Pagi itu setelah melakukan salat dan murojaah bersama Jasmine yang duduk di hadapan Gus Agam tersenyum manis sambil memandang Gus Agam, "Ada apa Cantik?" tanya Gus Agam yang melihat senyum Jasmine yang sedikit berbeda dan tatapan penuh kebahagiaan.
Jasmine yang mendengar pertanyaan Gus Agam tidak langsung menjawab, Jasmine hanya tersenyum manis sambil berusaha merongoh kantong gamis yang dia kenakan dibalik mukena, setelahnya tangan Jasmine seperti menggenggam sesuatu.
"Jasmine ada kabar gembira Mas" ucap Jasmine sambil masih mengulum senyum manisnya, "Kabar gembira apa Sayang?" Gus Agam menatap penuh selidik pada Jasmine, kira-kira apa kabar gembira yang di maksud Istrinya yang tidak pernah kemana-mana itu.
"Taa daa" dengan riang Jasmine menunjukkan sebuah alat tes kehamilan pada Gus Agam, "Masya Allah, apa ini Sayang" Gus Agam bertanya untuk memastikan lagi walaupun sebenarnya dia sudah tahu maksud dari alat tes kehamilan yang tidak asing lagi. "Tuh garis dua Mas, berarti Jasmine positif hamil" Jasmine menunjukkan alat tes kehamilan yang menunjukkan garis dua.
Gus Agam yang melihat alat tes kehamilan itu seperti memenangkan sebuah hadiah, "Alhamdulillah, Mas bakalan jadi Abi Sayang" mata Gus Agam berbinar, senyumnya merekah, dia menatap Jasmine Istrinya dengan penuh rasa syukur. "Makasih ya Humaira" Gus Agam mengecup singkap dahi Jasmine, "Sama-sama Mas, Jasmine senang banget" Jasmine tersenyum manis memamerkan lesung pipi dan gingsul manisnya, mata coklatnya juga berbinar indah.
"Ini enggak salah kan Sayang?" tanya Gus Agam sekali lagi sambil memperhatikan alat tes kehamilan lekat-lekat, "Jasmine sudah memastikannya kok Mas" jawab Jasmine sambil beranjak menuju meja di samping tempat tidur. "Ini buktinya Mas, tadi Jasmine mencoba beberapa alat tes kehamilan berbagai merk" Jasmine menyodorkan empat buah alat tes kehamilan yang modelnya sedikit berbeda-beda dan semua alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis.
"Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah Ya Allah SWT" Gus Agam bersujud sambil mengulang-ngulang mengucapkan hamdala, "Makasih ya Cantik, Mas benar-benar beruntung" sekali lagi Gus Agam mengucapkan terima kasih pada Jasmine. "Iya Mas, sama-sama, Jasmine juga beruntung banget, sudah dapat Suami Gus Agam dan sekarang Allah SWT menitipkan penerus Gus Agam di Rahim Jasmine" mata coklat Jasmine berbinar menggambarkan kebahagiaan yang tidak kalah dengan Gus Agam.
"Nanti anak kita manggilnya Abi, Umi ya Sayang" ucap Gus Agam yang sudah memikirkan panggilan untuk dirinya dan Jasmine sebagai orang tua, "Iya Mas" Jasmine merekahkan senyumnya melihat kebahagiaan Gus Agam. "Oh iya Sayang pokoknya besok pagi di Pondok Mas harus ngasih tahu Abah dan Ummah, Mas yakin 100 persen kalau Ummah tahu Jasmine lagi mengandung penerus Mas, pasti Ummah bisa luluh hatinya dan sayang sama Jasmine" Gus Agam menatap Istri yang paling dicintai itu.
Jasmine menekuk wajahnya mendengar ucapan Gus Agam, "Hmm, Mas apa enggak kecepatan ngasih tahu Abah dan Ummah sekarang?" tanya Jasmine ragu-ragu, "Enggak dong Sayang, dengan Ummah tahu kondisi Jasmine sekarang yang lagi mengandung pasti Ummah bisa ngertiin kalau Mas sekarang harus lebih banyak nemenin Istri daripada yang lain" Gus Agam kekeh akan memberi tahu kedua orang tuanya akan kehamilan Istrinya Jasmine.
"Ya sudah deh, yang penting Mas senang" ucap Jasmine mengalah pada Gus Agam yang terlihat sudah sangat antusias dengan kehamilan Jasmine, "Oh iya satu lagi Sayang, pokoknya mulai hari ini Jasmine enggak boleh kerja berat, soal masak kita beli saja atau Mas yang masak, soal beres-beres rumah gimana kalau Mas pakai jasa pembantu panggilan?" Gus Agam terlihat berpikir keras untuk kebaikan Jasmine.
Dengan senyum manisnya Jasmine menolak tawaran Gus Agam, "Enggak usah sewa-sewa jasa pembantu Mas, Jasmine masih bisa kok kalau sekadar beres-beres rumah, kan beres-beres rumah juga bukan pekerjaan berat Mas". Gus Agam menatap Jasmine yang memiliki tubuh mungil dan jemari kecil, "Enggak bisa Sayang kita harus pakai jasa untuk bantu beres-beres rumah, Mas enggak mau nanti Jasmine malah keenakan kerja lupa kesehatan sendiri" Gus Agam kekeh ingin menggunakan jasa pembantu. "Gimana kalau Mas lagi Pondok terus Jasmine lagi beres-beres rumah kepeleset atau apa lah terus enggak orang di rumah siapa coba yang bakal nolong Jasmine" ucap Gus Agam yang memikirkan keselamatan Jasmine. "Setidaknya kalau ada jasa pembantu, Jasmine dirumah bakal ada yang menemin selama Mas diluar kalau ada apa-apa kan ada yang bisa langsung minta tolong Sayang".
Jasmine menarik napas berat tentu saja dia sudah tidak bisa membantah Gus Agam kalau sudah berbicara banyak begitu, Gus Agam akan menjadi sangat keras kepala jika itu sudah berurusan dengan kesehatan Jasmine. "Ya sudah iya Mas, Jasmine manut aja apa kata Mas deh" Jasmine pasrah dengan semua keputusan Gus Agam. "Nah gitu dong Cantik, Mas kan mgelakuin ini semua juga demi kebaikan Jasmine, biar Jasmine tidak apa-apa, biar Jasmine tetap aman" Gus Agam tersenyum lega saat Jasmine setuju dengan keputusannya.
"Hmm, jadi kapan kita ke dokter kandungan Sayang?" tanya Gus Agam tidak sabar ingin memeriksa calon bayinya baik-baik saja. "Kapan-kapan aja ya Mas" Jasmine memasang muka melas, "Kok gitu Sayang?" Gus Agam sedikit kecewa mendengar jawaban Jasmine dan rautnya yang memelas, "Jasmine enggak suka jarum suntik Mas, jadi nanti-nanti aja ya Mas kita ke dokternya" ucap Jasmine ragu-ragu.
Kali ini Gus Agam mengalah pada Jasmine, "Ya sudah iya Sayang, tapi disegerakan ya Sayang biar kita juga bisa cek usia kehamilan juga dan bisa atur control kandungannya". "Iya Mas iya" jawab Jasmine menyakinkan Gus Agam.
"Oke, buat pagi ini, Istri Mas duduk santai saja, tunggu Mas bakalan buatin sarapan ya Sayang, soal pakaian Mas nanti Mas bisa kok siapin sendiri jadi Jasmine duduk manis saja ya Sayang" perintah Gus Agam sambil menuntun Jasmine duduk bersandar di tempat tidur. "Mas, Mas" Jasmine terkekeh dengan tingkah Gus Agam yang memperlakukannya seperti Istri yang sudah hamil sembilan bulan saja, padahal saat itu Jasmine bahkan belum bisa merasakan ada perubahan pada tubuhnya.
"Iya Mas, Jasmine tunggu di sini aja" jawab Jasmine yang tidak mau debat singkat lagi soal pekerjaan pagi itu, karena sengotot apapun Jasmine pasti kalah kalau Gus Agam sudah bertekad, jadi lebih baik mengalah lebih cepat saja biar Gus Agam juga bisa melakukannya semua dengan santai tanpa harus buru-buru karena akan ke Pondok lagi untuk mengajar.
"Ya sudah Sayang Mas tinggal dulu" setelah memastikan Jasmine baik-baik saja, Gus Agam bergegas ke dapur untuk membuat menu sarapan untuk dirinya sendiri dan untuk Jasmine. Jasmine yang duduk manis di atas tempat tidur hanya mengulum senyum manisnya sambil melihat punggung Gus Agam yang bergerak buru-buru meninggalkan Jasmine di kamar tidur.
"Allah SWT terlalu baik untuk hamba ini
Setelah dipertemukan oleh manusia yang baik
Kini hamba dititipkan pula calon penerus manusia baik itu pula"
-Jasmine Zara-
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...