Ujian pernikahan rupanya tak melulu datang dari pasangan, bisa saja datang dari keluarga terdekat, salah satunya adalah mertua dan ipar. Pernikahan juga ternyata tak seindah yang dibayangkan, kebanyakan orang hanya melihat kehidupan pernikahan dari sisi bahagianya tanpa tau seberapa besar badai yang menerpanya. Tapi itu lah hidup, semua hanya perlu di syukuri dan di nikmati.
Pasca perseteruan yang terjadi di antara Nabila dan mertuanya, akibat kesalahpahaman dalam insiden jatuhnya Bianca hingga janinnya nyaris keguguran. Paul memutuskan untuk keluar dari rumah orang tuanya, karena ia tidak bisa melihat istrinya terus-terusan mengalami tekanan batin, akibat tindakan Ibunya sendiri yang selalu memberi perlakuan berbeda terhadap Nabila.
Saat Dewi masih di Rumah Sakit karena menunggu Bianca mendapatkan perawatan pasca pendarahan, Paul dan Nabila pulang ke rumah Hans untuk membereskan semua barang-barang mereka yang akan di bawa pindah ke rumah miliknya yang selama ini belum sempat di tempati.
"Sayang kita gak akan nunggu Mama pulang dulu, biar pamitan kalau kita mau pindahan?" tanya Nabila pada suaminya, entah terbuat dari apa hatinya, meskipun kerap mendapat perlakuan yang tak enak, tapi Nabila masih memiliki adab yang baik terhadap orang tua.
"Gak usah, biar nanti aja aku yang ngomong di telpon kalau kita pindah," jawab Paul sembari memasukan pakaiannya ke dalam koper. Sebenarnya ia hanya tak ingin Dewi kembali memaki istrinya, karena kejadian kemarin yang jelas bukan salah Nabila.
"Aku gak enak sama Mama, aku takut kamu dicap anak durhaka yang menentang orang tua, apalagi sekarang kita pergi tanpa pamit," ucap Nabila tertunduk.
"Huufftt... sayang dengerin aku," Paul mendekat ke arah Nabila yang tengah duduk di ranjang.
"Aku disini kepala keluarga, aku mempunyai tanggung jawab salah satunya mengambil keputusan yang terbaik untuk rumah tangga kita, dan Mama udah gak berhak mencampuri urusanku," ujar Paul.
"Selama ini aku tau Mama memperlakukan kamu kurang baik, sekarang udah saatnya aku juga melindungi kamu dengan cara keluar dari rumah toxic ini, itu hanya upaya memperbaiki kehidupan kita, bukan berarti aku durhaka sama mereka,"
"Aku tetap menghormati orang tuaku, dan aku juga gak akan membiarkan mereka menginjak harga diri istriku," ujar Paul panjang lebar.
Nabila pun akhirnya paham dengan apa yang dimaksud Paul. Karena statusnya dia sebagai istri, selama keputusannya sangat baik untuk rumah tangga mereka, maka Nabila wajib nurut pada suaminya.
Tak banyak barang yang mereka bawa, Paul hanya membawa pakaian dan barang berharga lainnya, begitupun dengan Nabila yang selama tinggal di rumah mertua ia hanya membawa pakaian, karena semua barang lainnya masih ia simpan di apartment.
"Udah masuk semua, gak ada yang ketinggalan kan sayang?" tanya Paul saat memasukan semua barangnya pada bagasi Mobil.
"Udah sayang," jawab Nabila, kemudian keduanya masuk ke dalam mobil.
"Semoga ini keputusan yang terbaik, bismillah new life," monolog Nabila dalam hati. Sementara Paul saat ini mulai melajukan mobilnya, mereka akan pindah ke salah satu perumahan elite yang jaraknya cukup jauh dari tempat orang tua Paul saat ini.
"Bi Nani, Pak Paul sama Bu Nabila keluar dari rumah ini ya?" tanya Lilis salah satu Asisten rumah tangga yang lain. Mereka sempat melihat Paul dan Nabila menderet koper dan kardus beberapa barang yang tak mungkin dilakukan jika itu bukan pindah rumah.
YOU ARE READING
GEULISYA
RomanceMenjadi seorang penyanyi adalah cita-cita ku dari kecil, hidup dengan kesederhanaan tak membuat diriku patah semangat untuk menggapai semua mimpi ku, perihal cinta aku rasa akan ada saatnya ketika semua sudah tepat pada waktunya - Neng Geulis Aku si...