Memasuki sembilan bulan kehamilan, Nabila dan suaminya mulai mempersiapkan segala kebutuhan persalinan, karena berdasarkan prediksi hari perkiraan lahir, kemungkinan Nabila akan melahirkan di minggu depan.
Saat ini Paul tengah sibuk membereskan perlengkapan bayi dan beberapa pakaian Nabila ke dalam tas khusus, supaya nanti ia tidak kerepotan, jika istrinya tiba-tiba kontraksi dan harus segera ke rumah sakit.
"Sayang, ada tambahan lagi gak buat baju kamu?" tanya Paul.
"Udah cukup, segitu aja."
"Sayang, kamu ngapain beli baju baby new born sebanyak itu?" Nabila terheran saat suaminya membereskan pakaian baby yang cukup banyak, rupanya saat itu Paul inisiatif membeli tambahan, tanpa sepengetahuannya.
"Ya gapapa dong, kan adek juga harus ganti-ganti bajunya."
"Liat nih, lucu kan? Aku yang milih sendiri, hehe," Paul memperlihatkan satu pakaian bayi berwarna pink, karena kebetulan hasil USG anak dari keduanya berjenis kelamin perempuan.
"Maksud aku, kan kalau new born cepet gedenya, nanti sayang gak lama ke pakainya," sebagai calon ibu-ibu Nabila memang selalu memperhitungkan segala sesuatu.
"Yaudah sih, gapapa, jangan kayak orang susah," celetuk Paul, dan Nabila hanya bisa diam tak membantah.
"Udah beres nih, aku simpan di sofa ya," Paul meletakkan tas tersebut di sofa kamarnya.
"Aduuh, engap banget," Perutnya yang membesar membuat Nabila mulai kesusahan beraktivitas, sekalipun hanya bangun dari tempat tidur.
"Mau kemana sayang?" Paul bergerak menghampiri Nabila yang hendak turun dari ranjang.
"Mau ambil tumbler, aku haus," jawab Nabila.
"Aku aja yang ambilin, kamu diem," Paul tak membiarkan istrinya kesusahan, ia segera mengambil tumbler minum yang Nabila letakkan di meja rias.
"Makasih, sayangku," ucap Nabila.
"Sama-sama istriku, sini sambil aku pijitin ya," Paul mengatur posisi, kemudian ia mulai memijat kaki Nabila yang sedikit membengkak, hal yang biasa di rasakan ibu hamil trimester tiga.
"Kira-kira adek mirip siapa ya? Gak sabar deh, ketemu adek," ujar Nabila sembari mengusap perutnya.
"Mirip aku lah, kan aku daddy-nya," jawab Paul.
"Ya, siapa tau mirip Lin Yi actor china yang akhir-akhir ini aku tonton dramanya haha," canda Nabila, seketika Paul melayangkan tatapan bombastic side eyes.
"Jokes doang, jangan cemberut atuh!" Nabila panik karena suaminya tak menerima candaannya.
Paul menghentikan aktivitasnya dalam memijit kaki Nabila, lalu ia beranjak dan keluar dari kamar tanpa sepatah kata pun.
"Sayaaaang, mau kemana? Ih maaf, aku becanda," Nabila berteriak, ia merasa bersalah karena membuat suaminya marah.
Nabila hendak mengikuti langkah suaminya, namun baru saja memegang handle pintu rupanya Paul menguncinya dari luar, sehingga ia tidak bisa keluar dari kamar.
"Ih di kunciin, masa becanda doang marah sampai segitunya," Nabila akhirnya kembali duduk di kasur, karena ia tak bisa berbuat apa-apa sampai Paul kembali masuk ke kamar.
Menit demi menit berlalu hingga sudah satu jam Nabila di kunci oleh Paul, sampai pada akhirnya ia sendiri menangis karena merasa suaminya tega mengurungnya sendirian, bagaimana jika terjadi hal yang tak di inginkan padanya yang tengah hamil tua.
"Hiks...hiks..."
Tak lama kemudian terdengar derap langkah yang mendekat ke arah kamar, pintu pun terbuka, Paul terkejut melihat istrinya sudah menangis tersedu-sedu, ia pikir istrinya sudah kontraksi.
YOU ARE READING
GEULISYA
RomanceMenjadi seorang penyanyi adalah cita-cita ku dari kecil, hidup dengan kesederhanaan tak membuat diriku patah semangat untuk menggapai semua mimpi ku, perihal cinta aku rasa akan ada saatnya ketika semua sudah tepat pada waktunya - Neng Geulis Aku si...