Happy Reading guys..... :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Bagaimana dengan perkembangan untuk proyek selanjutnya?" Tanya Ducan yang saat ini tengah sibuk dengan beberapa lembar kertas diatas meja kerjanya.
"Semuanya bisa diatur dan sudah gue handle juga" Jawab seseorang yang sedang berdiri di meja kerja Ducan sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Bagus"
"Sekarang gue yang tanya sama elo. Elo ngapain kesini?? Nggak biasanya elo berangkat dinas kayak gini. Biasanya juga nyuruh ponakan lo" Tanya lelaki berumur yang tak jauh dari umur Ducan.
Memang benar, biasanya jika ada proyek yang bermasalah Ducan akan mengutus anak buahnya atau bahkan keponakannya untuk menghandel pekerjaannya itu. Chris Alister Picollo. Seorang lelaki dermawan yang memiliki segudang kekayaan yang tidak akan habis tujuh turunan sekalipun. Sahabat sekaligus partner kerja Ducan ini sangat hafal betul tabiat dari seorang donjuan Ducan.
Tak ada jawaban dari Ducan, dan Alister masih menunggu jawaban dari sahabatnya itu. Bukan Alister jika tidak bisa membuat Ducan merespon pertanyaannya.
"Zia?"
Tepat sesuai dugaan Alister. Ducan yang sedari tadi irit bicara akhirnya melihat kearah Alister dengan helaan nafas besar. Bersandar di kursi empuknya, Ducan menatap Alister dengan tatapan yang tidak biasa.
"10 Tahun, dan elo masih belum bisa ngelupain dia?? Are you serious? Come on bro" Ucap Alister yang berjalan mendekati jendela ruang kerja Ducan.
Ducan masih diam mengamati sahabatnya itu, matanya masih mengikuti kemana saja sahabatnya itu bergerak.
"Elo bisa ngehabisin berapa pun uang lo buat cewek-cewek murahan itu. But why don't you use your money to look for her?" Tanya Alister dengan heran. "Gue yakin, elo bisa dengan mudah mencari keberadaan dia. Atau jangan bilang elo....." Menoleh kearah sahabatnya itu.
Ducan menghela nafas sambil memijat keningnya. "Dia disini".
Sungguh kalimat yang membuat Alister tersenyum licik. "Sudah gue duga sih. Lalu apa yang bakalan lo lakuin?".
Lelaki tampan bertubuh atletis itu hanya diam kemudian menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan kedua matanya. Sedangkan Alister menggelengkan kepalanya melihat sikap sahabatnya itu.
"Gue kira seorang Ducan nggak bisa galau, ternyata elo beneran manusia bro. Bisa galau gara-gara cinta" Sindirnya halus kemudian berlalu pergi meninggalkan sahabatnya itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jadi sudah beres semua ya pak, besok lusa kita bisa mulai untuk pembangunannya" Ucap Deon kepada salah satu kontraktor langganan kantor Jarvis Company.
"Siap pak, besok juga sudah bisa dimulai"
"Tidak salah saya memilih anda. Deal, besok ya?"
"Deal, besok" Deon dan kontraktor itu bersepakat untuk memulai pembangunan besok.
Kontraktor itu pergi setelah semuanya beres, sedangkan Deon menghubungi Ducan perihal kemajuan proyek panti asuhan ini. Bibir Deon berbicara kepada Ducan, tetapi kedua matanya memandangi seorang wanita yang tengah berada di hamparan tanah hijau yang luas itu. Rambut panjangnya bergoyang tertiup angin sore itu.
Mereka memang sampai dilokasi siang menjelang sore hari, karna perjalanan yang sangat panjang karna macet. Selesai mengabari Ducan, Deon menghampiri Luna yang tengah berdiri sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Love
Roman pour AdolescentsTentang kehidupan seorang gadis bernama Kaluna Queen Lasya