Orasi Yuli dan Aksara kini menjadi sorotan banyak media. Wartawan-wartawan berkerumun di sekitar para dosen dan rektor, mengejar informasi terbaru. Ketua BEM dari berbagai universitas turut memberikan pandangannya dalam peristiwa ini.
Kesepakatan bersama bahwa korban harus diberi tempat yang layak di lingkungan kampus kami. Meskipun pelanggaran terjadi, namun keputusan akhir diserahkan kepada seluruh mahasiswa. Ruang belajar bagi korban menjadi fokus utama dari rapat tersebut.
Upaya untuk memulihkan citra kampus dilakukan melalui pembelajaran terbuka dan forum diskusi. Respons positif dari berbagai media dan mahasiswa terdengar menggembirakan.
Setelah satu minggu, Rektor akhirnya angkat bicara dan mengumumkan penetapan forum diskusi disingkat sebagai FODI serta sidang terbuka sebagai program mengatasi pelanggaran hukum di masa depan. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pemahaman hukum dan HAM bagi seluruh mahasiswa.
Aku dan Aksara duduk di kedai kopi langganan kami, menyimak berita dari berbagai koran yang dikumpulkan oleh barista. Respons positif dari publik dan media terhadap upaya kampus memerangi kasus ini memberi semangat baru.
"Selamat ya!" Kataku memberikan sebuah kotak kecil kearahnya. Dia menutup bacaan koran itu dan mengambil kotak yang aku berikan. "Apa ini?" Katanya. "Hadiah" Ujarku. Aksara tersenyum dan membukanya, matanya perlahan membelalak senyumnya tersimpul lebar.
"Jam?" Katanya. Aku mengangguk lantas duduk di kursi berhadapan dengannya mengambil jam tangan yang ada di genggamannya lantas memakaikan jam itu di pergelangannya. "Terimakasih sudah bekerja keras sejauh ini," Kataku.
"Terimakasih sudah menggerakan seluruh Mahasiswa, untuk berjuang bersama melawan kekerasan dan kasus pelecehan. Terimakasih sudah menjadi mafia yang mengundang berbagai ketua BEM di seluruh Indonesia, sehingga kampus kita mulai merangkak ke permukaan," Kataku sambil tersenyum kecil.
"Dan terimakasih, sudah menepati janjimu mengenai bahwa semuanya akan baik-baik saja" Kataku yang memperlambat gerakan tanganku dalam memasang jam tangan di pergelangannya.
Aksara memegang pipiku, tangannya dingin. Namun kenapa wangi khasnya tak pernah pudar, dia menatapku begitu lama aku pun sama. "Itu sudah tugas semua orang. Bar" Kata Aksara.
Yuli dan teman-teman lainnya datang ke arah meja kami, dia membalikkan handphone ke arah kami dan memerkan riwayat pesannya yang banyak sekali undangan seminar. Reza memamerkan foto-fotonya yang direpost oleh publik sebanyak 20 Juta orang. Edo juga memamerkan kenaikan followersnya di Instagram.
"Semua orang jadi terkenal mendadak seperti ini" Kataku. Yuli memelukku dan duduk disampingku. "Berkat ide. Sara, Kampus kita mulai dilirik banyak orang" Katanya. Aku tersenyum senang. "Kebayang ga sih, kalau Sara buat akun sosial media" Kata Edo mulai mencari bangku dan menyatukannya dengan meja kami.
"Wait, Kamu gak punya sosial media, Sara?" Tanyaku kaget. Semua orang mengangguk termasuk dirinya. "Zaman gini?" Kataku.
Semua orang mengangguk serentak. Aku tidak menyangka Sara tidak memiliki akun sosial media sama sekali, pantas saja dia menghubungiku melalui telpon seluler bukan telpon whatsapp kala itu.
"Tapi ditengah-tengah ragam sanjungan yang kami terima, ada banyak berita yang mengatakan bahwa-- (Dia memperlihatkan kepada kami semua artikel yang mengkritik tindakan dari kampus kami)
"Bahwa kampus kami memanfaatkan berita buruknya untuk mengambil keuntungan lah. Ada yang mengatakan bahwa kami naik gara-gara kasus bukan akreditasi dan masih ban--
"Sudahi kamu lihat berita online itu, Yul. Semuanya hanya akan membuat otakmu pengap, kau harus susah payah mencari siapa yang menulis, siapa yang bicara, apa yang ingin dia bicarakan, dan itu semua sudah di filter untuk kepentingan mereka.." Kata Aksara memotong kalimat Yuli, ia menanggapi itu dengan santai, aku menoleh ke arahnya.
Ah jadi ini, alasan dia tidak memiliki sosial media. Gumamku.
![](https://img.wattpad.com/cover/365778914-288-k9856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDERHANA
Science FictionON GOING (Penulis Beristirahat Dulu) Cerita ini mengikuti perjalanan seorang perempuan muda bernama Burner Leana, atau biasa dipanggil Bar. Ia berasal dari kota kecil dikawasan jawabarat dan bekerja sebagai kasir dimini market sebagai bentuk penyam...