"Siapa namanya?" Tanya Ducan kepada seorang wanita bernama Jessica mahasiswi kedokteran.
"Namanya Kaluna. Om Ducan bisa panggil Luna. Ini fotonya" Memberikan ipad miliknya kepada Ducan.
Ducan mengernyitkan dahinya ketika melihat foto seorang gadis cantik yang ditunjukkan barusan. "Kamu nggak salah ngasih saya perempuan seperti ini?"
Jessica tersenyum nakal, "Jangan salah om. Kalau difoto dia memang biasa aja. Karna memang dia tidak suka dengan yang namanya kamera. Tapi, saya berani jamin kalau dia mantab om"
Ducan melihat serius kearah Jessica kemudian membaca berkas yang sudah diisi oleh gadis yang dimaksud Jessica. Ducan mengangguk paham.
"Bawa dia sekarang kesini. Saya kasih cek kamu sekarang"
Jessica tersenyum senang. Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah restoran hotel megah.
Ducan jelas memiliki banyak tangan kanan untuk mencarikannya gadis-gadis nakal yang butuh uang.
"Dia di atas om. Udah ready" Mengerlingkan matanya.
Ducan memperlihatkan smirknya. Merogoh saku dalam jasnya kemudian mengeluarkan sebuah cek. Sibuk sesaat menuliskan nominal cek. Setelah selesai dan memberikan sepucuk cek kepada Jessica, Ducan langsung menuju kamar yang sudah dia ketahui nomor kamarnya.
Tanpa mengetuk pintu, Ducan langsung masuk dengan kartu akses cadangan. Berjalan menuju ruang tengah, disana dia melihat seorang wanita berambut panjang dengan pakaian mininya sedang duduk malu di atas ranjang. Ducan bisa melihat kecantikan gadis itu sangat berbeda dengan wanita-wanita nakal yang pernah dia temui.
Wanita itu tersenyum manis ketika melihat Ducan datang. Ducan menghampirinya kemudian menelisik satu persatu setiap sudut wajah gadis cantik itu.
Iris matanya berwarna hazel indah yang bagi lelaki ini sangat langka. Hidungnya mancung, bibirnya mungil berwarna pink, Garis wajahnya tegas, sangat cantik, yang paling penting adalah bentuk tubuh wanita ini. Sempurna.
"Karna kamu disini, pasti kamu sudah tau bukan tentang persyaratan yang sudah Jessica sampaikan ke kamu?"
"Sudah om, saya sudah membaca dan menandatangani berkas itu" Ucapnya lembut. Ducan tersenyum mendengar suara gadis yang sebentar lagi akan mendesahkan namanya.
"Bagus" Tangan Ducan mulai menyeka lembut rambut hitam panjang gadis itu. "Kamu masih perawankan?" Tanyanya lagi kemudian beranjak duduk di sofa.
Gadis itu tersenyum dalam malu, "Bisa om buktikan sendiri" Jawabnya nakal.
Ducan terkekeh kecil mendengar jawaban gadis itu. Tampak tenang tetapi tegas. Ducan suka itu. Menyamankan posisinya kemudian mengambil vape dari kantong jasnya.
Ducan menatap gadis yang berdiri didepannya saat ini. Pakaianya sangat berani, sepertinya dia sudah siap dengan pekerjaan barunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.