagi ke kampung halaman. Beruntung terlahir dari keluarga yang penuh dengan kehangatan, sehingga ia tak pernah lepas dari support dari sang ibu, bapak dan adik-adiknya.

GEULISYAWhere stories live. Discover now