24. got no direction

109 19 3
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca. Happy reading💜

Iris Suho menatap nanar lift yang sudah tetutup, membawa gadis yang dicintainya pergi dari tempatnya—dari hidupnya. Pikirannya masih mencoba mencerna yang baru saja terjadi. Ia berharap semuanya hanya mimpi buruk yang biasa terjadi saat seseorang sedang demam tinggi. Ia berharap dirinya kini sedang bermimpi. Ia hanya perlu bangun dan melihat Jisoo duduk di sampingnya, menjaga dirinya yang sedang sakit.

Sakit. Hatinya terasa begitu sakit. Perasaan familiar yang enam tahun lalu coba dilawannya kembali menyerang. Ia tidak menyangka akan merasakan perasaan menyiksa ini lagi sekarang. Enam tahun lalu saja ia hampir kehilangan akal sehatnya saat berpisah dengan Jisoo. Kini ia berada di posisi yang sama lagi.

"Suho," panggil Irene. Suho tidak menyadari keadaan sekitarnya. Pandangannya mengabur dan satu-satunya hal yang bisa dilihatnya adalah pintu lift yang masih tertutup.

Suara Irene memanggilnya lagi, tapi Suho tidak punya tenaga untuk berbicara. Entah ke mana perginya pita suara miliknya. Tenggorokannya tercekat dan sulit untuk bersuara.

Tidak lama, denting pintu lift terdengar. Napas Suho tertahan. Ia memandangi pintu itu seakan jika ia mengedip, pintu itu akan menghilang. Ia berharap Jisoo kembali muncul di balik pintu itu dan kembali dalam pelukannya. Hanya saja batinnya mendesah kecewa begitu pintu lift terbuka dan melihat Fiona yang masuk ke dalam unitnya.

"Hai, selamat siang," sapa Fiona sontak kebingungan dengan situasi yang terjadi. Ia melihat ekspresi Suho dan Irene yang tegang.

Seketika saja kesadaran Suho kembali. Ia mengerjap beberapa kali. "Fiona," sahut Suho. Suaranya serak.

"Bagaimana keadaanmu? Kau sudah lebih baik?" tanya Fiona.

Suho mengangguk sekenanya. "Sunny ada di dapur."

"Fiona." Irene menyela. "Maukah kau membawa Sunny pergi jalan-jalan? Entahlah, membeli jajanan atau berjalan-jalan di taman untuk beberapa waktu? Aku harus bicara dengan Suho."

"Oh, ya. Tentu saja!" Fiona menyanggupi. Ia lalu menghampiri Sunny.

Tidak lama, Sunny pergi ke kamarnya bersama Fiona untuk bersiap. Suho memberi penjelasan kepada Sunny kenapa ia dan Irene tidak bisa ikut pergi. Sepanjang itu, Suho terus berbicara dengan memaksakan senyum. Ia tidak mau anak itu mengetahui bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Hal itu pasti akan membuatnya sedih juga.

"Can we sit down please?" Irene meminta—memaksa—agar Suho duduk di sofa. Sejak kepergiaan Jisoo, pria itu masih saja berdiri tegang di tempatnya.

Seakan raga tanpa nyawa, Suho menurut. Ia menjatuhkan diri di sofa, duduk di samping Irene. Ia menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan berat. "Aku membiarkannya pergi lagi, Irene," ucapnya lirih.

"Apa yang terjadi? Apa yang kalian bicarakan dengan ibumu?" tanya Irene mencoba mengerti situasi.

Suho lalu menceritakan apa yang terjadi dengan Jisoo dan ibunya. Ia menceritakan juga kisah enam tahun lalu. Sambil menceritakan apa yang ibunya katakan tentang Sunny, pikiran Suho terus melayang pada anak itu.

Ia tahu Jisoo hanya mencoba mempermudah keadaan. Mungkin gadis itu berpikir jika ia pergi, maka Sunny akan aman. Dalam diri Suho, gadis itu ada benarnya. Tapi kali ini ia tidak mau mengambil jalan yang mudah dan membiarkan Jisoo atau Sunny pergi dari hidupnya. Kali ini, Suho bersikeras tidak akan mencari jalan mudah. Ia akan berjuang meski itu adalah cara yang paling sulit demi bisa bersama-sama dengan dua gadis yang disayanginya lebih dari apa pun.

Setelah cerita Suho selesai, dengan gerakan hati-hati, Irene menyentuh bahu pria di sampingnya dan berkata dengan penuh penyesalan, "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak meminta bantuanmu sejak awal."

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang