23. losing my sight

143 20 5
                                    

"What are you doing?! You can't risk Sunny's life like that!" protes Jisoo begitu Ji Ah sudah sepenuhnya menghilang di balik lift.

Napas Jisoo tersengal. Ia memukul bahu Suho meski gadis itu tahu pria di hadapannya masih belum sepenuhnya sehat. "Aku tidak akan membiarkan Sunny diasuh oleh ibumu! Aku tidak sudi jika Sunny berada di tangan ibumu! Kau ini bodoh sekali, Oppa!" omelnya terus memukul bahu dan dada Suho. Suaranya mulai tercekat karena ia menahan tangis.

"Jisoo, dengarkan aku dulu." Suho menahan tangan Jisoo yang terus memukulnya. "Aku tidak akan membiarkan hak asuh Sunny jatuh ke tangan ibuku. Dia hanya menggertak."

"Tapi ibumu selalu serius dengan semua kalimatnya." Jisoo ingat betapa mengintimidasi setiap ucapan Ji Ah dan bagaimana Suho pernah berkata bahwa ibunya memang keras kepala dan siap melakukan apa saja demi memenuhi semua keinginannya.

"Aku janji semuanya akan baik-baik saja." Suho menarik tubuh Jisoo dan mendekapnya. "Maafkan aku membuatmu ada di posisi ini lagi. Tapi kali ini, aku tidak akan mundur dan meninggalkanmu. I chose you. And I will always choose you."

Air mata Jisoo akhirnya meleleh. Gadis itu tidak sanggup lagi menahannya. Semua yang terjadi dua hari ke belakang ini membuat dirinya lelah. Jisoo mungkin mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya agar tidak membuat Suho khawatir. Tapi kehadiran Ji Ah membuat pertahanan Jisoo runtuh.

Mendengar isakan gadis di pelukannya membuat hati Suho teriris. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang selalu membuat gadisnya bersedih. Setelah enam tahun berlalu, Suho tetap saja menyakiti Jisoo. Apa pun yang ia lakukan selalu berakhir dengan Jisoo yang menjadi korban. Rasanya ia ingin memukuli dirinya sendiri.

"It's okay, love," gumam Suho lebih erat memeluk gadisnya. "Kita akan selesaikan masalah ini bersama-sama. Demi Sunny."

Demi Sunny. Kalimat itu menampar Jisoo.

Suho benar. Mereka seharusnya mengutamakan Sunny dalam hal ini. Itu artinya Suho pun setuju. Jika jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Sunny dari Ji Ah adalah dengan menjauh dari Suho, mungkin Jisoo akan melakukannya.

Demi Sunny.

"Oppa, mungkin kali ini kita harus mendengarkan ibumu," ujar Jisoo dengan suara serak. Ia berdeham untuk mengembalikan suaranya. "Kita tidak bisa mengambil resiko dan melibatkan Sunny dalam masalah ini."

"Pasti ada jalan lain." Suho menolak saran Jisoo.

Jisoo melepaskan diri dari pelukan prianya. Ia mengusap air mata di pipinya. Dengan berat hati, Jisoo menggeleng. "Kurasa tidak ada cara lain. Meski pada akhirnya kita bisa menyelesaikan masalah ini, ibumu akan terus mencari cara agar kita tidak bersama. Dan ibumu tahu Sunny adalah sasaran dan titik lemahmu."

"Tidak usah kau pikirkan ibuku, oke? Dia tidak punya hak untuk mengatur hidupku." Suho bersikeras meyakinkan. "I know what I'm doing, love."

"Aku tidak sanggup lagi berhadapan dengan ibumu," gumam Jisoo. Wajahnya tertunduk lesu. Ingatannya terus memutar memori enam tahun lalu. Masa-masa buruk yang tidak ingin lagi Jisoo ingat.

"Hei-hei." Suho merengkuh kedua bahu Jisoo. Ia memaksa agar wajah Jisoo menatapnya. "This time you have me. Aku tidak akan membiarkan ibuku menyakitimu seperti dulu."

Meski seluruh tubuhnya melawan, namun Jisoo berusaha berpikir rasional. Ia tidak mau terbawa suasana dan perasaannya. Mungkin kali ini Suho benar-benar tidak akan meninggalkannya. Mungkin kali ini Suho serius dengan setiap ucapannya. Tapi situasi mereka tetap sama. Jisoo tetap bukan gadis yang diinginkan Ji Ah. Jisoo tetap bukan gadis dengan status sama seperti Suho. Jisoo tahu pasti Ji Ah akan terus mencari cara agar keduanya tidak bersama.

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang