10. flower

202 23 12
                                    

PRESENT

"Halo?" Jisoo menjawab telepon dari nomor yang tidak dikenalnya.

"Hai, ini aku. Suho." Suara dari ujung sambungan seketika membuat Jisoo lebih rileks. "Maaf menghubungimu tiba-tiba."

"Oh, Suho oppa. Ada apa? Apa Sunny baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja." Suho membalas. "Um, sebenarnya aku sedang berdiri di depan pintu apartemenmu," ujar Suho yang membuat sang gadis bangkit dari sofa dan segera membuka pintu.

Begitu Jisoo membuka pintu, pria itu benar-benar sudah berdiri di depan pintu dengan ponsel menempel di telinganya. Suho masih mengenakan setelan formal meski tanpa jas. Jisoo jadi mengingat-ingat kapan terakhir ia melihat pria itu dengan pakaian biasa. Tapi ia tidak bisa mengingatnya. Sepertinya pria itu memang tidak pernah mengenakan pakaian lain selain setelan formal.

"Hai," sapa Suho. Ia masih berbicara lewat telepon.

Jisoo bisa mendengar suara asli Suho di hadapannya dan suara pria itu di telepon. Menyadari itu, ia menurunkan ponsel dan menyimpannya di saku. "Kau baik-baik saja?" tanyanya lalu melihat sekujur tubuh Suho, memastikan bahwa pria itu tidak terluka.

Suho mengangguk. "Sebenarnya aku ingin mengajakmu makan malam bersama di tempatku. Sunny memesan banyak makanan Korea."

"Oh," respon Jisoo lagi-lagi tidak menyangka.

"Aku seharusnya menghubungimu dulu sebelum datang ke sini. Tapi, entahlah. Kurasa aku ingin segera melihatmu dan mengajakmu secara langsung," sambung Suho yang membuat jantung sang gadis mulai berdetak lebih keras.

Mencari kesadaran dirinya yang mulai terlena karena kehadiran Suho, Jisoo berdeham untuk menghilangkan gugupnya. "Baiklah," ujar Jisoo setuju.

Gadis itu mengambil cardigan dari gantungan dan mengganti sandalnya. Ia kemudian mengambil kunci akses apartemennya sebelum berjalan keluar.

"Terima kasih sudah mengundangku," ucap Jisoo saat keduanya berjalan menuju lift.

"It's my pleasure, really." Suho menyahut. Keduanya masuk ke dalam lift. "Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama."

Enam tahun lebih tepatnya. Batin Jisoo bersuara. Gadis itu tidak menyahut. Hanya sudut bibirnya yang tersungging tipis.

"Setiap kali aku makan makanan Asia, aku selalu ingat kepadamu." Suho bersuara. Ia melirik sekilas ke arah Jisoo yang berdiri tepat di sampingnya. Senyumnya merekah.

"Kenapa?" tanya Jisoo bingung.

Suho tertawa pelan. "Karena kau selalu membuatkanku beraneka ragam makanan."

"Ya, kurasa saat itu aku memang sedang senang mengeksplor resep masakan. Untung saja kau tidak keracunan," kekeh Jisoo.

"Aku masih ingat saat pertama kali kau membuatkan ramen untukku. Saat itu kita berada di apartemenmu. Kau melarangku pulang karena hujan sedang turun dengan deras." Suho berujar lagi. Pikirannya melayang ke masa lain.

Jisoo mengoreksi. "Lebih tepatnya, kita membuatnya bersama-sama."

Suho bersikeras. "Aku bahkan tidak membantu sama sekali."

Pada akhirnya, Jisoo setuju. Ia ingat pria itu hanya mengacak-acak dapur dan selalu salah melakukan apa yang ditugaskannya. Mengingat hal itu membuat sang gadis tertawa pelan. "Kau benar. Kau sama sekali tidak bisa diandalkan di dapur."

"Saat kemarin aku makan ramen darimu, tiba-tiba saja aku seperti kembali ke masa itu. Masa yang indah dan menyenangkan." Suho menghela napas setelah mengatakannya. Suaranya terdengar berat.

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang