18. lovesick girl

144 20 8
                                    

Paris sudah satu minggu berlalu. Rasanya masih seperti mimpi bagi Jisoo. Hal-hal yang selama ini hanya ada dalam khayalannya sudah benar-benar menjadi nyata. Semua itu ternyata berkali-kali lipat lebih indah dari bayangannya.

Kunjungannya ke Paris bersama Suho adalah hal yang mungkin tidak akan bisa dilupakannya. Ditambah ia menghabiskan waktu bersama ketiga teman-temannya setelah sekian lama berpisah. Jika saja di dunia ini tidak ada kewajiban bekerja, Jisoo sudah pasti akan menetap di Paris dan berharap waktu berhenti.

Tapi nyatanya ia tetap harus kembali ke realita. Begitu sampai ke New York, Jisoo langsung disibukan dengan pekerjaan yang ditinggalkannya. Hal yang sama juga terjadi pada Suho. Keduanya sama-sama kembali disibukan oleh pekerjaan hingga jarang menghabiskan waktu bersama-sama.

Jisoo hanya pernah mampir sebentar ke griya tawang Suho karena Sunny ingin dibuatkan tteok-bokki dan ramyeon untuk menemaninya menonton film. Itu pun tidak lama karena tubuhnya sudah kelelahan dan ia masih harus bekerja esok hari.

Hari ini, akhirnya akhir pekan datang. Sejak pulang dari kantor, Jisoo langsung menghempaskan dirinya di sofa. Ia mengecek ponsel dan melihat notifikasi dari Suho.

Suho Oppa
Are you home yet?

Jisoo membalas pesan dari pria itu.

Jisoo
Just got in

Tiga titik langsung bergerak di layar.

Suho Oppa
Okay
Be there in a second

Kening Jisoo mengernyit membaca pesan dari Suho. Memangnya pria itu sudah pulang dari kantornya? Bukankah hari ini ia berkata ada rapat dengan direksi?

Hanya saja belum sempat Jisoo memikirkannya lebih jauh, pintu apartemennya sudah diketuk.

Apakah pria itu berlari dari tempatnya? Batin Jisoo keheranan.

Membuka pintu, Jisoo melihat Suho berdiri di ambang pintu dengan setelan formal tanpa jas yang sudah berantakan. Dasinya sudah terlepas dan kemejanya digulung hingga siku. Senyumnya mengembang lebar begitu ia melihat Jisoo muncul dari pintu. "Hai," sapanya.

"Hai." Jisoo membalas. Ia tidak tahan untuk tidak ikut tersenyum, membalas senyum yang membuat mata pria itu menyipit. "Bukankah kau bilang akan sibuk seharian?"

Jisoo menggeser tubuhnya untuk membiarkan Suho masuk. Keduanya berjalan bersisian hingga sang pria menarik pinggang Jisoo ke dalam dekapannya lalu mengecup bibirnya cepat. "Aku merindukanmu," gumamnya setelah kecupan kilat itu. "Dan untuk menjawab pertanyaanmu, rapatnya selesai lebih cepat. Jadi aku bisa menemani Sunny makan malam."

"Baguslah," sahut Jisoo masih dengan bibir tersungging.

"Kau sudah makan malam?" tanya Suho. "Aku ingin menunggumu dan makan malam bersama. Tapi Sunny sudah kelaparan dan tidak sabar."

Menjawab pertanyaan Suho, sang gadis mengangguk. "Aku sudah makan di kantor sebelum pulang. Temanku mengajak mampir di kedai sushi," dustanya. Sebenarnya Jisoo belum makan namun ia tidak mau membuat Suho khawatir dan merasa bersalah karena mendahuluinya makan malam. Pria itu kadang bisa sangat dramatis dan hiperbola.

"Aku benci melewatkan waktu tanpamu," gerutu Suho. Keduanya sudah duduk di sofa. Jisoo duduk bersandar di bahu sang pria sementara Suho mendekapnya.

"Me too," sahut Jisoo dengan helaan napas berat. "Tapi pekerjaanku minggu ini memang sangat padat."

"Bagaimana jika besok kita pergi bersama-sama? Sunny memintaku mengajakmu ke Coney Island," ajak Suho.

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang