Hari-hari terasa semakin cepat berlalu, aku kini disibukkan dengan beragam tugas kelompok yang diberikan oleh dosen, termasuk menciptakan desain ruangan dengan tema minimalis.
Progres Artian juga tampak semakin mendekatkan diri dengan pamerannya. Aku bisa melihat perkembangannya melalui Insta story di Instagram-nya. Akasara mengajakku ke pantai kali ini, menginginkanku untuk berpenampilan cantik. Tentu saja, aku menuruti permintaannya.
Saat itu, aku mengenakan dress putih sejalan dengan panjang lutut, dibalut jaket, serta sepatu kets yang baru saja kubeli pada hari sebelumnya. Riasan wajahku sederhana, hanya lip balm merah dan bedak yang kutumpahkan. Aku tidak ingin terlihat berlebihan di dekatnya, ingin tetap menjadi diriku sendiri.
Aku kaget saat mengetahui bahwa dia ternyata pandai mengendarai mobil. Saat dia turun menyapaku, matanya memandangiku tanpa henti. "Burner, kamu akan tetap dengan menawannya kamu, apa pun pakaian yang kamu kenakan" godanya membuatku tak bisa menolak untuk duduk di kursi mobil yang sudah dia buka.
"Kemana kita hari ini?" tanyaku penasaran. Aksara tersenyum kecil sambil sesekali melemparkan tatapan ke arahku. "Ke tempat yang indah dan menyenangkan" jawabnya. Kata-katanya membuatku termenung, mencoba mencerna jawaban yang terasa agak aneh.
"Memang ada?" gumamku. Dia mengangguk sambil merogoh saku kemejanya, lalu memberikan dua batang coklat ke arahku. "Kalau tidak ada, tinggal kita ciptakan" jawabnya tanpa ragu. Aku tersenyum kecil sambil membuka bungkusan coklat tersebut. Aku mengambil satu batang dan menawarkannya padanya dengan tangan ku yang menjulur ke arah wajahnya yang sibuk mengemudi itu.
Perjalanan kami terhenti di lampu merah, dia menatapku dengan tajam, tak melahap coklatnya. "Aaa," godaku sambil memperagakan mulutku yang terbuka agar dia memakan coklat dijariku yang sudah aku sodorkan kearahnya. Aksara pun tertawa kecil sambil menggigit coklat dari jariku. Kami tertawa bersama, meskipun hatiku malah berdebar tak karuan.
"Kamu suka bunga tulip, Sara?" tanyaku. Dia menjawab sambil sesekali menoleh padaku, menunjukkan bahwa dia benar-benar mendengarkan dan memperhatikanku. "Iya, aku suka aromanya" jawabnya. Aku mengangguk, mengerti. Benar, wanginya yang khas memang sulit dilupakan.
"Kenapa?" tanya Sara. Aku menyesap harum pakaian yang dia kenakan. "Aku suka aroma pakaianmu. Terkadang, saat aku mencium pergelangan tanganmu seperti ini..."
Aku meraih lengan kirinya yang tertinggal di pahanya, lalu mendekatkannya ke hidungku, mencium aroma wangi di pergelangan tangannya yang langsung membuatnya membeku. "...wangi khasmu selalu terasa, dan itu membuatnya khas dan aku bisa langsung mengenalimu" kataku, sambil melepaskan tangannya.
Wajahnya memerah, mungkin kaget karena aku hampir saja mencium tangannya? Atau karena aku tidak meminta izin ketika menarik jari-jemarinya? Wajahnya memerah hanya dari memori saat tangannya terlepas dari genggamanku tadi.
Aku tertawa, tidak bisa menahan kegugupan lucu yang terlihat di wajah Aksara. "Kamu benar-benar terkejut saat aku menarik tanganmu?" godaku, mencoba melegakan situasi. Dia mengangguk setuju. "Sedikit kaget! Aku tidak tahu kamu akan seberani itu memperagakannya" katanya.
Aku tertawa terbahak-bahak. Astaga, tingkah gugup Aksara benar-benar menggemaskan. Bagaimana dia mencoba mengatur nafasnya agar tetap tenang, meskipun jelas-jelas aku bisa melihat kegugupannya karena tindakanku.
"Kenapa memilih pantai, Sara?" tanyaku, mencoba menenangkan suasana yang kini terasa kikuk. "Mengapresiasi teori dari filsuf pertama di Yunani" jawabnya, membuatku semakin penasaran.
"Soal Thales yang mengatakan bahwa air adalah yang terpenting?" tanyaku. Dia mengangguk, menegaskan jawabanku. "Betul sekali," katanya. Aku tertawa kecil. "Itu kan sebuah hipotesis yang terdengar agak tolol?" godaku. Aksara mengerutkan keningnya lalu menatapku, menunggu lampu merah yang berikutnya.
"Pernyataan ini sebenarnya dianggap sebagai hipotesis ilmiah, bukan sekadar pendapat tolol! Ilmu pengetahuan Thales, meskipun masih dalam tahap awal, bisa merangsang pemikiran observatif. Bukannya sekarang sudah dibuktikan jelas ya bahwa tubuh manusia pun 70%-nya adalah kandungan air" jelasnya.
Aku pernah mendengar dari Intan, sumber informasiku, bahwa Aksara adalah calon ketua BEM yang bersaing dengan Yuli pada awalnya. "Kenapa kamu tidak memilih untuk menjadi Ketua BEM?" tanyaku. Aksara tersenyum, "Karena menurutku, Yuli adalah yang paling layak memimpin," katanya. Aku heran sambil menatap mata yang tajam itu, sementara hujan deras mulai turun, membuat suasana di dalam mobil semakin dingin.
"Kamu gak percaya sama kemampuanmu?" tanyaku. "Sebenarnya, berkat Yuli, aku bisa merasakan kehadiran perempuan hebat di sekitarku" jawabnya. "Aku ingin memberikan Yuli kesempatan untuk membuktikan bahwa perempuan yang selalu merasakan rasa sakit juga bisa menjadi pemimpin," lanjutnya.
"Rasa sakit?" tanyaku, semakin penasaran. Dia mengangguk. "Perempuan didesain untuk merasakan rasa sakit: saat melahirkan, menstruasi, dan banyak lagi. Jadi, aku menghargai keberanian Yuli yang menunjukkan sisi feminisnya dalam kepemimpinan di kampus kita," jelasnya.
"Terlebih aku ingin mengamati" Katanya. Aku mengerutkan dahi dengan menatap wajahnya.
"Seseorang pernah mengatakan bahwa: Dalam hidup ini ada tiga jenis manusia, seperti tiga jenis penonton di pertandingan olimpiade. Kelas terendah adalah mereka yang datang untuk membeli dan menjual, di atasnya adalah mereka yang bertanding. Namun yang terbaik di antara semuanya adalah mereka yang datang hanya untuk menonton" cerita Aksara.
Si Pythagoras yang lucu, yang menciptakan agama mistisisme dengan segala aturan yang aneh seperti mengharamkan makan buncis Padahal teori etika memuliakan kehidupan kontemplatif terdengar bijak apa lagi hipotesisnya yang mengatakan bahwa "Segala sesuatu adalah bilangan-bilangan"
Aku tahu betul kalimat itu diucapkan oleh seorang matematikawan terkenal yang tentunya, semua orang mengenalnya: tokoh yang hidup baik ketika bijak maupun tidak. Dia adalah seorang matematikawan yang mengaitkan segala sesuatu dengan mistisisme dan keanehan. Dia adalah tokoh yang paling menarik dan membingungkan, karena adonannya nyaris sempurna di antara kebenaran dan kekeliruan.
![](https://img.wattpad.com/cover/365778914-288-k9856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDERHANA
Science FictionON GOING (Penulis Beristirahat Dulu) Cerita ini mengikuti perjalanan seorang perempuan muda bernama Burner Leana, atau biasa dipanggil Bar. Ia berasal dari kota kecil dikawasan jawabarat dan bekerja sebagai kasir dimini market sebagai bentuk penyam...