Setelah mendapatkan spam chat dari Paul, dengan cepat Nabila pun bergegas untuk kembali berangkat ke Rumah Sakit Fatmawati, tempat dimana Paul menjalankan perawatan.
"Hadeeh, baru di tinggal bentar udah tantrum aja kaya bayi."
"Pak, ke RS Fatmawati ya." Ucap Nabila pada driver taxi.
"Iya mbak."
Sepanjang perjalanan, ingatan Nabila kembali tertuju pada Rafael yang tadi siang telah mengungkapkan tentang perasaannya.
Ia merasa tak enak dengan keluarganya yang selama ini sudah berbaik hati, bahkan tak segan menganggap dirinya seperti anak sendiri.Namun hati tak bisa di bohongi, ternyata rasa cinta Nabila masih besar untuk Paul. Rafael memang sempat membuatnya nyaman, karena sifatnya yang dewasa dan selalu mengayomi, membuat Nabila merasa mempunyai sosok Kakak yang menjadi tempat keluh kesahnya.
"Kak Rafa, maaf ternyata aku masih sayang sama Kak Paul."
"Aku gak bermaksud mempermainkan perasaan kamu, tapi selama ini aku ngerasa nyaman dan anggap kamu kaya kakak sendiri." Sebagai anak pertama, tak jarang memang sangat butuh seseorang yang bisa di jadikan pundak untuk bersandar di kala diri merasa lelah.
Nabila tetap berterima kasih, karena selama ini Rafael sudah menjadi tempat berkeluh kesahnya, meskipun setelah ini ia tak tau apa yang akan terjadi terhadap hubungan keduanya, saat dia tau bahwa dirinya lebih memilih kembali bersama Paul.
"Kamu pantas mendapatkan perempuan yang lebih dari aku." Gumamnya dalam hati.
****
Di temani secangkir kopi, Rafa duduk di kursi balkon kamarnya."Aku sayang sama kamu Nab, aku kira selama ini kamu juga punya rasa yang sama."
"Huffftt... Kalau itu pilihan kamu, semoga kamu bahagia." Rafael memang tipikal laki-laki yang tidak mau memaksa perasaan orang lain, terlebih dirinya juga tau dan paham, dari semua cerita yang ia pernah dengarkan, sosok perempuan yang ia sukai itu masih terlihat menyimpan rasa terhadap mantannya.
Suara derap langkah terdengar menuju kamar megah bernuansa putih. "Rafa, kamu gak syuting?"
"Eh Mama, enggak ma. Hari ini libur, besok lanjut syuting stripping."
"Tumben kamu ngelamun gitu di balkon, kenapa ada masalah?" Tanya Diana.
"Gapapa Ma, ngadem aja. Di luar gerimis, jadi enak sambil ngopi."
"Oh ya, nanti kamu ajakin Nabila buat dateng ke acara wedding anniversary Mama sama Papa ya." Ucap Diana.
"Gak usah deh Ma, lagian dia sekarang udah ada cowonya."
"Loh, maksud kamu apa? Bukannya kalian udah mau serius ya? Mama, Papa udah restuin kalian kok."
"Rafa udah mau ajak dia serius Ma, tapi ternyata dia lebih memilih balikan sama mantannya. Ya mungkin emang gak jodoh aja sama aku."
"Hmm, yaudah gapapa nak. Jodoh gak akan kemana, kalau emang Nabila gak bisa sama kamu, masih banyak perempuan baik di luar sana." Sebagai orang tua Rafael, Diana tampaknya cukup bijak dalam menanggapi masalah. Toh memang benar, mau di kejar samapi ujung Dunia pun jika memang bukan jodohnya pasti tak akan pernah bisa bersatu, dan begitu pun sebaliknya.
****
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, karena terjenak macet jalanan Ibu Kota Jakarta, akhirnya Nabila sampai di tempat tujuan.
YOU ARE READING
GEULISYA
RomanceMenjadi seorang penyanyi adalah cita-cita ku dari kecil, hidup dengan kesederhanaan tak membuat diriku patah semangat untuk menggapai semua mimpi ku, perihal cinta aku rasa akan ada saatnya ketika semua sudah tepat pada waktunya - Neng Geulis Aku si...