MENEMUI UMMAH(1)

111 0 0
                                    

Hari yang membuat Ning Jasmine Alleya risau tak karuan semalaman akhirnya tiba, tak banyak tidurnya malam itu meksi harusnya dia beristirahat banyak ternyata dia malah berfikir banyak, tidurnya tak nyenyak setengah malamnya Jasmine gunakan untuk bersipu pada Allah SWT, meluapkan segala kerisauannya. Jasmine hendak mencapai titik terbaik namun entah kenapa hatinya berdebar kencang tak karuan, apakah itu tanda atas rasa bahagiannya atau malah wujud atas rasa kekhawatirannya untuk memulai hal baru dalam hidupnya.

'MENIKAH' bagi Jasmine dia belum terlalu mengenal apa itu menikah?, tapi Jasmine mendefinisikan Menikah sebagai rumah, tempat sepasang manusia melanjutkan hidupnya, bukan hanya tentang berHidup bersama namun juga tentang berTuhan bersama, saling mengasihi satu sama lain tanpa saling menghambakan, dan bersama menghambakan diri pada Allah SWT.

Malam sebelum hari itu Jasmine tergaja dari tidur yang dipaksakan, mata coklatnya terbuka menatap langit-langit kamar dalam gelap, segera tangan Jasmine meraih jam di atas meja samping tempat tidur, jam digital kecil itu menunjukkan waktu pukul 2 dini hari, segera Jasmine menyingkirkan selimut tembalnya lantas bangkit dari tempat tidur.

Jasmine berjalan pelan menuju dekat pintu kamar untuk mencari saklar yang bisa memberikan cahaya pada kamar gelapnya. Setelah memastikan kamarnya tidak dalam keadaan gulita lagi segera Jasmine keluar untuk mengambil wudhu di belakang. Dalam benak Jasmine malam itu mungkin mengambil wudhu lalu mendirikan salat akan memberikan ketenangan pada hatinya, karena tidak ada tempat paling baik untuk mencurahkan keluh kesah selain kepada Allah SWT yang maha segalanya.

Setelah membasahi sebagian tubuhnya dengan air wudhu segera Jasmine meraih mukenah putih dan sajadah hijau sage miliknya tidak lupa sebuah Al-Quran juga ikut handil dalam ibadahnya malam itu. Dengan khusyuk Jasmine melaksanakan 2 rakaat salat sunah wudhu terlebih dahulu, lalu setelah tidak lupa 2 rakaat salat tahajud, dan diakhiri salat istikharah. Setelah itu barulah Jasmine benar-benarnya mengeluarkan semua keluh kesahnya pada Allah SWT.

"Ya Allah SWT, maafkan hamba ini yang mendirikan salat malam karena memiliki maksud tertentu, hamba memohon padamu Ya Allah SWT yang maha pengasih berikan lah ketenangan pada hati ini jika memang ini adalah jalan yang terbaik untuk hamba hadapi, berikan kesiapan pada hati ini untuk memulai suatu hubungan mulia ini, jauhnya keraguan pada diri ini jika ini adalah yang terbaik untuk hamba, Ya Allah SWT terima kasih telah mengiringi langkah hamba sampai sejauh ini, hamba masih dan akan terus-terus mengharap karuniamu Ya Allah SWT, mohon senantiasa lingdungi setiap langkah hamba, dan berikan kemudahan pada setiap jalan yang hamba tempuh".

Jasmine segera mengusap wajah tenangnya dengan kedua tangan yang tadinya dia tadahkan untuk memohon doa pada Allah SWT. Banyak yang ingin Jasmine sampaikan namun entah kenapa saat berdoa hanya sepenggal dari keluhnya yang bisa dia keluarkan, seakan-akan isi hati Jasmine sudah tumpah seluruhnya dihadapan Allah SWT tanpa harus Jasmine tumpahkan.

Setelah menyelesaikan doanya Jasmine segera meraih Al-Quran berwarna hijau milik Almarhumah Ummah Jasmine Zara, Al-Quran itu tentunya sudah terlihat using namun Jasmine enggan menggantinya dengan yang baru, Jasmine dengan setia terus menggunakan Al-Quran itu tanpa peduli dengan kondisinya.

Jasmine segera membuka Al-Quran surah ke 55 yang sudah menjadi surah favoritnya sejak dirinya bahkan belum bisa membaca Al-Quran itu sendiri, bibir kecil Jasmine mulai membaca ayat perayat surah tersebut, suaranya terdengar lirih dan merdu,diiringi suasana malam yang dingin tak terasa sebuah bulir air jernih jatuh di pipi tembem Jasmine, yang semakin lama semakin berdesakan turun hingga membasahi mukenah putihnya.

Saking asiknya Jasmine tenggelam dalam lantunan Ar-Rahmannya sendiri tak terasa azan subuh telah berkumandang dengan merdunya dari masjid di dekat rumahnya, jelas suara merdu itu milik adiknya sendiri Gus Hadwan Zain Hayyan, mendengar seruan Azan adiknya Jasmine segera menutup Al-Quran yang sudah menemaninya sejak pukul 3 tadi, Jasmine membuka mukenahnya untuk kembali mengambil air wudhu.

Matahari telah menampilkan wujudnya rasanya tak begitu lama setelah Jasmine menyelesaikan salat subuh kini hari yang ditunggu benar-benar telah tiba, Umi Zayna terlihat sibuk menyiapkan semua pakaian keluarganya, dari suaminya Abi Agam, putranya Gus Hadwan dan Putrinya Ning Jasmine semua Umi Zayna lah yang menyiapkan, bahkan sebelum itu setelah salat subuh Umi Zayna terdengar sudah sibuk bersama alat-alat dapurnya memastikan semua sarapan sudah siap sebelum mereka berangkat.

"Jasmine" panggil Umi Zayna dari luar ketika dipastikan putrinya sudah siap dengan sebuah gaun putih simple dan make up tipis hasil karya Umi Zayna, sesuai perintah Jasmine segera bangkit dari tempat duduknya setelah mendengar panggilan Umi Zayna.

Dengan pelan Jasmine berjalan menghampiri keluarganya yang duduk sambil menyantap sarapan, wajah semua tertuju pada sosok Jasmine, boleh diakui Jasmine memang memiliki wajah yang menawan, perpaduan Umi Zayna dan Abi Agam tentu saja wanita yang bertubuh mungil itu memiliki perawakan menawan.

Mata yang teduh berwarna coklat seperti Abi Agam tetap memberikan kesan tegas karena Jasmine mewarisi bulu mata lentik dan alis tebal milik Umi Zayna, jika tersenyum hati mana yang tidak akan terpaut karena mewarisi senyum manis milik Gus Agam yang dihiasi gigi ginsul.

"Masya Allah, Jasminenya Abi" ucap Abi Agam tidak bisa menahan air mata yang ikut jatuh. "Abi kok malah nangis sih Kak Jas udah secantik ini juga" celoteh Gus Hadwan menyadari Abinya tengah menangis. "Abi lagi terharu itu ngeliat Kak Jas cantik banget" Umi Zayna menjawab mewakilkan Abi Agam yang tidak bisa berkata-kata lagi.

Tanpa menggubris ucapan putra dan istrinya Abi Agam seketika bangkit dari duduknya dan menuju ke kamar. "Abi kenapa Mi?" tanya Gus Hadwan kebingungan melihat tingkah Abi Agam, "Udah enggak usah diurusin, Jasmine sayang sini duduk" jawab Umi Zayna sembari memanggil Jasmine agar ikut duduk.

"Sayang, Umi dan Abi setelah ini akan langsung berangkat, Jasmine boleh langsung berangkat juga sama Hadwan karena udah siap juga kan, jadi nanti Jasmine bisa lebih lama di makam Ummah Jasmine" ucap Umi Zayna yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Jasmine tanda setuju.

"Berarti ini Hadwan juga harus siap-siap dong" ucap Hadwan memotong, "Iya Wan, lagian mau siap-siap apa lagi orang udah siap gitu juga" ucap Umi Zayna sembari memandangi Hadwan yang terlihat gagah dengan jas hitam yang digunakan Gus Hadwan tak ubahnya seorang bodyguard bagi tuan putri Jasmine yang terlihat anggun.

"Jasmine pakai ini ya sayang" suara Abi Agam menarik perhatian ketiga keluarganya, "Cadar Bi?" tanya Jasmine. "Iya sayang Abi tidak rela kalau parasmu yang cantik ini nanti jadi tontonan banyak ikhwan" jawab Abi Agam sembari menyodorkan cadar putih yang bisa dipastikan itu adalah cadar milik Umi Zayna saat menikah dahulu dengan Abi Agam.

"Baik Bi" ucap Jasmine menurut seraya mengambil cadar putih dari tangan Abi Agam diteruskan dengan menyerahkan pada Umi Zayna agar Umi Zayna segera memakaian cadar pada putrinya. "Masya Allah, tambah cantik Kak" Gus Hadwan melongok melihat Kakaknya yang semakin tertutup malah semakin terlihat indah, "Kalau gini sih Bi, mending Kak Jas enggak usah keluar rumah aja" ucap Gus Hadwan yang tidak ingin Kakaknya menjadi objek keindahan bagi banyak ikhwan.

"Apaan sih Wan, takut banget Kakaknya yang cantik ini diambil orang hehe" Jasmine bergurau untuk sedikitnya menghilangkan ketegangan. "Ya sudah udah jam 8 ini Abi sama Umi harus berangkat sekarang" ucap Abi Agam serasa melirik jam tangannya, "Iya Bi ayo kita berangkat duluan, setelah ini Hadwan dan Jasmine bakalan segera berangkat juga soalnya Umi udah bilang tadi gitu, biar Jasmine enggak buru-buru nanti di makam" jelas Umi Zayna yang dibalas anggukan oleh Abi Agam.

"Ya sudah Abi sama Umi berangkat ya, Wan jaga Kak Jas bener-bener ya, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Abi Agam dan Umi Zayna berbarengan. "Iya Abi sama Umi hati-hati ya, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Hadwan dan Jasmine setelah melepaskan kecupan merekan pada punggung tangan kedua orang tuannya.

***

AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang