Tiga hari berlalu sejak Jasmine tidak sadarkan diri, kini dengan berbagai alat bantu hidup yang menempel di tubuh Jasmine terbaring di tempat tidur rumah sakit, sejak tiga hari lalu setelah melewati masa kritisnya Jasmine masih terbaring tidak bergeming, alat pasien monitor terpasang untuk memantau kondisi Jasmine yang masih tidak sadarkan diri.
Suara azan isya mengisi ruang rawat Jasmine yang awalnya hanya terdengar isakan Gus Agam dan alat pasien monitor yang terdengar masih normal. "Sayang ayo bangun, kita salat berjamaah" ucap Gus Agam yang setia sepanjang waktu duduk di samping tempat tidur Jasmine, matanya masih basah, rautnya terlihat gusar dengan mata teduh yang kini terlihat lelah.
Tidak seperti biasanya jika diajak salah berjamaah oleh Gus Agam Jasmine akan menggeliat sambil menguap panjang mencari seribu alasan untuk tidak langsung mengikuti perintah Gus Agam, tapi kini Jasmine hanya terdiam tidak bergeming, sepasang mata indahnya enggan terbuka untuk menatap Gus Agam. "Sayang ayo bangun, Mas lebih suka Jasmine mencari-cari alasan untuk menunda-nunda salat dari pada Jasmine cuma diam seperti sekarang" Gus Agam mencium lembut tangan bengkak Jasmine yang masih terpasang jarum infus.
"Mas salat dulu yuk, Mbak Jasmine biar Zayna yang jagain sekarang" suara lembut Zayna terdengar dari ambang pintu ruang rawat Jasmine, niqab Zayna terlihat sedikit basah bekas air wudhu, seperti biasa dia akan selalu berwudhu terlebih dahulu sebelum mengingatkan Gus Agam salat, nanti setelah Gus Agam salah Zayna biasa langsung melaksanakan salat tanpa harus mengulang mengambil wudhu.
Gus Agam yang mendengar panggilan Zayna tidak langsung beranjak sekali lagi dia tatap wajah pucat Jasmine yang sudah dipasang alat bantu bernafas, Gus Agam mengusap lembut pipi Jasmine yang kini seakan-akan tinggal menyisahkan tulang dan kulit. "Sayang, Mas salat dulu ya, Mas doain Jasmine cepat bangun biar bisa cari-cari alasan buat nunda-nunda salat, bukan malah enggak salat kayak sekarang" ucap Gus Agam sembari menatap wajah lelah namun tenang milik Jasmine tangannya kini mengusap lembut kepala Jasmine yang kini sudah hampir tidak meninggalkan rambut.
Karena masih tidak mendapat jawaban dari Jasmine, Gus Agam segera meninggalakan kecupan hangat pada dahi Jasmine sebelum beranjak dari tempat duduknya "Sayang Mas pergi dulu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh". Gus Agam berjalan pelan meninggalkan Jasmine yang berbaring tidak berdaya, "Zayna Mas titip Jasmine ya" ucap Gus Agam sebelum benar-benar meninggalkan ruang rawat Jasmine, seperti biasanya Gus Agam tetap akan melaksanakan salat lima waktu secara berjamaah di Masjid terdekat, dan saat itu Zayna bertugas untuk menjaga Jasmine sambil membacakan yasin di samping Jasmine.
Sepergian Gus Agam meninggalkan ruang rawat Jasmine, Zayna segera mengambil posisi duduk di samping tempat tidur Jasmine, sepasang mata Zayna menatap lembut wajah Jasmine, hatinya terasa sedih masih teringat kejadian beberapa hari lalu saat Jasmine tersenyum manis menyuruh Gus Agam agar segera mengantar Zayna ke Rumah Sakit untuk mengecek kandungan dan ternyata senyum manis itu menjadi senyum terakhirnya sebelum terbaring tidak sadarkan diri seperti saat itu. Masih ada sesal yang disisakan sejak kejadian itu, Zayna merasa menjadi pelaku utama pada saat itu, seandainya dia dan Gus Agam tidak nekat meninggalkan Jasmine sendiri di rumah mungkin saja kondisi Jasmine tidak akan seperti sekarang.
"Mbak Jasmine bangun ya, Zayna kangen sama Mbak Jasmine, Zayna kangen nonton bareng, nyuci bareng, masak bareng, cerita bareng, belanja bareng, Zayna kangen Mbak biarpun kalau Mas Agam pulang kita jadi rival cari perhatian Mas Agam, tapi Zayna tetap kangen Mbak rasanya sepi enggak ada Mbak Jasmine yang cerewet, rasanya ada yang kurang enggak ada Mbak Jasmine yang selalu punya cerita dan tahu cara mencairkan suasana" Zayna menggantikan posisi Gus Agam memegang tangan bengkak Jasmine sambil bercerita panjang dengan Jasmine yang tidak bergeming, sama seperti Gus Agam sepasang mata tajam Zayna juga basah melihat kondisi Jasmine yang enggan untuk bangun dari tidur lelapnya.
Zayna kembali menatap lekat wajah pucat Jasmine, hatinya jelas terluka wanita yang sedikit cerewet itu adalah wanita baik, Zayna seperti mendapatkan saudara perempuan, meski sifat Jasmine terkadang seperti kekanak-kanakan namun Jasmine bisa menjadi sangat dewasa jika itu sudah menyangkut calon bayi yang sedang di kandung Zayna, Jasmine menjadi sangat mandiri bahkan melayani Zayna dengan baik selama kehamilan Zayna, padahal ternyata kondisi Jasmine lah yang harusnya dirawat dengan baik oleh orang sekitarnya bukan malah sebaliknya dia yang merawat orang lain.
Masih teringat jelas di kepala Zayna bagaimana pedulinya Jasmine pada kandungannya, saat itu saat Jasmine sempat sadarkan diri beberapa saat hal pertama yang Jasmine tanyakan hanyalah keadaan kandungan Zayna tanpa peduli dengan kondisinya yang sedang kesakitan. Bagaimana Jasmine tidak meninggalkan kesan yang baik bagi Zayna, sedangkan sifatnya selalu hangat pada Zayna, selalu perhatian pada kandungan Zayna bahkan selalu menomor satukan calon bayi Zayna, tentunya Zayna juga menjadi salah satu orang yang paling takut kehilangan Jasmine, takut kali ini Jasmine kalah melawan sel kanker yang selama ini menggrogoti tubuh Jasmine.
"Mbak Jasmine harus kuat ya, kali ini Mbak Jasmine pasti bisa melawan sel kanker itu, lagian kemarin Dokter Ishara sudah membersihkan lagi sisa-sisa sel kanker dari tubuh Mbak Jasmine, jadi kali ini Zayna yakin Mbak Jasmine pasti akan segera sembuh dan hidup panjang umur bersama ya" ucap Zayna dengan mata berkaca-kaca, jelas dia sedang membohongi dirinya sendiri, tiga hari lalu Dokter Ishara memang melakukan operasi pada Jasmine untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker dalam tubuh Jasmine, namun upaya operasi itu hanya mampu membuat Jasmine berhasil melewati masa kritisnya dan sampai saat ini Jasmine sama sekali belum pernah sadarkan diri, Dokter Ishara bahkan sudah mengatakan secara langsung bahwa sel kanker dalam tubuh Jasmine sudah terlanjur menyebar usaha pembersihan bagaimana pun sulit untuk benar-benar membuat wanita itu lepas dari sel kanker yang sudah terlanjut merajalela dalam tubuhnya.
Dokter Ishara sudah memberikan peringatan bahwa kemungkinan hidup Jasmine saat ini sudah sangat kecil, bahkan sudah bertahan selama tiga tahun lebih ini sudah menjadi suatu mujizat bagi Jasmine karena kemungkinan bertahan hidup selamat lima tahun bagi penderita kanker serviks stadium IVB rata-rata hanyalah 15 persen dan Jasmine sudah berhasil untuk bertahan selama tiga tahun lebih jika Jasmine beruntung masuk ke 15 persen dari banyaknya penderita penyakit ganas ini kemungkinan Jasmine masih bisa bertahan lagi selama kurang lebih dua tahun.
Dengan mata yang masih berkaca-kaca Zayna segera membuka Al-Qur'an yang sedari tadi dia genggam disalah satu tangannya, seperti biasa Zayna akan melantunkan bacaan Yasin di samping Jasmine, sembari menemaninya selama Gus Agam menunaikan salat di Masjid. Zayna tetap setia membacakan Yasin dari Al-Qur'an langsung meskipun dia sebenarnya sudah menghafalnya, bagi Zayna membaca Al-Qur'an langsung lebih afdal daripada dia membacanya secara lisan saja dari hafalannya.
Saat sedang asik membacakan setiap ayat surah Yasin mendadak Zayna spontan mengucapkan hamdala saat dirasakan tangan kirinya yang menggenggam tangan bengkak Jasmine sedikit bergerak. Segera Zayna menghentikan bacaannya dan memperhatikan Jasmine yang perlahan membuka sepasang matanya. "Alhamdulillah Mbak Jasmine sadar" ucap Zayna sambil meneteskan air mata syukur. "Mas Agam mana Zay?" tanya Jasmine lirih hampir tidak terdengar, suaranya masih sangat kecil walau terlihat sangat berusaha untuk mengucapkan kata-kata dari lisannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...