10.

49 13 2
                                    

"Apaan.. Udah nyoblosnya?" Suara serak dari sebrang sana.

"Nyoblos matamu. Gue butuh data nama orang yang udah gue kirim ke elo. Sekarang" Titahnya tidak bisa dibantah.

"Bangke!! Siapa sih?"

Sejenak suasana hening, mungkin si penerima telpon disana sedang melihat pesan dari Deon.

"Heh kadal Dubai!! Lo gila? Diakan---"

"I know. Gue cuman mau mastikan aja" Sahut Deon langsung.

"Maksud lo" Daniel bingung.

"Senin gue udah harus terima file yang gue minta" Panggilan terputus.

Disebrang sana, Daniel melihat ponselnya dengan tatapan masam. "Nggak ponakan, nggak omnya sama aja. Gue minggat nih lama-lama. Eh tapi jangan, cicilan gue masih banyak" Daniel melempar ponselnya ke atas tempat tidur.

Didalam mobil masih diarea parkir Deon memejamkan kedua matanya dan bersandar pada kursi pengemudi.

"Queen. Itu bener kamu?" Gumamnya.

Hati Deon merasa teriris ketika tahu orang yang selama ini dia cari ternyata berada didekatnya. Deon bahagia akhirnya dia bisa bertemu dengan gadis yang selama ini dia cari. Tapi, tidak dengan keadaanya.

"Aaakkkkhhhh" Geram Deon yang marah dan memukul stir mobilnya.

"Kenapa Quueeennn... KENAPA!!!!!" Teriak Deon dari dalam mobil.

Nafas Deon bergemuruh kencang, dadanya sesak melihat kenyataan yang pahit ini.

Membayangkan gadisnya harus melayani nafsu omnya. Mengingat kembali suara-suara desahan yang dia dengar kemarin dikantor omnya semakin membuat hati Deon sakit.

Triinggg.... Sebuah pesan singkat masuk di ponselnya.

Sebuah file dari Daniel. Membuka pesan dan membacanya. Benar dugaan Deon. Dia Queen. Ratunya yang selama ini dia cari keberadaannya. Deon menitihkan air matanya ketika tau kebenaran yang terungkap.

"Gue nggak boleh kayak gini. Gue harus cari tau kenapa dia sampai kayak gini. Gue harus cari tau sendiri" Gumamnya kemudian menghubungi seseorang.

--------

Flashback on.

"Aku bakalan bantu kamu Queen. Besok tunggu aku di rumah sakit ya. Bulan pasti sembuh"

"Kamu janji kan Ja?? Aku takut banget Ja"

"Aku janji. Seorang Raja nggak akan pernah mengingkari janjinya, terutama untuk Ratunya"

Raja dan Ratu itu saling menguatkan satu sama lain. Didalam ruangan pasien, suara deru tangis seorang gadis kecil terdengar keras. Sang raja mencoba menenangkannya.

Keesokanya...

"Apa ayah bilang!! Ratu nggak mungkin bilang kayak gitu. Ayah bohong!!!"

"Buat apa ayah bohong. Dia sudah pergi. Dia hanya ingin mempermainkanmu!! Lebih baik kamu ikut dengan Om kamu"

"Nggak. Aku nggak mau!! Aku mau ketemu sama Ratu dulu"

"Bawa dia pergi" Titah sang ayah.

Kepergiannya hari itu membuat seorang Raja hilang arah, tidak lagi ada sang ratu yang menemaninya. Pertanyaan yang terus menerus menghantui pikirannya dan juga rasa bersalahnya karna janji itu.

Flashback off.

Hari ini Deon tidak jadi pergi ke Paris. Ducan yang pergi untuk mengambil alih pekerjaan Deon. Sementara Deon diperintahkan untuk mengerjakan deadline pembangunan panti asuhan yang di inginkan oleh Luna.

Queen LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang