Matahari pagi ini menyinari wajah cantik Luna. Wanita itu baru bangun setelah pertempuran gila semalam suntuk, mulai dari siang hingga dini hari. Membalikkan badannya, tubuh Luna bak dihantam ratusan orang. Bagian vaginanya terasa perih sekali. Tubuh langsing dan putih itu bergerak secara perlahan, mencoba bangun dan menyenderkan tubuhnya dikepala ranjang.
Mengingat semua kejadian kemarin. Mengehela nafas panjang, Luna masih tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi dengannya. Tidak ada pilihan lain, bagi Luna hal ini harus dia lakukan untuk bisa mewujudkan keinginnannya.
Drrrtt... Drtt...
Sebuah pesan singkat masuk di ponselnya. Mengambil ponsel tersebut dan membukanya.
Om Ducan Pagi Luna. Kamu sudah bangun? Hari ini saya akan mengajakmu kesuatu tempat. Sarapan pagimu akan diantar.
Sebuah senyuman kecil terlukis dibibir mungil berwarna pink milik Luna.
OLuna Pagi juga om Ini aku baru bangun, kok om nggak bangunin aku sih Om sibuk? Aku telepon boleh?
Tak perlu waktu lama, Ponsel Luna berdering dan itu dari Ducan.
"Halo om"
"Kenapa sayaang? Apakah ada masalah" Suara bariton besar terdengar dibalik layar ponsel Luna.
Senyum kecil berkembang,"Nggak kok om, hanya malas untuk mengetik pagi-pagi" Kata Luna sambil merapatkan lagi selimut hangatnya.
Ducan terkekeh, "Om kira kenapa. Nanti siang om ajak kamu kesuatu tempat. Ok"
"Iya om, tapi bajuku gimana?" Tanya Luna sambil melirik baju yang kemarin dia pakai. Sungguh naas bagi nasib bajunya itu.
"Tenang, setelah ini Daniel yang akan mengantarkan baju dan juga sarapan untukmu"
“Daniel?? Siapa om?” Sebuah nama yang asing ditelinga Luna.
“Dia bodyguard saya. Nanti kamu akan diantarkan ke kantor saya. Saya tunggu kamu dikantor saya ya" Jawab Ducan disebrang sana.
"Baik lha om. Yasudah sampai nanti om"
"Ok" Panggilan terputus.
Ketika hendak membersihkan diri, ponsel Luna kembali berdering.
Om Ducan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pemandangan yang indah.
Melihat punggungnya yang mulus bak porselin, Luna tersenyum senang.
Luna Morning sex tiap pagi mau?
Om Ducan Ok. Setiap pagi. Tidak salah om memilih kamu.
Tidak membalas pesan terakhir Ducan. Luna memilih beranjak dari kasurnya. Menyibakkan selimut putih, dan tentu saja. Luna sedikit merasa sakit hati ketika melihat bercak darah yang ada di sprai putih. Berjalan menuju kamar mandi tanpa sehelai kain secara perlahan, Luna membersihkan dirinya dikamar mandi.