08. never know

197 30 4
                                    

"Nah, terakhir, kau tata semua kondimen di mangkuk sesuai keinginanmu." Jisoo memberi intruksi pada Sunny selagi ia membuat kuah untuk ramen.

Jisoo dan Sunny hampir selesai menyiapkan segala kondimen untuk ramennya. Di hadapan Sunny, sudah tersedia potongan daging, telur mata sapi, rumput laut kering, dan beraneka sayuran.

Mi yang direbus Jisoo sudah matang. Ia meletakan mi tersebut ke mangkuk milik Sunny. Gadis itu lalu mempersilakan Sunny memasukan sendiri kondimen yang diinginkan.

"Hm, aku mau daging dan telur," ujar Sunny memasukan bahan yang disebutkannya.

"Kau tetap harus memasukan sayuran ke dalam ramenmu." Jisoo memperingatkan.

Mulut Sunny menggerutu. "Kau seperti Fiona. Dia juga selalu memaksaku makan sayur."

"Karena itu baik untuk kesehatanmu. Juga untuk kulitmu." Jisoo menimpali.

Sunny mengangkat kepalanya dan melihat lurus ke wajah Jisoo. "Apa itu rahasia dari kulit meronamu?"

Kening Jisoo mengkerut. Menghabiskan waktu bersama Sunny membuat Jisoo sering terkejut. Ia tidak menduga anak ini lebih pintar dari anak-anak seumurannya yang pernah ditemui Jisoo.

Tidak mengherankan sebenarnya. Permainan papan favoritnya saja scrabble. Di saat anak-anak lain memilih ular tangga atau Jenga, anak gadis itu memilih permainan kata yang mengharuskannya berpikir lebih keras.

"Salah satunya," balas Jisoo dengan anggukan.

"Sepertinya daddy harus sering makan sayur juga," celoteh Sunny. "Wajahnya selalu terlihat lelah dan tidak cerah."

Jisoo terkekeh. "Aku yakin bukan hanya itu yang dibutuhkan ayahmu."

"Aku tahu." Sunny mengangguk-angguk. Tangannya masih menata beragam bahan ke dalam mangkuk di hadapannya. Kini ia sedang mengisi mangkuk milik Jisoo. "Daddy butuh istirahat dan bermain denganku. Kujamin, wajahnya akan langsung cerah," gumam sang gadis kecil.

Sunny mungkin terlihat lebih pintar dari anak sebayanya, tapi gadis itu tetap anak kecil dengan segala kepolosannya. Jisoo memaksakan senyum. Ia tahu pasti anak itu merasa kehilangan sosok orang tua.

Jisoo mungkin tidak tahu kehidupan seperti apa yang Sunny jalani sebelum kecelakaan yang diceritakan Suho. Tapi ia yakin hal itu pasti berdampak pada kondisinya kini.

"Aku tahu daddy bekerja keras untukku. Dia sudah melakukannya bahkan sebelum aku lahir. Kau tahu dia bukan ayah kandungku, 'kan?" gumam Sunny lagi. Wajahnya tanpa ekspresi dengan tangannya masih menyusun kondimen dalam mangkuk.

Hati Jisoo teriris. Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa sangat pengertian dan sudah tahu arti pengorbanan? Jika Sunny tahu kalau Suho bukan ayahnya, kenapa ia memanggilnya daddy? Apakah Sunny tahu siapa ayah kandungnya?

Jisoo membuat mental note untuk mencari tahu tentang Sunny dan keluarga Suho di internet nanti.

Penasaran, Jisoo coba bertanya. "Boleh aku tanya kenapa kau memanggilnya daddy?"

"Karena bagiku, dia ayahku." Sunny menjawab tanpa ekspresi. Ia menaburkan daun bawang di atas mangkuk lalu kemudian berseru, "Tada! Selesai!"

Jisoo terkekeh. "Kau tahu daun bawang itu harusnya ditabur setelah aku menuangkan kuah, 'kan?"

Wajah Sunny memberengut. "Benarkah? Oh menyebalkan!"

"Tidak apa-apa. Kita bisa menaburkannya lagi nanti." Jisoo mengambil kedua mangkuk tersebut untuk menuangkan kuah yang sudah selesai dibuatnya.

Keduanya menikmati makan malam mereka di sofa ruang tengah. Sunny merengek ingin menonton kartun sambil makan. Maka dari itu Jisoo membawa kedua mangkuk ke meja kecil di depan sofa dan menyalakan televisi.

Secret You | jisuho (YOU SERIES BOOK 4) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang