16.

23 9 0
                                    

Di bar..

"Tumben lo ikut gue kesini? Biasanya elo paling anti sama yang namanya clubing" Tanya Daniel yang sedang meneguk bir.

"Gak apa-apa, lagi pengen aja. Gabut juga di apart"

Daniel hanya menggelengkan kepalanya melihat perubahan sikap Deon yang tidak biasa. Jika Daniel sibuk merespon wanita penghibur disana, berbeda dengan Deon yang sibuk dengan ponselnya.

Laki-laki itu sibuk mengutak-atik ponsel berwarna hitamnya hingga seorang wanita cantik duduk disebelahnya dengan memamerkan paha mulusnya.

"Hay ganteng, baru ya?"

Deon tidak merespon panggilan itu, Daniel yang tau hanya terkekeh kecil.

"Masih bocil dia, jangan diganggu. Ntar lo dimarahin om Ducan lho"

Mendengar nama Ducan, wanita itu terkejut. Siapa yang tidak mengenal Dican Jasver, banyak wanita malam yang rela antri demi bisa bermain dengan laki-laki kaya itu.

"Kamu anaknya?" Pertanyaan yang mampu membuat Deon melihat sinis wanita itu.

"Ngawur, dia ponakannya. Calon Ducan Jasver kedua" Sebutnya bangga. Deon hanya memutar matanya malas.

Sesuai dugaan, wanita itu semakin menempel ke arah lengan Deon yang kekar. Merasa risih Deon pun beranjak pergi meninggalkan club malam itu.

"Wooiii mau kemana?" Tak ada jawaban dari Deon ketika Daniel memanggilnya.

Didalam mobil saat ini lha, Deon menikmati kesendiriannya dengan lagu sendu yang dia putar. Sambil menghirup rokok elektrik, Deon menikmati udara malam yang dingin didalam mobilnya. Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul 11 malam.

Pikirannya masih tertuju pada Luna yang mungkin sekarang sedang asik bermain dengan Omnya. Hela nafas panjang terlihat di wajah Deon. Frustasi.

Walaupun begitu, Entah kenapa tangan satunya yang masih memegang ponsel sibuk membaca chatnya dengan Luna beberapa hari kemarin. Senyumnya sedikit mengembang.

Awan gelap malam ini semakin gelap ketika hujan turun sangat deras. Petir yang menggelegar hebat membuat telinga setiap manusia sedikit berdengung. Deon memilih untuk pulang mengingat dia masih memiliki beberapa pekerjaan yang didealine besok, walaupun tadinya dia enggan untuk kembali ke apartemennya.

Ducan Calling..

Deon mengernyitkan dahinya. "Halo"

"Deon, kamu dimana? Om bisa minta tolong kalau kamu masih di luar"

"Apaan? Ogah kalo disuruh buat beli kondom" Ucap Deon sekenanya.

"Ngapain pake kondom, Om gak pernah pake kondom kalau main sama Luna, Kecuali kalo sama yang lainnya Om pasti pake pengaman".

Perkataan jujur Omnya ini membuat Deon semakin badmood. Bagaimana bisa Dia mendengar cerita sex tentang wanita yang dia sayangi dari orang lain.

"Cih..Apaan sih" Cetus Deon. Ducan terkekeh.

"Om minta tolong, kamu ke apartemenya Luna buat temenin dia sebentar disana"

Mendengar itu Deon sedikit berfikir aneh, "lha kan ada Om ngapain nyuruh aku kesana"

"Om sekarang udah dikorea btw, tadi sore berangkatnya"

"Lha, ko---"

"Udah cepetan kesana, Tadi Luna nangis karna ketakutan. Disana lagi hujan deraskan? Luna takut dengan petir"

Benar, dari kecil Queennya sangat takut dengan suara petir, walaupun wanita itu suka dengan hujan, tapi tidak dengan pendampingnya. Petir.

"Yayaya" Sambungan terputus. Pelakunya Deon sendiri.

Mobil sport hitam itu langsung melaju cepat keapartemen Luna. Dibasement pun Deon terburu-buru untuk bergegas naik keatas menggunakan lift hingga dirinya hampir terpeleset.

Sesampainya di depan pintu apartemen Luna, Deon menekan bel terlebih dahulu kemudian memasukkan sandi yang memang dia sudah tau karena Luna sendiri yang memberi tahu aksesnya.

Suasana sangat gelap, tidak ada lampu penerangan di ruang tamu. Deon melangkahkan kakinya menghidupkan lampu untuk penerangan. Hingga tiba didepan pintu kamar Luna.

Tok.. Tok...

"Lunn.. Ini gue Deon.. Elo didalam kan?" Tanya Deon sedikit keras, nafasnya sudah ngos-ngosan. Tidak ada jawaban dari Luna.

Deon mencoba membuka pintu kamar Luna ternyata tidak terkunci, gelap itulha pemandangan yang Deon lihat pertama kali. Walaupun apartemen Luna memiliki jendela kamar yang sangat besar, tetap saja cahaya yang masuk kedalam kamar tidak mampu membuat kamar Luna cukup terang.

Ting..

Lampu kamar sudah menyala dilihatnya sebuah gundukan besar di atas ranjang.

Deon sudah bisa menebak jika itu adalah Luna yang sedang ketakutan. Badcover berwarna putih itu terlihat gemetar, perlahan Deon membukanya.

"Luna.. Aku disini" Sapa Deon lembut yang kemudian membelai kepala Luna.

Tampak Wajah yang memerah dengan air mata yang deras menandakan Luna memang sangat ketakutan. Melihat siapa yang datang, Luna langsung memeluk Deon erat hingga Deon jatuh tertidur di atas kasur dengan posisi Luna diatasnya.

Tangis wanita itu semakin terdengar ditelinga Deon ketika Luna membenamkan wajahnya di leher Deon dan memeluknya dengan erat. Deon yang awalnya terkejut sekarang tersenyum senang sambil mengusap lembut punggung Luna.

"Ak..aku.. Aku takut Deon" Cicitnya pelan dengan mata yang masih tertutup.

"Ssttt... Sttt... Aku udah disini sekarang. Udah jangan takut ya"

Luna mengangguk dan mengeratkan pelukannya. Deon mengusap lembut kepala dan punggung Luna supaya wanita itu lebih tenang. Hingga beberapa saat Luna tidak lagi menangis, keadaanya sekarang lebih tenang.

Perlahan Deon bangkit dan mengubah posisi mereka. Deon meletakkan Luna perlahan di atas kasur, pikirnya Luna sudah tertidur dan dia akan melepaskan jaket kulitnya.

Namun, ternyata Luna tidak tidur. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku nggak kemana-mana Luna. Aku cuman mau lepas jaket aja. Bentar aja" Pamit Deon lembut.

Luna menggelengkan kepalanya, "Luna, coba lihat. Lampunya udah aku hidupin coba buka mata kamu" Titah Deon.

Kembali menggelengkan kepalanya, Deon tersenyum kecil. Perlahan mengangkat kepala Luna yang terbenam di lehernya, menangkup kedua pipinya dan hal selanjutnya sukses membuat Luna membuka matanya.

Ketika Deon mencium lembut bibir Luna. Kedua mata gadis itu terbuka, hal pertama yang dia lihat adalah iris mata coklat yang menawan. Saling menatap, kemudian melepaskan ciuman itu sejenak.

"Terangkan?" Ucap Deon tenang. Luna yang salah tingkah berusaha membuang pandangannya dan melepaskan pelukannya dari tubuh Deon.

Deon terkekeh kecil kemudian mengusap lembut kepala Luna. Dari jarak jauh sekarang, Deon yang terlihat panik ketika melihat pakaian linger Luna yang ehemm...

 Dari jarak jauh sekarang, Deon yang terlihat panik ketika melihat pakaian linger Luna yang ehemm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------------------------------------------------------------

#happy reading guys.
Jangan lupa share, like dan komen 🐮🦄😋😇

Queen LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang