Mereka berdua pergi meninggalkan hotel Horizon setelah selesai sarapan pagi. Selama perjalanan menuju kantor utama Ducan, tidak ada perbincangan lagi diantara mereka. Luna benar-benar wanita yang aneh diantara wanita-wanita yang pernah bosnya kencani.
Bagaimana tidak, saat ini saja dia lebih memilih untuk duduk di samping kursi pengemudi. Duduk dengan sopan dan tenang. Berbeda dengan wanita bosnya yang lain. Biasanya Daniel seperti sopir dan babu mereka. Kalau pun ada yang duduk disamping Daniel, mereka pasti sibuk menggoda Daniel. Entah dengan menunjukkan paha mulusnya atau buah dada mereka.
Suara lagu dari dalam mobil Daniel terdengar diantara keheningan sauna saat ini, hingga Luna membuka pertanyaan.
"Kamu tadi mau tanya apa???" Luna terlebih dahulu membuka suara tanpa melihat kearah Daniel.
"Ha?? Tanya apa??" Daniel bingung.
Luna melihat kearah Daniel yang sedang menyetir. "Bukannya kamu dari tadi ngelirik aku terus. Jadi aku pikir kamu mau bertanya sesuatu kepadaku" Skak mat. Suara lembut Luna seperti sihir untuk Daniel.
Daniel menggigit bibir bawahnya. Sambil mengingat lagi pertanyaan yang sempat membuatnya penasaran. "Hmm say sorry nih sebelumnya. Kemarin gue sempat lihat sepintas berkas tentang lo. Gue cuman bingung aja, kenapa elo milih untuk dibangunkan panti asuhan daripada minta penthouse, apartemen, mobil, rumah atau apapun itu"
Entah kenapa, tiba-tiba Daniel merasa penasaran dengan permintaan Luna. Dia cukup terkejut ketika tadi pagi sekali Ducan menyuruhnya untuk mencarikan sebuah tanah yang cukup luas untuk dibangunkan bangunan panti asuhan. Beruntung sekali dia memiliki banyak chanel dibidang properties hingga dia tidak kesulitan untuk memenuhi permintaan Bos besarnya itu.
Luna mengedikkan kedua bahunya, "Apapun kan?"
Sungguh diluar dugaan, jawaban Luna mampu membuat Daniel terdiam. Tapi, disisi lain Daniel merasa aneh dengan jawaban Luna.
"Bukan kah permintaanmu itu tidak menguntungkanmu?" Tak mau kalah dengan gadis yang baru dia temui itu.
"Menguntungkan kok, kenapa tidak menguntungkanku??" Luna tersenyum lagi sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Disana nanti aku selalu bisa bertemu dengan mereka" Lanjut Luna dengan tatapan lurus kedepan dengan senyum yang menawan.
"Mereka??"
Daniel benar-benar merasa frustasi dengan permintaan wanita ini. Tidak mau berfikir lagi, Daniel memilih tidak mau tahu lagi tentang permintaan aneh wanita yang ada di sampingnya itu.
-----------------------------------------------------------
"Proyek kali ini akan membangun cabang di luar negri, tepatnya di Paris. Jadi, bisa dipastikan kamu akan berada di Paris untuk sebulan kedapan" Ucap Ducan yang sedang memimpin rapat.
Deon melirik kearah lelaki yang duduk di kursi direksi utama dengan mengenakan setelah biru gelap. Melirik sinis seperti sudah terbiasa dengan titah yang omnya itu berikan.
"Tidak ada penolakan" Tegas Ducan.
"Emang aku boleh nolak?"
Kedua mata Ducan melihat Deon tajam. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahunya sambil memasang wajah selengekan.
Triinngg..
Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Ducan.
Baby Luna
Om, aku udah sampai basement ya. Habis ini aku ke ruangan om gpp kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Love
Teen FictionTentang kehidupan seorang gadis bernama Kaluna Queen Lasya