11. favorite girl

196 25 10
                                    

Mata Suho masih terpejam erat dan kepalanya tiba-tiba berputar saat ponselnya terus berdering. Ia meraba-raba nakasnya dan mencari benda itu.

Matanya memicing, mencoba membaca nama di layar.

"Eomma?" sapa Suho saat menjawab teleponnya. Suaranya serak. "Ada apa?"

"Oh, akhirnya kau menjawab teleponku!" seru Ji Ah, ibu dari Suho.

Mencoba sadar sepenuhnya, Suho menyandarkan diri ke headboard. Ia memijat-mijat keningnya dan melirik jam digital di nakas. "Bukankah di sana sudah malam?"

"Ya, dan di New York pasti sudah pagi tapi kau masih saja tidur," omel Ji Ah.

"Ini hari libur, Eomma. Aku tidak perlu ke kantor," gumam Suho. "Aku juga pulang larut semalam."

"Nah, itu yang mau aku bahas denganmu." Suara Ji Ah naik. "Kau ini menjadi seenaknya dengan hidupmu setelah pindah ke New York. Wajar saja karena tidak ada orang yang memperhatikanmu. Kau terlihat semakin kurus dan tidak terawat hidup di New York sendiran."

"Aku tidak seperti itu—"

"Jangan sela aku!" protes Ji Ah.

Mendecak pelan, Suho membiarkan ibunya terus berbicara. Kepalanya mulai berdenyut. Ia memaksakan diri berjalan ke dapur. Jika sudah berbicara dengan ibunya, Suho akan butuh segelas kopi untuk membuat sakit kepalanya mereda. Untung saja Fiona sudah menyiapkan kopi di pantri.

Omong-omong, ke mana wanita itu? Biasanya Fiona sudah terlihat sedang merapikan apartemen.

"Anak temanku sedang berada di New York. Aku mau kau bertemu dengannya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan pintar. Kau pasti cocok dengannya."

Suho susah payah menelan kopi yang baru saja diminumnya. "Maksudmu, kau mau menjodohkanku lagi?"

"Kau sudah hampir tiga puluh tahun, Suho. Pekerjaanmu semakin menenggelamkanmu dalam kesibukan. Ditambah ada Sunny. Setidaknya harus ada orang yang merawatmu juga—"

"Aku belum berpikiran untuk menikah, Eomma." Kepala Suho semakin berdenyut. Jika bukan karena ibunya, Suho pasti sudah memutus sambungan telepon itu.

"Kau tahu pasti aku tidak suka penolakan!" Suara ibunya menjadi tajam.

Suho sangat tahu sikap ibunya. Choi Ji Ah, wanita itu terkenal gigih, tidak suka ditolak, dan berpendirian sekuat baja. Jika Ji Ah sudah menginginkan sesuatu, wanita itu tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya.

Salah satu alasan di balik kesuksesan perusahaan keluarga Choi adalah karena andil seorang Ji Ah. Wanita itu tidak pantang lelah membesarkan perusahaan yang dirintis bersama suaminya—ayah Suho.

Menghela napas berat, Suho mengalah. "Baiklah. Hanya makan malam. Tapi aku sudah punya janji dengan temanku malam ini. Aku bisa menemuinya besok malam."

"Oke." Suara Ji Ah kembali normal. "Dan jangan berpikiran untuk menghindar!"

"Baiklah," decak Suho.

"Bagus," sahut Ji Ah. "Aku harus pergi. Jangan terlalu sibuk bekerja! Aku tidak mau kau sakit karena kelelahan."

"Sampai jumpa, Eomma. I love you." Suho cepat-cepat menutup teleponnya.

Sambil menikmati kopinya, Suho mulai memikirkan bagaimana caranya menolak wanita yang ingin dikenalkan oleh ibunya ini. Sudah beberapa kali ibunya itu mencoba menjodohkan Suho dengan banyak wanita yang merupakan anak dari teman-temannya. Tapi tidak pernah ada wanita yang cocok untuk Suho.

Tiba-tiba saja wajah Jisoo terlintas dalam kepalanya. Jika memikirkan wanita, maka hanya ada satu wajah yang akan memenuhi kepalanya. Kim Jisoo.

Sudah beragam wanita yang dikenalkan ibunya pada Suho. Beberapa lulusan kampus ternama, beberapa di antaranya juga sudah menjadi pengusaha juga. Tentu saja semua wanita itu memiliki wajah yang cantik dan sangat memperlihatkan bahwa mereka berasal dari kalangan atas.

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang