APAKAH IZRAIL MERINDUKANKU? (2)

1.6K 79 27
                                    

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 2 jam lebih dengan sigap Gus Agam kelaur dari mobil yang sudah terparkir rapi di bagasi rumahnya, Gus Agam segera masuk dan menemui Jasmine karena khawatir kenapa Jasmine sama sekali tidak mengangkat telepon ataupun membalas pesan selama mereka pergi. Sama seperti Gus Agam tanpa menunggu aba-aba Zayna juga segera keluar dari mobil dan mengikuti langka Gus Agam yang terburu-buru menuju pintu rumah.

"Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh" ucap Gus Agam dan Zayna berbarengan, mata keduanya segera mencari sosok Jasmine yang tidak menjawab salam. "Jasmine, Sayang dimana?" Gus Agam memanggil Jasmine, "Mbak Jasmine kami pulang Mbak" sambung Zayna yang ikutan memanggil Jasmine, tidak ada jawaban dari Jasmine membuat Gus Agam semakin khawatir, karena tidak seperti biasanya Jasmine selalu menyambut kehadirannya di ruang tamu paling dekat dengan pintu keluar, kalau ada salam Jasmine biasanya juga selalu menjawab walaupun sedang asik menonton drama.

"Zayna tolong cari di dapur sama di kamar ya, Mas ke atas dulu biasanya kan Jasmine di atas" ucap Gus Agam sambil terburu-buru, "Iya iya Mas" jawab Zayna yang entah masih terdengar oleh Gus Agama tau tidak. Gus Agam segera menaiki anak tangga satu persatu, dihampiri kamar yang sudah menjadi temapt favorit kedua istrinya untuk mengisi waktu saat dia sedang mengajar di Pondok Pesantren, tidak ada siapa-siapa di kamar itu, hanya ada tempat tidur yang masih rapi dan televise yang tidak ada tanda-tanda pernah dinyalahkan.

Dengan sigap Gus Agam beralih kekamar sebelah, kamar kecil yang sudah didekor oleh Jasmine untuk menunggu bayi kecil yang ada di rahim Zayna, hasilnya tetap nihil tidak ada siapa-siapa disana. Gus Agam terdiam sejenak lisannya mengucapkan istighfar dengan lirih berusaha menenangkan hatinya yang cukup kalut, hingga teriakan histeris Zayna membuat Gus Agam reflek berlari menuruni anak tangga mendekati sumber suara Zayna. "Ada apa Zayna?" tanya Gus Agam dengan nafas ngos-ngosan, "Mbak Jasmine Mas" ucap Zayna dengan suara serak yang diiringi isakan, niqabnya sudah basah oleh air mata, di pahanya terbaring kaku tubuh Jasmine, terlihat wajah Jasmine lebih pucat dari pada sebelum mereka tinggalkan. "Astaghfirullahalazim" kaki Gus Agam seketika lemas tubuhnnya ambruk, dengan merangka dia dekati tubuh Jasmine yang dingin, "Sayang bangun" sepasang mata teduh Gus Agam saat itu juga basah dan menumpahkan air mata.

Gus Agam mendekat dengan lembut diangkat tubuh ringan Jasmine dari lantai dapur, Zayna ikut bangkit di belakang Gus Agam ingin mengikuti ke kamar Jasmine. "Zayna segera hubungi Dokter Ishara suruh kesini aja" perintah Gus Agam yang tidak mendapat jawaban dari Zayna karena Zayna langsung mengerjakan perintah Gus Agam. Dengan tangan gemetar jemari lentik Zayna segera menekan tombol memanggil pada kontak yang bernama Dokter Ishara, "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dok" ucap Zayna yang sudah sedikitnya bisa mengatur isakan. "Waalaikumussalam Warahamatullahi Wabarakatuh Mbak Zayna, ada apa?" tanya Dokter Ishara lembut dari seberang telepon. "Dok, Mbak Jasmine pingsan saat kami tinggal dan sekarang masih pingsan, Dokter bisa kesini enggak memeriksa keadaan Mbak Jasmine?" tanya Zayna tanpa basa basi. "Apa?, pingsan, kok bisa sih?, sejak kapan?" Zayna diburu pertanyaan oleh Dokter Ishara.

"Iya Dok, Mbak Jasmine pingsan, kami tidak tahu sejak kapan yang jelas dua jam yang lalu kami meninggalkan Mbak Jasmine dirumah, waktu itu Mbak Jasmine memang sudah terlihat pucat dan sempat mengeluh kalau perut bagian bawahnya terasa sakit, namun setelah itu dia bersih kekeh menyuruh kami tetap pergi untuk mengecek kandungan Zayna" Zayna berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Dokter Ishara.

"Maaf Mbak Zayna, Saya bukannya tidak mau kesana, tapi kondisi Mbak Jasmine itu sudah kritis sebaiknya langsung antar saja ke Rumah Sakit, disini Saya akan mengkondisikan tempatnya agar Mbak Jasmine langsung mendapatkan perawatan terbaik" perintah Dokter Ishara. "Oh iya baik-baik Dok, kami segera kesana" tanpa meminta persetujuan Gus Agam Zayna langsung mengiyakan permintaan Dokter Ishara. "Ya sudah kalau begitu sudah dulu ya Dok, kami segera kesana, Assalamualaikum Warahamatullahi Wabaraktuh Dok" tutup Zayna ingin cepat-cepat mengajak Gus Agam mengantar Zayna ke Rumah Sakit. "Waalaikumussalam Warahamatullahi Wabarakatuh Mbak Zayna" tutup Dokter Ishara yang diikuti suara tut tut tut tanda telepon telah berakhir.

"Mas kita harus segera bawa Mbak Jasmine ke Rumah Sakit" ucap Zayna setelah menutup sambungan suaranya dengan Dokter Ishara. "Kenapa?, apa Dokter Ishara sedang sibuk sehingga tidak bisa kesini?" tanya Gus Agam sambil mengusap kepala Jasmine yang tidak menggunakan hijab lagi, rambut Jasmine tidak seindah dulu kini setiap Gus Agam mengusapnya helaian rambut akan ikut di tangan Gus Agam. "Kondisi Mbak Jasmine tidak memungkinkan lagi untuk dirawat di rumah Mas" ucap Zayna yang tahu persis Gus Agam pasti tidak tega membawa Jasmine menelusuri jalan rasa dalam keadaan tidak sadarkan diri seperti sekarang.

"Baiklah kalau begitu, tolong pasangkan hijab Jasmine ya, Mas akan mengeluarkan mobil, tunggu disini Mas akan kembali untuk menggendong Jasmine" ucap Gus Agam segera bangkit dari duduk setelah mendaratkan kecupan pada Jasmine yang hanya terdiam seperti sedang tertidur. "Baik Mas" jawab Zayna menggantikan posisi Gus Agam duduk dipinggir tempat tidur sambil meraih jilbab instan dan dengan lembut memasangkannya ke kepala Jasmine, tanpa terasa air mata Zayna tumpah saat melakukan perintah Gus Agam tersebut karena Zayna harus menyaksikan rambut Jasmine yang rontok hanya karena terkena gesekan jilbab, "Mbak Jasmine yang kuat ya" bisik Zayna pada Jasmine sambil melangitkan doa untuk keselamatan Jasmine.

Tidak butuh waktu lama Gus Agam sudah kembali di kamar dengan langka terburu-buru dan napas yang memburu. "Sudah Zay?" tanya Gus Agam yang baru berdiri di ambang pintu kamar, "Sudah Mas" jawab Zayna sambil menoleh ke arah sumber suara Gus Agam. "Ya sudah Zayna siapin barang-barang Jasmine dulu ya" perintah Gus Agam yang dengan sigap langsung dikerjakan oleh Zayna.

"Sayang bangun" Gus Agam kembali duduk di pinggir tempat tidur sambil memegang tangan kurus Jasmine, sebuah kecupan mendarat pada tangan kurus itu. "Mas tahu Jasmine kuat, buktinya selama ini Jasmine sudah menjadi pemenangnya, kali inipun begitu ya" Gus Agam berbisik pada Jasmine yang tidak bergeming. "Mas Zayna udah selesai ini" ucap Zayna memecahkan kesedihkan Gus Agam, "Oh iya kita berangkat sekarang ya" balas Gus Agam sambil bersiap-siap mengangkat tubuh Jasmine. "Mas" suara lirih Jasmine mengurungkan niat Gus Agam untuk mengangkatnya, tubuhnya pun reflek kembali duduk di pinggir tempat tidur. "Ya Humaira" tatapan Gus Agam penuh kasih menatap Jasmine yang terlihat lelah, "Gimana keadaan kandungan Zayna Mas?" tanya Jasmine lirih, "Calon anak kita sehat kok Sayang jangan dipikirin ya, sekarang kita fokus ke pengobatan Jasmine, ini Mas mau ngantar Jasmine ke Rumah Sakit" ucap Gus Agam dengan mata berkaca-kaca.

"Alhamdulillah kalau sehat Jasmine senang Mas" jawab Jasmine tanpa menggubris ajakan Gus Agam untuk pengobatannya, sepasang mata indah Jasmine kembali terpejam setelah mendapat jawaban tentang keadaan calon bayi di rahim Zayna. "Jasmine sayang" panggil Gus Agam berusaha mengembalikan kesadaran Jasmine, "Jasmine lelah Mas" ucap Jasmine lirih tanpa membuka mata, "Ayo kita ke Dokter Ishara biar Jasmine kembali kuat lagi ya" kini Gus Agam sudah menangisi Jasmine.

"Mas, apakah Izrail merindukan Jasmine ya?" tanya Jasmine lirih tanpa membuka sepasang mata indahnya, nadinya terasa lemah saat Gus Agam menyentuhnya. "Tidak Sayang, Mas yang merindukan Jasmine" jawab Gus Agam segera mengangkat tubuh ringan Jasmine tanpa menunggu aba-aba lagi. Zayna yang sudah menangis sesugukan menyaksikan Jasmine yang terlihat kesakitan segera mengikuti langka Gus Agam dengan berbekalkan mata yang basah.

"Apakah Izrail merindukan ku?

Jika benar demikian, maka datanglah

Aku juga sudah memastikan

Bahwa sekarang ada senyum diwajah tenang Gus Agam"

-Jasmine Zara-

AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang