15. Tidak Ikut

553 59 8
                                    


***

╭┉┉┅┄┄•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

   Kos-kosan Papa  
                                               •◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉╯

*
*
*



**

Harris tersenyum ketika melihat hasil fotonya, itu menunjukan ketika Yoga,Abian dan Jeric sedang membalas Tovan, Bisma, Chris dan Sammy dengan percikan air dengan brutal. Mereka tertawa dengan rona bahagia tercetak di wajah kedua kakaknya dan teman-temannya.

Pemandangan yang membuat hatinya menghangat, jarang sekali melihat Tovan tertawa lepas seperti sekarang. Ah, ia mungkin akan meminta tolong Chris untuk mencuci foto-fotonya untuk Harris simpan nanti.

Yah, liburan ini mungkin sangat tepat untuk mereka yang sangat stress dengan tugas kuliah dan pekerjaan mereka. Dan untuk Harris sendiri, ia sangat senang bisa keluar dan tidak menghabiskan liburan di rumahnya seperti biasa. Jujur saja, tidak banyak yang Harris lakukan di rumahnya selain membaca buku, tidur, berjalan-jalan di taman luas rumahnya,mengobrol dengan keluarganya dan para pekerja dan menonton kartun. Harris kadang bingung mau melakukan aktivitas apa jika sendirian, apa yang membuatnya nyaman tanpa harus dijemput oleh kebosanan.

Bukan berarti dia tidak menyukai waktunya jika sedang berada di rumah, tentu saja ia suka jika sedang bersama keluarganya.

Harris menghirup udara yang sejuk dengan tenang, tidak terlalu menganggu pernapasan karena dinginnya dan ia menyukai tempatnya. Jauh dari udara kotor dan tenang, suara burung dan serangga-serangga yang bersahutan membuat semuanya terasa menyenangkan.

Ia kembali mengangkat kamera ketika mengalihkan perhatian nya kembali ke teman-temannya, kemudian mengambil foto-foto mereka lagi, kali ini menampilkan Abian dan Tedi yang sedang berpose, memamerkan perut mereka yang dihiasi sixpack yang luar biasa.

Harris terkikik geli melihat hasilnya, kemudian mengambil banyak gambar lagi sampai ia puas.

"Gemes banget, bagus nih buat dikirimin ke Mama." Monolog Harris sambil tersenyum lebar ketika berhasil mengambil gambar kedua kakaknya yang sedang tertawa tanpa beban melihat Felix yang jatuh dari pundak Saloka ketika memainkan permainan yang Harris tidak tau apa namanya.

Setelah puas mengambil banyak gambar, Harris istirahat sejenak dan hanya melihat-lihat sekitar.

Pandangannya berhenti pada Mang Agus yang berjongkok tak jauh darinya, pria usia 30-an itu sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Mang Agus." Panggil Harris.

Pria itu tersentak menoleh ke arah Harris, kemudian ia berdiri dan menghampiri Harris.

"Iya, Aden, butuh sesuatu?" Tanya Mang Agus ramah.

"Enggak kok, sini duduk dekat saya aja." Pinta Harris.

Mang Agus tersenyum ragu, "Eh, Saya enggak mau ganggu Aden. Takutnya enggak nyaman."

Dahi Harris berkerut tanda tidak setuju dengan apa yang dikatakan Mang Agus.

"Enggak dong Mang, santai aja. Emang Mang Agus enggak capek nungguin kita?" Tanya Harris.

Mang Agus dengan ragu duduk di batu berjarak beberapa meter di dekat Harris, "Enggak capek kok, Den. Sudah biasa saya sama sodara saya antar wisatawan buat ke curug."

"Oh, begitu. Jadi Mang Agus kerja di tempat Abah sama jadi pemandu wisatawan begitu?" Tanya Harris penasaran.

Mang Agus menganggukkan kepala, "Benar Aden, dari kecil saya udah  jadi pemandu wisatawan di kampung ini. Tapi karena udah jarang ada yang datang kesini Juragan Januar minta saya sama saudara buat bantu bantu di rumah sama di perkebunan. Alhamdulillah sekali Den, saya sangat terbantu sama Juragan Januar karena mau kasih kerjaan ke saya Den."

Kos-Kosan Papa (SKZxTXT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang