Hatinya yang patah membuat Zayna ingin fokus pada pendidikannya tidak ada lagi harap pada makhluk manapun, dia bawa hatinya yang terluka jauh ke Negeri Mesir sana tepatnya di Al-Azhar untuk menuntut ilmu Agama, cita-cita bukan lagi menikah dan hidup bersama pemuda yang telah membuatnya jatuh cinta, namun kini cita-citanya adalah menjadi jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Islam.
Meskipun sebelum keberangkatannya ke Al-Azhar lagi-lagi Zayna mendapat pernyata dari Furqon, namun Zayna menolak Furqon lagi dengan lembut karena masih ingin berdamai dengan hatinya yang terluka.
"Assalamalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Zayna" salam Furqon saat bertemu Zayna di Bandara. "Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh Furqon" jawab Zayna tertunduk menenggelamkan wajahnya yang memerah, Zayna tetap berusaha menyembunyikan raut malunya meskipun niqab yang dia gunakan hanya menampilkan sepasang mata indahnya.
"Maafkan aku Zayna, meksi engkau telah menolak niat baikku aku tidak pernah sedikitpun berdoa keburukan untukmu, namun ku dengar ada kabar buruk tentangmu dengan Gus Agam, maaf aku tidak pernah bahagia mendengar kabar buruk itu, namun jujur karena kabar itu aku kembali menaruh harap pada Allah SWT agar dia simpan hatimu kelak untukku" ucap Furqon yang membuat Zayna semakin menundukkan kepala karena malu.
"Aku tidak akan memaksakan hatimu Zayna, mari kita sama-sama memperbaiki diri di Negeri Mesir sana, jika diberi kesempatan saat kita pulang dengan versi terbaru kita kelak, maka izinkan aku untuk kembali meneruskan niatku yang sempat terpatahkan" Furqon menarik napas untuk mengucapkan itu, tentu saja mengucapkan kalimat itu bukan lah hal yang mudah bagi Furqon apalagi dia sudah pernah ditolak oleh Zayna, namun karena keteguhan hatinya dia masih memberanikan diri membujuk wanita yang dia sisipkan dalam doanya itu.
Kejadian itu sudah tiga tahun lebih yang lalu, kini dua insan itu bertemu lagi di Bandara namun kali ini mereka sama-sama sudah kembali ke Negaranya. Tidak ada percakapan antara Furqon dan Zayna mereka seperti dua orang asing yang hanya memiliki perjalanan yang sama yaitu dari Mesir ke Indonesia. Mereka pulang dengan hati mereka masing-masing yang telah mereka pulihkan dengan mempelajari Agama.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dua pesan singkat masuk ke ponsel pintar Zayna secara bersamaan dengan kalimat salam yang sama. Tertera di ponsel itu pesan dari Furqon dan Ummah Maryam. "Ada apa Furqon menghubungiku padahal kalau ada yang ingin dia bicarakan kenapa tidak bicara saat kita bertemu tadi?" bisik Zayna saat membaca pesan yang berisi salam itu tanpa langsung membalasnya. Lalu jempol tangannya bergerak membuka pesan singkat dari Ummah Maryam yang sempat memberi dia harapan lalu meninggalkan luka hati baginya, tanpa tanya Zayna segera mengetik pesan balasan untuk Ummah Maryam, Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh ada apa Ummah?, maaf Zayna baru tiba di Indonesia, jawab Zayna.
Tidak lama setelah menjawab pesan singkat berisi salam itu tiba-tiba ponsel Zayna berdering, terlihat pada layar ponsel itu tulisan 'Ummah Maryam' dengan tangan kaku Zayna mengangkat panggilan itu. "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ummah" ucap Zayna sesaat setelah menggeser icon telepon pada ponselnya. "Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh Zayna" jawab Ummah dengan suara khasnya.
"Gimana kabarmu Nak Zayna?" tanya Ummah basa basi sebelum menyampaikan maksud sebenarnya dia melakukan panggilan telepon pada Zayna. "Alhamdulillah baik Ummah, bagaimana dengan Ummah, Pak Kyai dan Pondok Pesantren?" tanya Ummah yang memang penasaran dengan kondisi tempat dia menuntun ilmu dahulu. "Alhamdulillah baik semua Nak, oh iya Ummah mau mempertemukan Zayna dengan seseorang, kira-kira Zayna bisa enggak langsung mampir ke Pondok?" tanya Ummah. Zayna yang benar-benar menghormati Ummah Maryam tanpa bertanya apa-apa langsung mengiyakan perintah Ustadzah pertamanya itu, "Baiklah Ummah, Zayna akan mampir ke Pondok". "Ya sudah kalau begitu hati-hati ya, Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh". "Waalaikumussalam Warahamatullahi Wabarakatuh" jawab Zayna yang diikuti suara tut-tut-tut. Hatinya mulai berdegup tidak karuan, entah kenapa perasaannya sama seperti dahulu saat Ummah memanggilnya untuk dijodohkan dengan Gus Agam.
***
Zayna menatap dirinya didepan cermin, tangannya menepuk-nepuk wajahnya yang memerah, rasanya masih tidak percaya hari pertamanya di Indonesia setelah memulihkan hati selama tiga tahun lebih di Mesir dia malah disambut dengan sebuah permintaan berat.
Masih terngiang wajah Ummah Maryam yang bertemu dengannya beberapa jam yang lalu, Ustadzah itu masih memiliki senyum khas seperti dahulu bedanya sekarang wajahnya terlihat lebih senja dari pada dulu. Otaknya kembali memutar memori kejadian antara dia dan Ummah, wanita yang dia panggil Ummah itu lagi-lagi memanggilnya karena ingin menjodohkan dirinya dengan Gus Agam, mungkin terdengar aneh menjodohkan dengan lelaki yang sudah beristri namun disitulah pilihan beratnya.
Sedikitnya dalam waktu satu jam duduk satu meja dengan Ummah, Zayna mengetahui bagaimana kabar Gus Agam selama dia berada di Mesir, ternyata cinta pertamanya itu sedang berada dalam lingkar cobaan, memiliki istri berlatar belakang tidak jelas, kehilangan calon bayi, dan kini sedang merawat istrinya yang sakit karena sel kanker.
Kembali Zayna melirik ponselnya matanya menatap sebuah potret seorang wanita yang tanpak kurus berbalut gamis. Tentu Zayna mengenal dengan jelas wanita dalam potret itu, tiga tahun lebih yang lalu saat dia masih dimasa berduka karena perjodohan yang dibatalkan, Zayna juga mendapat kiriman foto wanita itu dari Heira bedanya wanita itu dalam potret terlihat tanpa hijab tersenyum seksi, kini wanita itu terlihat kurus dengan senyum manis namun wajahnya terlihat pucat. Wanita itu adalah Jasmine, wanita yang beruntung mendapatkan Gus Agam.
Tadi setelah mendengar kisah Gus Agam selama tiga tahun ini, Zayna mendapat panggilan telepon dari Jasmine, wanita yang berstatus istri Gus Agam memohon agar bisa berbicara dengan Zayna, begitu lah keterangan dari Ummah. Namun satu hal yang membuat Zayna masih tidak percaya dengan indra pendengarnya yaitu saat Jasmine menyampaikan permintaanya agar Zayna bersedia menjadi istri ke dua Gus Agam, kata-kata yang keluar dari lisan Jasmine mungkin adalah sebuah permintaan yang bisa Zayna tolak namun bagaimanapun kata-kata yang sama keluar dari lisan Ummah yang merupakan orang tua kedua bagi Zayna menjadi sebuah perintah bagi Zayna yang tidak bisa dia tolak.
Belum selesai dengan isi kepala yang sedang kebingungan dengan permintaan Jasmine dan Ummah Maryam, ponsel milik Zayna malah menyampaikan sebuah pesan singkat dari Furqon.
Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Teruntuk Zayna Shafiyyah, mungkin kali ini engkau akan menyebutku pengemis karena lagi-lagi aku ingin menyampaikan niat baikku untuk menyempurnakan Agama bersamamu. Tiga tahun lalu mungkin aku sudah engkau tolak dengan alasan menunggu lamaran seseorang, setelah kejadian itu kita sama-sama memperbaiki diri dari kesalahan kita, maka aku berharap kali ini aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan niatku yang sempat gagal itu. Aku serius padamu Zayna, ku tunggu jawabanmu, terima kasih.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tertanda Furqon Alfarizi.
Seperti terjebak antara dua pilihan, kejadian tiga tahun lalu terulang lagi, dengan orang yang sama, Zayna terlibat antara dua pilihan, menerima sosok yang selalu menantinya, atau menerima sosok yang sempat dia nanti namun dengan posisi yang berbeda. Tidak bisa Zayna pungkiri hatinya masih sakit akan penolakan Gus Agam tiga tahun lalu, namun hatinya lebih sakit saat mengetahui keadaan cinta pertamanya itu saat ini, jika bisa hadir dan menyebuhkan lelaki itu mungkin Zayna akan memilih menuruti perintah Ummah Maryam dan permintaan Jasmine.
Disatu sisi hati Zayna seperti tertutup rapat untuk Furqon, meski lelaki itu sudah menunggunya selama itu, Zayna belum bisa membujuk hatinya untuk menerima Furqon, padahal Furqon adalah laki-laki yang pantas untuk dijadikan suami, wajahnya tidak kalah tampan daripada Gus Agam, ilmu Agama juga pastinya tidak tertinggal dari Gus Agam, keluarganya juga berlatar belakang mengerti Agama meski tidak bergelar Gus, namun sayang Furqon tidak bisa menggeser nama Gus Agam di hati Zayna.
"Aku terjebak diantara dua Habibi
Lantas Habibi mana yang akan aku pilih
Diakah yang mendoakanku
Atau dia yang ku doakan"
-Zayna Shafiyyah-
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
Любовные романыSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...